Chapter 16 - Gio dan Sheila

4.4K 219 79
                                    


Aku jadi dekat dengan Gio. Jujur,aku seneng banget!Gara-gara kejadian kemarin Gio jadi bersikap sangat baik padaku. Sudah tidak ada lagi Gio yang ketus,menyebalkan,kasar,dan arogan. Sekarang yang ada adalah Gio yang ramah,menyenangkan,humoris,juga murah senyum! Saking senangnya aku jadi suka senyam-senyum sendiri. Malunya,aku sering ketahuan sama orang kalo lagi mikirin perubahan Gio.

Kali ini,akupun tertangkap basah sedang senyam senyum di depan toilet. Tapi kali ini yang menangkapku senyam-senyum tidak membuatku malu,melainkan merasa bersalah. Orang itu adalah Dimas.

"Lagi seneng?" tanya Dimas seraya menghampiriku.

Aku menggeleng. "Cuma inget hal lucu aja"

Dimas mangut-mangut. Kalau diingat-ingat sudah dua minggu ini kami jarang kontek-kontekkan. Dimas sibuk dengan lomba basket yang sedang berlangsung. Gio gak ikut,tahu kenapa?Karna dia malas kalau gak ada aku. Soalnya pertandingan berlangsung di jam sekolah,jadi aku gak bisa nonton. Aku sempat kesenangan,tapi kalau dipikir-pikir mungkin maksudnya kalau gak ada aku,berarti dia cari mati dikejar-kejar fansnya.

Eh ngomong-ngomong soal fansnya Gio,mereka semua kemana ya? Semenjak insiden di acara ulang tahun Kaila,dia memang sudah tidak pernah kelihatan lagi ngekorin Gio. Dia malah kelihatan malu sekali,dan jarang masuk. Kalau teman-temannya sih masih sesekali nyapa,atau mengirimi Gio chat. Tapi gak ekstrim.

Bicara ekstrim,tentu saja yang paling ekstrim adalah Stephie. Tapi dia juga udah gak pernah ganggu Gio lagi!Aneh kan?Terakhir kali dia genit sama Gio ya waktu berantem di tempat fitness,waktu aku ketonjok! Dia jadi jarang masuk,sekalinya masuk juga anteng-anteng aja. Gak mengganggu seperti biasanya. Apa mereka semua sudah mengakui eksistensiku sebagai pacar Gio?Well,bukan sih sebenernya. Tapi kan mereka tahunya begitu.

Kalau begitu,harusnya tugasku sudah selesai dong?Hm,kenapa aku malah merasa sedih ya?Pasti karna perasaanku pada Gio...

"Nya. Lo denger ga sih?"

Aku baru sadar dari lamunanku. "Ah,maaf Dim!Tadi ngomong apa?" Bego banget sih aku,bisa-bisanya ngelamun sampai gak denger perkataan Dimas.

Dimas kelihatan kesal namun berusaha menenangkan diri. Dia tersenyum. "Ya udahlah,intinya sekarang aku lepasin kamu sama Gio. Aku gak mau gara-gara dia curiga sama kita,dia sampai ngusir kamu kayak waktu itu lagi. Kamu jaga diri kamu ya,kabarin aku kalau kenapa-napa. Jangan dipendam sendiri. Satu lagi,jaga hati aku"

Aku seperti baru dilempar ke Samudra Pasifik.

"Oke deh itu aja,aku ke bawah ya tandingnya setengah jam lagi.Daa"

Aku melambaikan tanganku. "Goodluck ya"

Kami menjauh sampai berbulan-bulan. Aku gak ngerti kenapa,Dimas seperti menjauhiku. Apa dia sadar kalau aku punya perasaan pada Gio?Aku tidak berani bertanya,aku takut kalau dia mengatakan ya. Lebih baik begini,saling berdiam diri. Suatu saat aku dan dia juga akan tahu kebenarannya.

IIIIIII

Gio kemana?Tumben sabtu pagi begini dia sudah tidak ada di kamarnya. Apa dia sudah berangkat lari pagi?Ah padahal tadi niatnya aku yang mau ngajak dia lari pagi. Aku melihat kamarnya,masih persis seperti first impression aku sewaktu pertama kali kesini. Berantakan. Ini malah lebih parah!Dia ngapain sih kalau malem-malem?Jangan-jangan dia obsesi jadi vokalis band metal kayak Vino lagi,tapi karna gak kesampean jadinya dia ngelakuin di kamar. Serem banget kalau dugaanku benar...

Aku mengabaikan pikiran ngacoku. Aku lagi semangat bergerak nih,lebih baik aku bereskan deh kamarnya. Mulai dari sampah-sampah makanan,minuman,bekak bungkus-bungkus barang kurapihkan. Kemudian kubasmi majalah-majalah dan DVD-DVD 'tak bermoral',aku simpan dia tempat yang akan ditemukannya.Aku juga merapikan meja belajarnya. Terakhir aku merapikan kabel-kabel charge handphone,iPod,laptop,TV,DVD dan sebagainya yang kusut sekali. Saking semangatnya aku sampai kesetrum.

Pacar Lima Belas Juta (END)Where stories live. Discover now