10. Akhir Kenangan

26 5 0
                                    

Sudah 12 tahun lebih Reta pergi, meninggalkan tanah kelahirannya. Dulu saat awal ia berada di negeri gingseng ini ia masih belum bisa terbiasa dengan segala hal tentang tempat ini tetapi seperti kata pepatah yang mengatakan 'ala bisa karena biasa' maka seperti halnya Reta yang kini mulai terbiasa dengan keadaan di tempat yang kini sudah menjadi negara kewarnegaraannya.

Banyak hal dalam hidup Reta yang berubah dalam 12 tahun terakhir. Diantaranya adalah perceraian kedua orangtuanya 8 tahun lalu yang disebabkan oleh perselingkuhan. Setelah perceraian itu ibunya kembali ke Indonesia dan membangun usahanya. Kemudian tiga tahun yang lalu ayahnya pensiun dari perusahaannya dan memilih tinggal di Singapore karena kesehatannya yang menurun. Sementara itu kakaknya, Ardan telah menikah dengan seorang wanita asal Malaysia yang telah di karunia seorang anak lelaki berusia 5 tahun.

Sementara dirinya sendiri, ia kini menjadi seorang reporter berita di salah satu stasiun tv negeri di kota Seoul. Hidupnya banyak berubah terutama setelah perceraian kedua orangtuanya. Untuk kehidupan percintaannya, ia telah memiliki seorang kekasih yang berprofesi sebagai produser music yang cukup terkenal di dunia entertain, sosok itu bernama Hadson Kim. Usia mereka terpaut 6 tahun namun hal itu tidak membuatnya menjadi suatu masalah.

Reta sudah mengubur kisahnya bersama Dana, baginya Dana hanya akan menjadi bagian dari cerita cinta masa remajanya yang hanya akan dikenangnya bukan untuk diulangnya. Walau jujur sosok Dana masih ada didalam hatinya walau hanya dalam bentuk kenangan.

Reta menghela nafas melihat layar ponselnya yang menampilkan dm-an para teman-teman SMAnya yang mengundangnya di acara reuni SMA mereka yang akan dilaksanakan 2 minggu lagi. Ia tentu saja tak akan hadir seperti tahun-tahun yang lalu.

"what's wrong girl?"

Reta menoleh pada lelaki yang sejak tadi menemani jam makan siangnya, lelaki yang menyandang status sebagai kekasihnya, Hadson.

"nothing." jawab Reta singkat dengan senyuman manis, berusaha meyakinkan Hadson.

Ponsel Hadson berbunyi menandakan bahwa seseorang sedang menghubunginya. Lelaki bermata sipit itu segera mengangkat teleponnya. Wajahnya menampakkan ekspresi kurang nyaman, beberapa kali ia berbicara cukup keras kepada lawan bicaranya. Setelah menutup panggilan itu, Hadson berbalik menatap Reta dengan tatapan bersalahnya.

"sorry girl, i must to go. They need me for a job."

"no problem, just go."

"don't wait me for dinner, maybe i'll late tonight."

Reta tersenyum saat Hadson mengecup puncak kepalanya sebelum pergi. Lelaki itu memang selalu manis bahkan setelah usia hubungan mereka yang mulai memasuki tahun ke 2.

Reta dan Hadson memang tinggal bersama di apartemen Hadson, tetapi mereka memiliki kamar masing-masing. Reta tak mau disentuh oleh lelaki sebelum adanya ikatan pernikahan, walau jujur ia bukanlah muslim yang taat dan sesekali mereka memang bersentuhan dalam tanda kutip, namun belum sampai pada persetubuhan.

Hubungan Reta dan Hadson awalnya mengalami hambatan karena kepercayaan mereka yang berbeda namun kini Reta mulai menerimananya, lagi pula keduanya bukan sedang menjalani hubungan yang serius. Keduanya memang segila itu, Reta dan Hadson sepakat bahwa hubungan mereka tak akan berujung pada pernikahan terutama karena kepercayaan keduanya akan pernikahan yang hanya akan berakhir pada perceraian.

Mereka hanyalah dua orang manusia yang tak percaya akan pernikahan yang kemudian memutuskan bersama setelah memiliki persamaan dalam pandangan.

Reta bahagia dengan kehidupannya saat ini. Bebas dari kekangan kedua orangtuanya dan rumitnya pemikiran akan romansa. Setidaknya kini ia bisa terbebas dari kisah cintanya yang selalu bertepuk sebelah tangan.

DIVERGEOnde as histórias ganham vida. Descobre agora