9 - From The Way U Talk

2.9K 215 19
                                    

***boy on the pic above is what Lando looks like in the real life.

------------*

Saat ini aku memang dilanda ketakutan, ketakutan untuk sendiri dan menjadi seorang yang malang. Tetapi aku lega, setidaknya kau ada disini, mewarnai hari-hari yang perlahan kulewati.

------------*

Kupandangi langit senja di sisi jendela, duduk di sofa putih ini sambil menopang wajah dengan kedua tanganku.

Saat ini aku sedang duduk dan merenung di sofa dekat jendela yang berada di dalam kamarku, hari ini cuacanya mulai mendung. Sebentar lagi kupastikan hujan pasti akan turun.

Tadi, setelah Bu Kinah kembali ke UKS dia langsung kaget dengan perban yang ada di kepalaku dan menanyakan keadaanku. Aku ingin kembali ke kelas, tapi memang keadaannya yang tidak memungkinkan. Apalagi dengan keadaan kepalaku yang masih diperban dan masih terasa sedikit nyeri, jadi aku langsung dijemput dan sampai ke rumah.

Sedari tadi, yang kulakukan hanya mengecek handphone di tanganku. Memeriksa apakah orang spesial itu akan menelpon. Ku hidupkan layar handphone dan melihat jam yang tertera di layarnya.

14.14

Seharusnya dia sebentar lagi pasti akan pulang, dan semoga saja dia akan benar-benar menelepon.

Saat sedang asik menatap layar handphone ku dan membuka beberapa aplikasi, tiba-tiba suara petir dan cahaya kilat mulai menggelegar.

"Yah,padahal tadi pagi cerah banget. Kenapa harus hujan sih."
Kataku mengeluh berbicara dalam hati, seharusnya aku memang tidak perlu mengeluh.

Karena dibalik hujan, tersimpan beberapa kisah yang mungkin sangat berharga bagi banyak orang.

Drrrttt drrttt

Kurasakan sesuatu yang bergetar di tanganku,sebuah panggilan masuk dari nomor yang tidak dikenal. Secepat kilat akupun mengangkat panggilan itu.

Ku tempelken benda itu di daun telingaku.

Aku diam beberapa detik, dan di seberang sana pun juga tidak mengeluarkan suara.

Ku harap ini Kak Lando, Semoga saja.

Beberapa detik pun berlalu, dan aku pun masih setia dengan handphone yang masih menempel di daun telingaku.

Perlahan ku dengar sebuah hembusan nafas dari seberang, sebenarnya siapa yang sedang meneleponku ini?

"Halo?"
Aku memutuskan untuk membuka suara lebih dulu, karena memang sudah bingung dengan siapa pemilik nomor tidak dikenal yang menelepon ku ini.

"Dhafin nya ada bi?"
Aku bingung beberapa saat, dan mulai bisa mencerna apa yang sedang terjadi.

"Salah sambung."
Aku pun membalasnya dengan nada dingin, sedikit kesal memang.

Sial, ternyata salah sambung.

"Kenapa dia ga sms atau apa dulu gitu, whatsapp gitu? Kan bisa lewat nomor telepon."
Berceloteh dengan diriku sendiri itu adalah cara untuk menghilangkan kesal bagiku.

Dibandingkan dengan bercerita pada teman palsu, sungguh memuakkan.Tapi hey, aku kan tidak punya teman. Jadi berbicara pada diriku sendiri itu adalah pilihan yang terbaik.

Drrtt drrrrrrtt

Benda ini bergetar lagi, aku merasa makin kesal. Ini pasti nomor yang tadi.

Akupun mengangkatnya dengan amarah dan rasa kesal yang menggebu-gebu.

"TADI KAN SUDAH SAYA BILANG SALAH SAM--"

"Halo? Aeri?"
Seketika mendengar suara itu, perkataan kesalku tiba tiba terhenti. Astaga, aku malu sekali.

"Eh, maaf ini siapa?"
Aku berpura-pura tidak tahu siapa yang meneleponku saat ini, padahal jelas-jelas suara ini terdengar sangat familiar.

"Lo amnesia ya?"
Suara di seberang sana berbicara dengan nada mengejek,dan sedikit kesal tentunya.

"Oh, maaf kak soalnya tadi ada orang salah sambung call gue juga tadi."

"Gue ga ada pulsa buat sms lo, jadinya lo pasti belum save nomor gue kan?"

"Aaa.. emang belum kak. Kan bisa whatsapp kak?"

"Aduh gue ga ada kuota,hehe."

"Ga modal banget sih lo kak"

"Hahahaha serah gue dong."
Suaranya, suara tawa nya yang pertama kali ku dengar.

Suara tawa yang membuatku bersemangat, walau ku tahu lelucon ini memang sangat tidak lucu. Tapi entah kenapa dia tertawa dengan suara yang terdengar bahwa dia memang tertawa karena ini lucu.

"Kok lo nyebelin sih kak sekarang."

"Masa sih? Gue emang begini kok dari jaman brojol."

"Oh aja ya kan."

"Eh maaf ya gue nelpon nya mungkin agak lama sampe bikin lo nunggu."
Iya, aku menunggu sangat lama sampai-sampai yang kulakukan sedari tadi hanya melamun dan menatap jendela.

"Ga kok, gue ga nunggu. Dari tadi gue lagi makan."
Sungguh kebohongan yang sangat dusta.

"Oh gitu ya? Gue kira lo belum makan. Tadinya sih mau gue tanya udah makan apa belom"

"Mainstream banget lo kak, kalimat tanya itu kan udah biasa banget."

"Hah biarin. Wleee"

Kudengar suara mengejek dari Lando.

Membayangkan wajah dengan tampang seperti dia sedang mengejek adalah hal yang sulit, kecuali bila dilihat langsung dan aku memang belum melihatnya secara langsung.

Kami baru kenal dalam hitungan hari, belum seminggu ataupun sebulan.

"Aeri? Kok sepi?"

"Aaa ga papa kak."

"Eh yaudah, gue mau belajar buat persiapan ujian nasional."

"Lah? Bukannya ini masi semester ganjil kak? Masi lama loh."

"Kan gue rajin."

"Simpen nomor gue,gamau tau."

"Gue gamau simpen ah, mau gue block aja."

"Lo block gue terror nih, bye."

Tiit tiit

Huh, dan dia mematikan panggilan sepihak. Menjengkelkan. Padahal tadi sikapnya sangat manis.

Dia memang perlahan-lahan berubah menjadi menjengkelkan.

Sungguh rumit untuk mendeskripsikannya.

Yang utama adalah, aku suka suaranya. Saat dia berbicara, saat dia tertawa ataupun jika dia memang cengeng dan sangat suka menangis, itu tak apa.

Ku rasa memang aku benar-benar menyukai seorang Lando.

*****************************

Omg omg omg !

Akhirnya gue bisa update!

Maaf mungkin kurang feel atau apa, tapi aku harap kalian menikmatinya

Ada yang kenal sama mukanya si Lando di multimedia?

Komen kuyy

Jangan lupa vote nya ya, readers 1,4k lebih tapi yang vote cuma 200 :( how sadd... i just want to know who had read my work guysss😣😣

I just want to know who is my readers🤗🤗

But its okayy🙄

My biggest thanks, to all my readers.😍😘😍😘

-sflyp

Bully [complete]Onde histórias criam vida. Descubra agora