5. Kok Mual?

3.4K 364 302
                                    

Deketin temennya dulu, boleh kan ya?

-Dz-

...

Pagi hari ini, Dino dan Ira sudah berdebat saja. Ira menyuruh anak lelaki semata wayangnya itu untuk berangkat menggunakan angkutan umum saja karena motor ninja Dino harus dibawa ke bengkel untuk dicek hari ini juga oleh Iwan---ayah Dino.

"Biasanya ayah periksa motornya waktu weekend, Bun." Dino mengambil selembar roti lalu ia olesi selai coklat di atasnya.

"Iya, tapi weekend nanti ayahmu gak bisa, dia ada rapat penting di perusahaan makanya cek motor dilakukan hari ini." Dino mendengar penjelasan Ira lalu memakan roti selainya.

Ira menyiapkan roti untuk Iwan dan untuk dirinya sendiri, "Kamu naik angkot aja ya, Dino!" suruh Iwan sambil mengambil roti selai yang sudah dibuatkan Ira.

Ira tersenyum lalu dia duduk bersama anak dan suaminya lalu melakukan sarapan pagi bersama.

"Oh Bunda baru ingat, Cicil biasanya juga naik angkot kamu bisa bareng dia," usul Ira dan membuat dirinya kaget bukan main. Entah mengapa ketika dia bersama Cicil, Dino merasakan batinnya sangat senang.

Setelah selesai makan, Dino langsung bersiap mengambil tas sekolah dan sepatu hitamnya yang berada di atas rak. Dino sempat melirik ke arah rumah Cicil dan di sana nampak Anin sedang menyirami beberapa tumbuhan kesayangannya. Dino berjalan ke arah pagar rumah Cicil dan menyapa Anin.

"Assalamualaikum, Cicilnya ada Tante?"

"Waalaikumsalam, Nak Dino. Ada tapi kayaknya masih ngebo, sebentar Tante panggilkan dulu." Dino melempar senyum manis ke arah Anin, Anin langsung mematikan kran dan masuk untuk memanggil Cicil.

Sepuluh menit kemudian, gadis yang bernama Cicilia itu ke luar dengan wajah khas orang baru bangun tidur dan seragamnya juga masih kusut seperti seragam yang belum dicuci.

"Hah, lo? Ada apa Dinosaurus?" tanya Cicil sambil menaruh helaian rambutnya di pinggir telinga.

"Lo mau naik angkot kan? Gue bareng ke halte ya mau naik angkot."

"Hah, hahahaha anak mama kek lo naik angkot? Bisa-bisa nanti lo mabuk," cibir Cicil sambil tersenyum smirk. Dino melototkan matanya, "Enak aja, gue gak anak mama tahu."

"Udah, udah semenjajah lo deh, sekarang kita pergi nanti telat lagi." Cicil berjalan meninggalkan Dino yang masih setia berdiri di depan pagar rumahnya.

"Woy, Cincau tunggu!"

Dino berlari menyusul langkah kaki Cicil hingga mereka berdua sekarang berjalan beriringan dan saling memandang pemandangan rumah-rumah kompleks.

Di dalam angkot Cicil dan Dino duduk bersebelahan di depan mereka ada beberapa ibu-ibu yang baru saja berbelanja dari pasar karena belanjaan sayur dan bahan masakan yang memenuhi lantai angkot. Sedangkan di sisi kanan dan kiri dipenuhi oleh anak sekolah seperti Dino dan Cicil.

Saat sedang diperjalanan Dino merasakan tubuhnya mulai tidak enak rasanya seperti masuk angin. Wajahnya memucat dan rasanya ingin muntah. Namun Dino harus bisa menahannya, akan malu jika dia muntah di dalam angkot dan menjadi bahan tontonan orang-orang.

"Wajah lo kok pucat sih?" tanya Cicil ketika dia tak sengaja menoleh ke arah Dino. Dia mulai tersenyum meremehkan, "lo mabuk ya?"

Mungkin benar Dino mabuk karena dia baru pertama kalinya naik ke dalam angkutan umum yang di dalamnya penuh sesak sehingga dia tidak bisa bergerak bebas. Mata Dino mulai berkunang-kunang.

"Ah gak apa kok, gue gak mabuk juga." Dino masih memasang wajah kuatnya, dia tidak boleh terlihat lemah di depan cewek.

Untung saja SMA Permata sudah dekat, Dino sudah tidak sabar ingin turun dan memuntahkan isi perutnya.

"Ayo turun!" ajak Cicil ketika dia sudah berada di luar angkot dan membayar pada sang supir.

Dino langsung turun dan memberikan beberapa lembar uang untuk membayar angkot. Setelah itu dia menepi dan memuntahkan isi perutnya.

"Lo mabuk beneran, haha yang dikata cowok ganteng dan songong itu sekarang muntah karena naik angkot haha gak elite banget sih." Cicil meledek Dino habis-habisan, wajah Dino merah padam menahan malu.

"Awas lo ya, tunggu pembalasan gue."

"Lo mau ngelawan gue, oke gampang gue bakal sebarin berita lo mabuk ke seluruh antero sekolah." Dino langsung menutup mulut manis Cicil dan menyuruhnya untuk tidak melakukan hal itu, "Oke, oke jangan sebarin hal itu ya Cicil cantik."

Cicil terpaku mendengar kata terakhir dari Dino. Dino memujinya, kupu-kupu di perut Cicil berterbangan mendengar pujian itu. Pipinya blushing dan Cicil ingin sekali menutupi wajahnya dengan topeng mainan bergambar power rangers agar Dino tak dapat melihat wajah merahnya.

"Eh, Cicil jangan lari. Tungguin gue!"

Dino yang sudah lega telah memuntahkan isi perutnya dia langsung berlari mengejar Cicil yang mendadak berlari meninggalkannya.

"Halo, Cicilia. Tumbenan gak telat?" sapa Shella saat mereka bertemu di depan gapura megah sekolahnya.

"Gue gak pernah telat tapi tuh pak satpam yang kepagian buat nutup pagar, hehe."

Shella dan Cicil tertawa bersama. Lalu Dino menyusul di belakang kedua gadis yang sedang tertawa bersama itu.

"Eh Dino, makin ganteng aja."

Dino menyapa Shella lalu mendahului mereka dan berlari menemui teman laki-lakinya.

"Gitu ganteng? Lo perlu periksa mata."

"Lo kali, Cil yang harus periksa mata ke dokter THT."

"Bego dipelihara, kalau ada sakit mata ya pergi ke dokter mata."

Shella terus berdebat hingga sampai di dalam kelas mereka sibuk dengan kebiasaan masing-masing. Cicil sibuk dengan novelnya sedangkan Shella sibuk dengan ponselnya.

"Shell, nanti makan di kantin bareng gue ya?" tanya Dino setelah dia meletakkan tasnya di bangku belakang Cicil.

Shella mengangguk dan matanya memancarkan aura kebahagiaan. Dia sangat bahagia mendengar ajakan Dino barusan. Cicil yang melihat hanya mendengus malas.

Shella dan Dino sudah pergi ke kantin bersama dan meninggalkan Cicil di kelas. Shella berjanji akan membawakan Cicil makanan, kebetulan juga Cicil sedang malas berjalan walau hanya ke kantin, dia lebih memilih menuntaskan membaca novelnya.

"Lo mau makan apa, Shell?" tanya Dino ketika Shella sudah duduk menunggu Dino menawarkan makanan.

"Samain aja sama lo." Shella tersenyum manis lalu dia menundukkan kepala agar dikira gadis yang lembut dan lugu.

"Nih makanan sama minumannya."

"Terimakasih ya Din," ucap Shella lalu membuka air mineralnya terlebih dahulu.

'Sepertinya gue beneran jatuh cinta nih sama Dino, eits dia ngajak makan gue duluan lagi pasti dia ada apa-apa nih sama gue. Ah, senangnya.' Batin Shella.

Dino langsung menyantap makanannya, "Lo sama Cicil udah deket lama?" tanya Dino tiba-tiba saat Shella akan menyendok kuah bakso.

"Udah deket lama sih tapi gue masih belum kenal banget sama dia, Cicil itu cewek yang sulit ditebak."

Dino mengangguk dan menyuruh Shella sambil terus menikmati makanannya. "Sulit ditebak? Dia emang misterius ya?"

Shella mengangguk, "Dia itu cewek yang cueknya tinggi banget kalau sama cowok, selama sekolah di sini banyak yang suka Cicil tapi Cicil gak pernah nanggapi satu cowok pun."

"Eh kok lo jadi ngajak ngomongin Cicil terus sih?" tanya Shella saat menyadari bahwa Dino seperti menguras informasi dari Shella.

"Eng, enggak udah lanjutin aja makannya!"


-----------------

Salam sayang
Dzurrqa

DIFFICULTWhere stories live. Discover now