17. Beautiful Night

Start from the beginning
                                    

  "Sori, sori, saking gemesnya sih!" Cicil menelan ludahnya, "Lo juga ganteng," kata Cicil malu-malu dan langsung membuang muka ke arah lampu-lampu kota.

  "Wah, gue digodain seorang Cicilia ini mah."

Ari dan Cicil tertawa dan seperti memiliki dunia sendiri. Ari malam ini ternyata hanya mengajak Cicil makan malam biasa tanpa ada hajat tertentu, Cicil agak sedikit kecewa karena sebelumnya Ia sudah berharap lebih. Tapi tidak terlalu kecewa juga karena makan malam biasa ini juga sudah membuatnya senang bukan main.

  "Udah malam, mau pulang?" Cicil melihat jam yang ada di dinding bar, memang benar sudah malam, pukul sembilan malam, Cicil mengangguk lalu berdiri diiringi Ari di sebelahnya.

Cicil memandang pemandangan sekitar saat mobil Ari sudah mulai membelah jalanan, taka da percakapan yang dibuat oleh Cicil maupun Ari. Cicil hendak turun dari mobil namun tangannya dicekal oleh Ari, "Ada apa?" dahinya mengernyit.

  "Gue kagum banget sama lo, makasih udah mau dekat sama aku!"

Mata Cicil mengerjap berulang kali, "Gue yang harusnya makasih karena lo udah baik banget sama gue, Ri."

Cicil membuka pintu mobil dan turun dengan senyum yang terus merekah di wajah, "Hati-hati ya, makasih."

  "Ya udah, duluan ya. Night!"

'Apa Ari bilang? Night? Beneran dia bilang night, anjir!'

  "Night too." Cicil langsung menutup wajahnya yang pasti sudah memerah, kini hatinya benar-benar terlempar ke angkasa. Mobil Ari berjalan meninggalkan pekarangan rumah Cicil, sedangkan Cicil masih sigap berdiri dengan wajah yang masih bersemu merah.

  "Capek, tapi pengen ngulang lagi," cicitnya pelan.

***

Di lain sisi ada hati yang sedang terluka, hati Dino. Cowok itu mellihat kepulangan Cicil dari jendela ruang tamu. Dino dapat melihat aura kebahagian yang dipancarkan oleh Cicil.

'Lihat tuh lihat, senyum mulu kayak menang undian Haji. Dasar belalang kupu-kupu semuanya indah!' batin dino membalas tingkah Cicil yang berlebihan.

  "Darimana aja lo?" tanya Dino yang menyergap Cicil tepat di depan pintu ruang tamu.

  "Kepo amat lo, sana minggir!" Cicil mendorong bahu Dino, menyuruh cowok itu agar tidak menghalangi jalannya.

  "Bunda lo belum pulang, lo udah tahu?"

Cicil terdiam, "Gue udah izin Bunda katanya malam ini beliau enggak lembur."

  "Nyatanya sekarang beliau belum pulang!" Dino meninggalkan Cicil yang masih termangu di depan pintu. Cicil lalu bergegas menyusul langkah kaki Dino yang akan masuk ke dalam kamar tamu.

  "Lo tahu kenapa Bunda pulang telat?"

  "Masih peduli lo sama Bunda?" tanyanya kasar dengan nada sedikit membentak. Cicil tertegun, "Bunda tadi bilang ke gue kalau beliau ada tugas dadakan yang harus buat beliau kerja lembur, Bunda telepon lo tapi bilang kalau hape lo gak aktif, ya sudah Bunda pikir lo lagi asik makan malam sama si kutu kupret noh."

Cicil menepuk dahinya, dia lupa jika ponselnya dalam keadaan lowbatt jadilah Ia matikan untuk sementara waktu. Dino menutup pintu kamarnya keras tak menghiraukan wajah Cicil yang sekaranng cemas memikirkan Bundanya.

