Chapter 11

45 13 1
                                    

(Hari Festival)

Kostum, Panggung, Peran, Latar, semuanya telah diurus. Rasa mendebarkan yang hampir tidak pernah kurasakan akhirnya muncul di hari pementasan tiba. Drama Romeo dan Juliet akan diadakan siang hari, dan kini aku telah menantinya penuh rasa cemas diatap sekolah. Aku tidak tahu apa Kagami merasakannya, tapi dia masih tersenyum seperti biasa.

Kami berada di atap sekolah untuk melakukan tugas pameran  klub perkebunan. Menjelaskan kegiatan atau tanaman yang kami urus jika ada yang datang keatap sekolah. Tapi, tidak ada yang datang sama sekali.

Kagami meletakkan selembar kertas tentang informasi tanaman yang kami tanam. Dia mulai menghadap kearahku dan tetap tersenyum lembut.

"Sakura-chan, apa kau masih merasa gugup?"

"Hem. Kamu?"

"Aku juga sama. Sudah lama aku tidak berdiri dihadapan orang banyak dan menjadi pusat perhatian."

Kagami mulai berbaring dari duduknya. Kini aku tidak bisa melihat wajahnya karena kepalanya berada di belangku.

"Jadi kau pernah melakukan hal seperti ini?"

"Hem. Tapi bukan melakukan Teater seperti ini."

"Boleh aku tahu apa itu?"

"Bagimana ya.. ? Anggap saja aku pernah menjadi guru untuk mengajari beberapa murid."

"Eh!?"

Dia sedikit tertawa. Mungkin itu karena suara aneh saat aku terkejut yang sebenarnya sudah sering ia dengar.

"Apa kau terkejut?"

"Emm.."

Bagaimana aku tidak terkejut saat mendengar orang pemuda sepertiku sudah menjadi guru. Meski aku tidak tahu guru apa itu.

"Tentu saja bukan guru SMA atau SMP. Aku tidak setua itu. Anggap saja untuk mengajarkan sesuatu karena bakat yang aku miliki."

Sesaat aku berpikir bahwa dia membata isi pikiranku. Meski tidak terlalu aneh jika dia mengucapkannya. Lagi pula ini bukan untuk pertama kali, tapi aku selalu kaget saat dia mengucapkan hal atau menjawab pertanyaan yang berada dalam pikiranku.

"Bakat ya?"

Aku ingin tahu bakat yang aku miliki. Selama ini aku punya beberapa teman termasuk Kagami dan Rena-senpai yang memiliki bakat tertentu. Berada diantara mereka membuatku merasa tunas pohon yang tidak akan pernah tumbuh.

"Kagami-kun?"

"Hem."

"Apa jadi orang berbakat itu enak."

"Tidak."

Kagami menjawabnya sangat cepat. Meski sudah sering dia melakukannya, tapi kali ini dia hampir menjawab pertanyaanku sebelum pertanytanyaan itu selesai. Dan dia menjawabnya dengan nada yang hampir tampak dingin. Aku ingin sekali berbalik dan melihat wajahnya saat mengucapkan itu, tapi kupikir itu sudah terlambat.

"Kenapa?"

"Sejak kecil aku hampir bisa melakukan sesuatu dengan cepat dan terlihat mudah. Tapi percaya 'lah, hal itu tidak sebagus dan se-enak yang terlihat."

Aku teringat perkataan Rena-senpai tentang kecantikan yang membuatnya menderita. Mungkin itu juga hal yang dirasakan Kagami.

"Aku sama sekali tidak mengerti. Menurutku, mempunyai kelebihan itu sangat enak. Dan aku belum pernah merasakan hal itu."

"Begitu yah."

Jawaban dari Kagami memutuskan percakapan itu. Dan kini, suasana antara kami kembali menjadi cukup tenang. Hanya beberapa suara Speaker dan riuh nya percakapan para Siswa yang berada dibawah atap sekolah 'lah yang terdengar.

Anata no Egao (Senyumanmu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang