10 - Why?

2.6K 173 20
                                    

__________________________*

Sering kali, seribu kebaikan akan terlupakan dengan satu titik kecil kesalahan.
__________________________*

"Kursi gue mana? Kok ga ada? Mejanya juga ga ada, kelas abis dipake buat acara apaan sih?"

Hari ini aku kesal sekali, baru saja masuk kelas dan ingin meletakkan tas ku dibangku,malah sekarang yang kulihat hanya bangku milikku saja yang tidak ada, sementara bangku anak yang lain masih utuh. Tidak ada yang hilang.

Seperti biasa, nobody cares about me. Or even listen to me.

Akupun keluar kelas untuk mencari-cari furniture yang terbuat dari kayu yang tebal itu.

"Pak, kemarin sore di sekolah ada acara apa ya pak? Kursi saya kok ga ada"

Aku bertanya pada pak Satpam, tapi dia bilang bahwa tidak ada acara apapun di sekolah setelah pulang. Bahkan kemarin tidak ada satupun ekstrakulikuler yang mengadakan rapat atau pertemuan.

Aku kembali lagi ke kelas, sedari tadi mengelilingi lorong dan aku tidak menemukan adanya bangku yang tergeletak atau dipindahkan, aku kesal sekali.

Karena merasa sangat kacau dan guru pun tidak kunjung datang ke kelas, aku pun mengecek handphone dan membuka satu pesan chat dari kak Lando.

Gegara tadi hujan
nya deres banget gue
jadi sakit,Jadi besok
gue ga masuk
Sekolah.
Received at 08:30 PM

Yang nanya siapa?
Sent at 07:30 AM

Pantas tadi aku sama sekali tidak melihatnya saat mengelilingi sekolah tadi, aku menjadi khawatir akan keadaannya.

Ku masukkan lagi benda ini ke kantong dan berjalan memasuki kelas,guru pun belum terlihat batang hidungnya sejak tadi.

"Permisi temen-temen, dengerin gue dong sekali aja kalo kalian masih punya telinga. Ini kursi gue dimana ya? Kok ga ada di tempetnya?"
Kataku sehalus-halus mungkin. Jujur aku lelah, selalu tidak dihargai dan mereka memandangku seperti angin lalu. Aku ingin dihargai seperti anak yang lainnya.

"Lo bisa diem gak sih? Ribut banget dari tadi. Eh ada yang liat lipstick gue ga si? Itu mahal banget loh, kalian ga bakal mampu beli hahaha"

Letta menyahut pertanyaanku, aku tahu lipsticknya mahal. Tetapi bisakah dia lebih menghargai dan berhenti bersikap seakan dia adalah anak yang lebih kaya dari siapapun?

"Pertanyaan gue jauh lebih bermutu daripada pertanyaan sombong lo itu."

Semua penghuni kelas seketika diam, matanya semua tertuju padaku.

"Kok lo sekarang makin berani? Apa gara-gara lo udah deket sama senior jadi lo merasa bisa ngelakuin apa aja? konyol."

"Sok cantik boleh,asal jangan sok laku."

Kelyn dan Letta berbicara secara bergantian. Cukup sudah, aku tidak tahan dengan kelakuan mereka.

"Gue? Lo bilang gue sok laku ? Gue ga ngerti lagi deh sama lo semua. Apa sih salah gue sampe-sampe lo dari dulu selalu begini sama gue? Gue gapernah buat kesalahan apapun. Beda sama kalian, selalu jatuhin gue, siksa-siksa gue. Baiknya kalo lagi butuh doang. Yang sok laku siapa? Adanya lo yang sok berkuasa!!"

Mata mereka membulat, mungkin mereka kaget dengan apa yang baru saja kukatakan. Mereka mungkin tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar. Ini kesempatanku untuk melanjutkan perkataanku, mengeluarkan seluruh rasa sakit yang memupuk di dalam hatiku selama hampir dua tahun ini.

"Kok lo semua pada diem? Ga percaya lo gue bisa marah? Gue emang penyabar,tapi sabar ada batasnya. Kalo sekarang lo mau pukul gue ya gue bakal bales pukul juga, ga ada ampun buat parasit macem kalian."

Semuanya menatapku, dan sekarang seakan kelas kami sedang terbagi menjadi tiga kubu.

Kubu dipihakku,
Kubu dipihak bullies,
Dan tentu saja kubu yang hanya menonton.

Kuharap guru memang tidak datang karena menghadiri rapat guru. Semoga saja.

Tiba-tiba Kelyn dan anak-anak lain di belakangnya mendekat ke arahku, ini memang kekanak-kanakan. Tapi aku jamin masalah ini akan ku selesaikan hari ini juga.

"Lo bilang kita parasit? Mana lebih parasit nya sama lo!"

"Kapan gue pernah numpang di kalian? Bukannya lo yang suka numpang? Kalo gatau apa-apa jangan ikut-ikutan dulu."

Aku menyahut pernyataan yang Kelyn sampaikan, lalu tiba-tiba Edo bangun dari kubu penonton.

"Gue liat sendiri , sebenernya Aeri ga salah apa-apa. Yang ada kalian selalu aja gituin dia,bahkan dari masuk SMA kalian ga pernah berubah. Lo juga Kel, kalo mau dapet nilai bagus itu belajar. Bukannya nyalin dari orang yang udah lo injek-injek."

Kulihat wajah Kelyn yang pucat pasi saat mendengar Edo berbicara seperti itu, tidak ada lagi yang terlihat ingin melawan perkataan itu, semuanya diam dengan kepala menunduk.

"Lo yang buat masa-masa SMA yang gue impi-impikan itu hancur. Selama gue ga ada buat masalah dan udah minta maaf berarti gue emang ga salah apa-apa sama lo pada. Tapi gamungkin gue di bully kaya gini tanpa sebab. Lo sebenernya ada masalah apa sih sama gue?"

Semuanya diam mematung, dan mataku mulai berkaca-kaca. Aku memang lega, tapi mengatakannya hal yang tadi membuatku menjadi mengulang kembali kejahatan mereka terhadapku lagi di otak ku.

Mereka hanya diam mematung, kulihat wajah-wajah mereka yang pucat dan tak ada tanda tanda ingin berbicara.

Aku penat, aku ingin pulang. Karena sudah tidak ada hal yang membuatku ingin bertahan untuk sekolah hari ini. Ku ambil tas ku yang sebelumnya tergeletak di lantai dan berjalan menuju pintu kelas.

Tiba-tiba seseorang menahan tangan kiriku.

"Aeri,"

Afiyya memegang tanganku, ku rasakan tangannya bergetar saat menyentuh tanganku. Bibirnya pucat dan tatapannya nanar.

Aku tidak menjawabnya, namun sedikit menggerakkan alisku seolah berkata 'apa?'

"Kita gini sama lo karena.....














To be continue....









----------

Heiyo wassup ! Udah lama rasanya ga update nih huhu. T.T

Tetep pantengin yaaaa karena next chapt bakal ada alasan kenapa Aeri jadi kehilangan ekspektasi indahnya di masa SMA.

_____________

-slyp

Bully [complete]Where stories live. Discover now