Pukul setengah dua belas, Cicil merasakan Anin telah tiba di rumah. Cicil ingin turun namun langkahnya tersendat, pasti sang Bunda lelah, Cicil akan meminta maaf esok hari saja. Setelah selesai makan masakan yang sudah disiapkan Anin di meja makan, Cicil beranjak ke kamar Anin. Di sana dia mendapati sang Bunda masih tidur bergelung dengan selimut.

  "Bunda, gak sarapan?" tanya Cicil mulai merasakan keadaan Bundanya yang tidak baik-baik saja.

Cicil melihat wajah Anin yang sedikit pucat, "Bunda kenapa? Sakit? Pergi ke dokter ya, biar Cicil anter!"

Anin menggeleng lalu bangkit dari posisinya, "Bunda Cuma kecapekan, istirahat sehari pasti langsung sehat lagi."

  "Oh iya, Cicil minta maaf kemarin gak angkat telepon Bunda soalnya hape Cicil mati."

Anin mengangguk paham mendengar penjelasan anak semata wayangnya, "Ya udah gak pa-pa, udah gih sekolah. Bunda habis ini mau sarapan terus minum obat, nanti siang juga bakalan sembuh."

Cicil memastikan semua yang dibutuhkan Bundanya sudah siap, Cicil mengambilkan sepiring nasi dan lauk tak lupa obat yang dibutuhkan Anin. Setelah semuanya siap, Cicil pergi ke sekolah bersama Dino.

  "Udah minta maaf lo?"

Cicil tak menyahuti pertanyaan Dino, memilih membungkam mulut dan menghemat energi agar tak banyak emosi yang Ia keluarkan di pagi hari.

***

Waktu itu Shella meminjami Cicil pakaian dengan satu syarat, syarat yang diberikan Shella pun tidak sulit bagi Cicil untuk menerimanya karena Shella hanya mau menumpang tidur semalam di rumah Cicil. Cicil menyetujui itu dengan cepat. Tingkah menjijikkan Shella di pagi hari membuat Cicil ingin memuntahkan seluruh isi di dalam perutnya. Tak mau ambil pusing, Cicil pun mengambil novel yang Ia taruh di kolong bawah mejanya. Cicil kaget saat menemukan sticky note di atas cover novel yang hendak Ia baca.

'Awali hari dengan senyuman!'

Cicil menatap sticky note berwarna peach itu, kemudian bertanya kepada Shella yang masih berusaha menebar perhatiannya kepada Dino. Shella menggeleng cepat kemudian mengalihkan penuh fokusnya kepada Dino.

  "Misterius banget."

Bel masuk sudah berbunyi, semua orang mulai diam di bangku masing-masing. Cicil merasa terganggu dengan tingkah jahil Dino hari ini. Bagaimana tidak, Dino menusuk-nusuk punggung Cicil dengan ujung belakang penanya.

  "Apaan sih, Din?" tanya Cicil sembari menghembuskan napas gusar.

Dino pura-pura tak tahu dan menatap Cicil dengan wajah polosnya, "Apaan yang apa?"

  "Kenapa lo gangguin gue?" tanyanya makin kesal dan terpancing emosi.

  "Siapa juga gangguin lo?" Dino balik bertanya lalu menyenggol lengan Udin yang duduk di sebelahnya. Shella yang melihat tak bisa menengahi karena melihat Cicil sedang emosi-emosinya dengan Dino. Pastilah taka da yang berani menggugat amarahnya.

  "Ssstt..." Semua orang yang berada di kelas mendesis dan mengarahkan pandangannya ke arah Cicil dan Dino. Yang ditatap pun memendam rasa malunya. Cicil berbalik menghadap depan dan tak mau memperpanjang kejahilan Dino pagi ini.

  "Oh ya Cil, gue jadi nginep di rumah lo ya?"

  "HAH?!"

***

Happy reading my beloved readers, jangan lupa spam komentar yak, aku seneng kok sama semua komentar yang kalian tulis, kalau ada waktu pasti aku balas:)

Salam sayang
Dzurrqa

DIFFICULTWhere stories live. Discover now