#1 : STIGMA

732 47 66
                                    

"HEY ANAK KECIL! KEMBALIKAN TASKU! TOLONG!!" suara jeritan korbanku.

Aku berlari secepat mungkin, untung aku kecil jadi menyelinap di antara para orang dewasa bukanlah hal sulit bagiku. Wah! Di sana ada tempat yang sempurna untuk membongkar benda hitam di tanganku saat ini. Ya, ini akan menyenangkan.

Teriakan orang orang dewasa belum juga terhenti, hingga membuatku semakin berdebar. Oh... apakah ini yang namanya cinta? Ku pikir bukan. Argh sudahlah... aku harus cepat agar aku bisa makan malam.

Aku sudah sampai di sebuah celah bangunan, aku merangsek semakin ke dalam dan berhenti. Aku menoleh ke belakang dan sudah tidak ada lagi orang dewasa yang pelit pelit itu. Teriakan mereka sudah tidak aku dengar lagi.

Hehe... baguslah... kini saatnya untuk membongkar dan aku akan mendapatkan makan malamku.

Satu persatu benda di dalam tas jinjing itu ku buka dan ku keluarkan. Ada sebuah lipstick, bedak, em... benda untuk memberi warna pada kelopak mata? Masa bodoh. Kenapa benda itu tidak ada sih! Benda paling penting di tas wanita.

AHA! KETEMU! Dompet berwarna krem dengan hiasan manik-manik berwarna keemasan. "Haduh... dompetnya saja pasti mahal. Seharusnya banyak uang di dalam sini."

Aku membukanya dan benar saja, uang senilai 30.000 Won ada di dalamnya. "Keberuntungan macam apa ini? Hehe... ini akan cukup untuk makanku selama 3 hari, sudahlah aku harus cepat pergi."

Sebelum aku pergi, sebuah kartu tergeletak di dekat tas itu. Sebuah tanda pengenal, kartu tanda penduduk mungkin? Aku baca tanda pengenalnya dan tertulis di sana Kim Raeha, tinggal di Daegu bagian Selatan. Dia sudah kawin dan punya satu anak.

Dari fotonya, dia mengenakan pakaian sehari-hari yang bagus dan wajahnya sangat ebrseri-seri. Dia tersenyum dengan senyuman yang sangat indah dan tanpa beban.

'Anaknya pasti anak yang beruntung punya ibu secantik dan aura kebaikan yang hangat ini. Aku sangat ingin punya nasib sama dengannya.' Batinku.

Entah hanya perasaanku saja atau bagaimana, aku bisa merasakan aura dari ibu itu. Dia adalah wanita yang pasti dipenuhi kasih sayang dan perhatian. Aku sungguh merasakannya, bukan karna dari foto, tapi sesuatu yang lebih nyata dari itu. Saking menghayati dalam membayangkan betapa sempurnanya ibu tersebut, aku sampai memejamkan mata dan air mata tanpa sadar ku teteskan.

TES! Tetesan itu mendarat di kakiku yang hanya mengenakan sandal selop. Aku tersadar begitu saja. Kenapa aku menangis? Apa yang aku tangisi? Bukan, yang tepat adalah... siapa yang aku tangisi? Kenapa aku menangisinya?

Seketika dadaku sakit. Sangat sakit sampai aku tidak tahu bagaimana cara mengatasinya, sampai aku tidak tahu caranya untuk bernapas.

Buat apa aku hidup selama ini? Apa yang aku kejar di hidupku? Apa tujuanku, aku pun tak tahu. Banyak hal yang tidak aku ketahui dan tidak dapat aku temukan jawabannya. Yang aku pikirkan adalah pikiran untuk orang dewasa, ayng tidak seharusnya dipikirkan oleh anak kecil berusia 8 tahun sepertiku.

Di saat anak seusiaku bermain, tersenyum, berlari-larian di taman bermain bersama teman-teman mereka dan orang tuanya, aku disini menangis memikirkan hal yang belum waktunya untuk kupikirkan. Bukan mau sok dewasa, karna aku sendiri juga benci kalau harus mendapati diriku menjadi dewasa suatu saat.

Tapi hidup sendirian tidak mudah, aku tidak punya teman yang sepantaran, hanya bersama ornag dewasa terbuang dan dianggap tidak bermoral. Padahal mungkin saja mereka lebih beretika dan bermoral dibanding orang dewasa yang selalu menutupi kejahatannya dalam topeng yang lembut. Seperti jarum di dalam boneka, yang siap menusuk siapapun bila tidak berhati-hati terhadapnya.

Where's My WINGS [COMPLETED]Where stories live. Discover now