Chapter 14

26 10 10
                                    

(Sebuah Drama Baru)

Libur akhir pekan biasanya aku habiskan dengan bersih-bersih rumah dan mencuci pakaian. Biasanya aku mencuci pakaian di hari sabtu dan membersihkan rumah di hari minggu. Tapi saat minggu pagi ini, rumah sudah benar-benar bersih. Tidak ada lagi pekerjaan yang bisa aku lakukan karena hari sabtu kemarin aku sudah melakukan semuanya.

Kagami masih selalu berkunjung ke rumahku. Dia masih bersikap seperti biasa. Padahal sejak kemarin aku sudah berusaha menghindarinya dengan mengerjakan pekerjaan rumah yang menumpuk. Dan tanpa sadar aku sudah mengerjakan semua pekerjaan rumah bahkan pelajaran sekolah dalam satu hari. Tidak biasanya aku mengerjakan semua itu sekaligus.

Aku tidak tahu, apa menanyakan perasaan seseorang terhadapnya itu adalah pengakuan cinta atau bukan. Tapi dari sepengetahuanku terhadap beberapa buku yang aku baca, jawaban dari seseorang itu akan membuat hubungan mereka menjadi renggang atau malah menyatukan perasaan mereka.

Aku tidak tahu, apa aku yang terlalu memikirkan hal tersebut, atau Kagami yang terlalu menganggap hal itu terlalu enteng. Dia tidak memperlihatkan ekspresi gugup sedikitpun saat bersamaku. Meski saat malam itu Kagami mengalihkan pembicaraan terhadap dialog di atas panggung, tapi aku yakin bahwa percakapan kami sebelumnya bukan berasal dari dialog drama cinta Romeo dan Juliet. Mungkin memang terlalu cepat untuk mengetahui isi perasaan Kagami yang sebenarnya. Baik itu terhadapku ataupun Rena-senpai.

Hari minggu pagi adalah waktu yang tak bisa diganggu untuk Ryuuji menonton film kesukaannya tentang anak kecil yang menjadi tokoh pahlawan. Bahkan Kagami sekalipun. Jadi Kagami hanya ikut menemani Ryuuji untuk menontonnya. Akan terlalu aneh jika aku berdiam diri di kamar saat Kagami berkunjung. Selama ini kami memang selalu bermain bersama dengan Ryuuji di ruang tengah. Jadi saat ini aku hanya membaca buku di belakang mereka. Meski aku bilang itu membaca, tapi aku sama sekali tidak bisa mengambil inti sari dari buku yang aku baca. Pikiran dan mataku terus tertuju pada Kagami.

Selama ini Kagami selalu bisa menabak isi hatiku. Ya. Aku baru sadar kemarin saat berusaha tidur sambil memikirkan malam di mana kami berdansa mengelilingi api unggun. Aku baru sadar bahwa Kagami mungkin saja sudah mengetahui perasaanku selama ini. Bahkan Rena-senpai yang baru masuk ke kehidupan kami waktu itu langsung mengetahui perasaanku yang sebenarnya. Yang bahkan aku tidak menyadarinya.

Aku merasa kesal karena kebodohan diriku selama ini. Kenapa aku tidak sadar akan hal itu selama ini. Sikap biasa Kagami saat kami berhadapan telah membuatku lupa akan hal itu.

"Nechan, apa masih ada puding?"

"Eh!"

Bahkan pertanyaan biasa Ryuuji masih membuatku merasa kaget.

"Akan kakak lihat dulu. Tunggu sebentar."

"Hem."

Aku langsung pergi menuju dapur. Ryuuji sangat menyukai puding. Itu makanan yang tidak boleh ia lewatkan saat menonton.

Setelah membuka pintu bawah kulkas, di sana tidak tersisa satupun puding.

Aku kembali untuk memberitahukannya.

"Maaf, Ryuuji-kun. Tapi pudingnya sudah habis. Kakak akan pergi dulu untuk membelinya."

"Eehh? Em. Baiklah."

Sudah pasti dia akan kecewa. Filmnya sudah mulai tayang. Dan jarak rumah kami ke mini market terdekat cukup jauh.

Kagami melihatku. Senyum itu sepertinya memang tidak akan pernah lepas darinya.

"Aku bisa membuatnya jika kau mau."

"Ti-tidak apa-apa. Lagi pula ada beberapa bahan masakan yang perlu aku beli."

Anata no Egao (Senyumanmu)Where stories live. Discover now