1. Kenangan

61 9 0
                                    

Entah apa yang membuat hari ini begitu indah, tapi yang pastinya sejak pagi Reta begitu bersemangat hingga melupakan bahwa hari ini adalah hari yang ia benci, hari senin. Mungkin karena pemimpin upacara yang menatapnya saat ia melapor kepada sang pemimpin akan jumlah teman-temannya yang hadir upacara yang merupakan tugasnya sebagai ketua kelas seperti senin-senin lalu , atau karena gosip yang ia dengar ditengah membosankannya amanat pembina upacara yang hampir membuatnya pingsan.

Mungkin yang ke dua? Atau yang pertama? Entahlah, Reta sendiri bingung. Yang penting saat ini ia bisa tersenyum cerah walaupun diiringi dengan suara melengking milik Bu Rati yang sedang menjelaskan materi trigonometri. Dan senyumnya tambah cerah saat bel istrahat berbunyi, bersamaan itu juga matanya menembus kaca jendela kelas dan menunggu sosok pangeran tampan melewati koridor kelasnya.

"Si doi lewat tuh."

Naya, teman sebangku Reta berbisik saat si dia yang memang ditunggu Reta melewati koridor kelas mereka bersama teman-temannya.

"Oh my god, makin ganteng aja deh bikin lemah hati hayati." ucap Reta hiperbolis yang ditanggapi gelengan kepala Naya.

"Udah deh nggak usah lebay, yuk ke kantin. Pangeran lo kan udah lewat tadi."

Naya bangkit sambil menarik tangan Reta yang tengah terbaring lemas.

"Denara woi lo nggak ke kantin?" teriak Naya pada Denara, salah satu sahabatnya yang duduk tepat di deret depan, khas anak kesayangan guru sekali.

"Iya tunggu gue lagi nyatat materi, tinggal dikit kok."

Reta akhirnya bangkit dari tempat duduknya lalu bersama Naya menuju ke bangku Denara.

"Cepetan deh, nanti batagor di kantin habis." ucap Naya pada Denara.

Reta duduk di atas meja sebelah Denara seraya mengecek aplikasi instagramnya dan senyumnya mengembang begitu menyadari sesuatu.

"Eh si senior udah putus beneran deh." ucapnya bersemangat sambil memperlihatkan layar ponselnya.

"Udah nggak ada lagi foto nenek lampir di ignya kan? Yuhuuu."

Reta turun dari meja dan berpose sujud dilantai lalu merentangkat tangannya ke atas seakan sedang meminta doa kepada yang kuasa.

"Palingan balikan lagi, bukannya udah biasa yah?" tanya Denara sok polos.

"Lo mau pulang hanya bawa nama yah Den?"

Denara pura-pura bergidik mendengar ancaman Reta.

"Sebenarnya siapa sih yang lo suka diantara mereka berdua?" tanta Naya gemas.

"Pertanyaan lo susah buat dijawab Nay, itu sama kayak lo nanya gue lebih milih batagor atau nasgor."

Reta langsung membayangkan enaknya nasi goreng yang ditemani batagor membuatnya menelan ludah susah payah dan ingin cepat-cepat ke kantin tapi bangkenya Denara belum selesai menulis.

"Si bego nyamain cogan sekolah sama makanan nggak berkelas."

"Gampang kok kalo lo mau pilih, tinggal bilang lo suka ka Dana atau ka Tara." ucap Denara santai sementara Reta berusaha setengah mati untuk tidak mencekik Denara detik itu juga.

"Harus yah lo sebut namanya? Kenapa nggak sekalian lo sebut dengan lengkap beserta kelasnya?" tanya Reta kesal.

"Gardana Pramuja kelas XII IPA-3 dan Bintara Putra Rajata XII IPS-1."

"DENARA SETANNN!"

***

Setelah aksi jambak-jambak Reta dan Denara yang berlangsung sekitar 5 menit, akhirnya mereka bertiga sampai juga di kantin yang telah dipenuhi siswa-siswa yang sedang mengantri membeli makanan.

"Gara-gara lo nih kita jadi terlambat."

Denara mendengus keras mendengar omelan Reta.

"Dari pada lo ngomel nggak jelas, lebih baik lo arahin tuh kepala lo ke arah jam 12." Ucap Naya.

Reta segera memalingkan kepalanya ke depan dan menangkap sosok Dana disana, sedang duduk bersama temannya sambil menikmati bakso.

"Rejeki anak soleh deh gue, tadi ketemu yang satu, eh sekarang yang satunya lagi. Alhamdulillah ya allah."

"Udah-udah, nggak usah alay deh." Ucap Naya sambil menarik kedua temannya.

Mereka duduk bertiga di bangku kantin yang masih kosong, seperti kata Reta, mereka mendapat rejeki anak soleh.

"Beli batagor aja kan?" Tanya Reta.

Denara dan Naya mengangguk. Reta segera menuju tempat dimana makanan kesukaannya itu berada.

"Mang batagornya 3 yah, 2 manis dan satu pedes kayak biasa." Pesan Reta pada mang Ipal.

"Sip neng!"

Sembari menunggu, Reta mengalihkan pandangannya kearah Dana yang tampak sedang bercerita bersama salah satu temannya yang Reta kenali bernama Erta.

Dana, Gardana Pramuja, tetangga Reta sejak ia pindah ke Jakarta 5 tahun yang lalu. Walau demikian, Reta baru mengenali Dana saat ia masuk SMA. Dana adalah salah satu siswa yang cukup populer dikalangan para guru karena merupakan ketua paski yang pernah menjadi salah satu anggota paski nasional tahun lalu.

Sementara Tara, ia juga cukup populer dengan kepintarannya. Walaupun ia masuk ke jurusan IPS, tapi tidak membuatnya menjadi nakal yang sudah merupakan ciri khas anak IPS.

"Neng nih batagor."

Lamunan Reta buyar seketika saat mang Ipal memberikannya 3 bungkus batagor. Reta menerima bungkusan tadi dan baru menyadari bahwa Dana ternyata telah pergi dari kantin bersama teman-temannya.

Reta berjalan menuju bangku dimana Naya dan Denara berada, tapi langkahnya berhenti saat melihat rombongan lain yang juga ikut bergabung di bangku itu. Mereka  adalah Tara dan teman-temannya.

"Shit." Makinya lalu kembali melanjutkan langkahnya.

Bersambung...


###

Dan muncullah Dana dan Tara, kira-kira siapa diantara mereka yang jadi senior Reta? Bisa tebak nggak?

Dana?
Atau Tara?

DIVERGEWhere stories live. Discover now