Chapter 4

48 14 6
                                    

(Tetangga)

Di pagi hari sudah ada yang menekan bel rumahku. Ini merupakan kejadian yang cukup langka.

"Selamat pagi Sakura-chan."

Tersenyum seperti biasa, Kagami berdiri di depan rumahku dengan memakai seragam sekolah.

"Kagami-kun! Kenapa kau ke sini?"

"Aku ingin membantumu membuatkan bekal untuk Ryuuji. Bukan 'kah jika melakukannya berdua akan lebih cepat?"

"Hah! Apa kau ke sini hanya untuk itu?"

"Tentu saja. Bukan 'kah sesama tetangga memang harus membantu?"

Tetangga?

"Jadi tetangga baru kami.."

"Hem. Aku baru pindah kemarin. Maaf jika tidak bisa mengunjungimu kemarin. Aku perlu mengurus beberapa persyaratan dan hal lain."

Kenapa?

"Kenapa kau melakukan itu?"

"Bukan 'kah sesama teman sudah wajar untuk saling membantu?"

Aku tahu itu. Semua orang juga tahu akan hal itu. Tapi jika sampai pindah rumah, terlebih untuk dilakukan oleh seorang murid..

"Teman. Apa benar hanya itu?"

"Em? Apa aku harus punya alasan lain untuk membantumu?"

Dia selalu menjawab dengan cepat. Mana mungkin aku menganggapnya berbohong. Tapi apa benar hanya itu alasannya?

"Tidak. Silahkan masuk?"

Aku bahkan tidak tahu dengan apa yang harus aku katakan dan apa yang aku rasakan. Bahagia? Terharu? Aku benar-benar tidak tahu.

Padahal aku sudah banyak memikirkan dengan bagaimana aku harus menghadapinya saat bertemu. Setelah aku mengakui dengan perasaan cinta yang kurasakan, aku pikir akan sulit untuk berbicara dengannya.

"Apa Ryuuji-kun sudah bangun?"

"Belum. Aku akan membangunkannya sebentar."

"Boleh 'kah aku yang melakukannya? Aku ingin memberi kejutan untuknya."

"Hem. Silahkan."

Perasaanku benar-benar campur aduk. Aku berniat untuk menyimpan perasaanku, setidaknya sampai Kagami berpisah dengan Rena-senpai. Dan jika sampai mereka tidak sampai berpisah, aku tidak akan pernah mengungkapkannya. Tapi keinginan di hatiku berkata lain. Semakin Kagami-kun membantuku, semakin aku ingin jadi miliknya.

"Waaaah Kakak Kagami!"

Suara itu datang begitu keras dari lantai dua. Siapa lagi jika bukan Ryuuji. Aku sedikit tersenyum karena membayangkan bagaimana wajah Ryuuji saat melihat Kagami.

Bahkan aku sudah jarang membuat Ryuuji gembira seperti itu.

Tanpa disadari aku menitikan air mata.

"Eh? Kenapa aku menangis?"

Dengen segara, aku masuk ke kamar mandi. Aku takut jika Kagami melihat hal ini. Aku bahkan tidak tahu kenapa aku menangis.

"Padahal aku gembira? Tapi aku menangis?"

Suaraku tersedu-sedu dengan pelan.

Aku belum pernah mengalami hal ini sebelumnya. Apa ini yang di sebut air mata kebahagian. Jika benar, apa aku sebahagia itu?

Apa aku benar-benar mengharapkan seseorang. Seseorang yang begitu peduli pada kehidupan kami. Dan apa 'kah yang kuharapkan itu bentuk simpati atau 'kah hal yang lebih pribadi (Cinta). Tapi jika seperti itu? Apa aku tidak kejam karena hanya memikirkan diri sendiri? Padahal aku harus menjadi kakak yang baik, aku masih punya Ryuuji yang masih membutuhkan perhatian.

Anata no Egao (Senyumanmu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang