Chapter 4

34 11 0
                                    


Siang yang terik.

Alesha masih belum berkutik dari laptopnya yang menyala, menampilkan foto Amber yang ia scan dari dokumen Albert beberapa hari yang lalu.

 Kepala gadis malang itu berdengut hebat, ia merasa jahat karena tidak mampu menemui Vickey. Perasaan takutlah yang menguasai dirinya. Sungguh malang.

"Apa yang kau lakukan?" Suara Ansley tiba-tiba terdengar dari balik pintu. Alesha menoleh, dan melihat tangan Ansley yang sedikit berotot, sedang membuka pintu kamar.

"Lihatlah." Tangan Alesha menegakkan layar laptopnya, berusaha agar Ansley bisa melihatnya lebih jelas.

"Ini Amber?" Ansley terkejut tak percaya.

"Benar."

"Gadis psikopat itu sungguh gila." Kepala laki-laki itu menggeleng beberapa kali.

"Alesha aku ingin berbicara padamu, tentang sesuatu yang serius." sambungnya.

"Katakan." Jawab sang adik secara singkat.

"Tapi ada sebuah syarat yang benar-benar harus kau lakukan." Nada bicara Ansley mendadak berubah. Dan Alesha mengangguk sebagai jawaban.

"Kau jangan potong ucapanku saat aku bicara nanti."

"Iya, katakan saja apa yang mau kau katakan."

"Dengar, kau pasti tahu kalau temanmu itu adalah pembunuh yang mengalami gangguan jiwa yang berat. Dan kau pasti tahu kalau kita berada di tempat yang tidak aman, kau pasti mengerti kalau ..."

"Dan kau ingin kalau kita pindah ke Washington? Sungguh bukan keputusan yang bijak, Kau seharusnya tahu kalau aku dan Vickey adalah..."

"Kau ingat? Kau tidak boleh memotong ucapanku." Kini kalimat yang dilontarkan Ansley diberikan penekanan diujungnya.

Kemudian ia menyambung ucapannya yang sempat terputus, "Kita berada di tempat yang tidak aman, Alesha. Kau sudah dewasa dan kau pasti paham jika seorang psikopat itu juga menyerang orang yang ia sayangi, dan kau diantaranya. Aku paham jika kau sulit memahami jika aku melakukan ini untuk melindungimu. Bersikaplah seperti orang dewasa."

"Lalu apa yang kau mau?" Tanya Alesha disela ucapan Ansley.

"Kita pindah ke Washington sore ini juga."

"Apa?!" Mata gadis itu membelalak.

"Kau tidak salah dengar, sore ini juga kita pergi. Urusan sekolahmu telah diurus oleh Papa. Untuk seragamnya baru akan dibagikan saat hari pertamamu masuk. Sekarang bersiaplah."

"Tapi jangan bodoh Ansley! Kaulah yang mengatakan supaya aku tidak meninggalkan Vickey, lalu sekarang..."

"Aku tidak mau mendengar alasan apapun." Ansley berdiri meninggalkan Alesha yang disusul dengan dengusan kesalnya.

...

"Ma!" Alesha berteriak bahagia ketika seorang wanita muncul dari balik pintu kastilnya. Dia merangkul Alesha dan mencium kening gadis itu.

"Kita lama sekali tidak bertemu, masuklah! Kita akan bertemu dengan papamu." mama Alesha yang bernama Fransisca, menuntunnya masuk. Dan koper-koper yang Alesha dan Ansley bawa telah dibawakan oleh sepasang pembantu kembar rumah ini, Rody dan Roby.

Mata Alesha beredar, memandangi setiap jengkal ruang tamu yang selalu ia rindukan. Meja itu belum diganti, bahkan kursi klasik-nya juga, dan hei! Aku merindukan patung mario bross itu.

"Alesha, kau sudah tiba?" seorang lelaki paruh baya berjalan mendekat, ikut bergabung bersama Alesha dan mamanya dan tak lama juga Ansley menyusul dari balik pintu toilet.

Alesha benar-benar rindu dengan kehangatan keluarga seperti ini. Sejenak ia berpikir, aku tidak akan pergi lagi.

...

TBC

The Friend Is Never ThereWhere stories live. Discover now