Chapter 13 - Dare or Dare

2K 114 1
                                    

           

Begitu aku bilang aku bosan karna akan menghabiskan sisa liburanku di rumah Gio,Dimas langsung mengusulkan bahwa dia akan sering-sering mengajak Gibang ke rumah Gio. Dengan alih-alih mengajak main karna mereka sama-sama gak liburan kemana-mana.

            "Gibang sama Dimas on the way kesini" kata Gio begitu membuka pintu kamar. "Ayo keluar,kita sok-sok-an lagi main piano aja"

            Aku mengikuti langkah Gio malas lalu duduk di kursi piano,di sebelahnya.Gio membuka tutup piano,memangnya dia bisa?

            Gio mulai memencet beberapa tuts piano sampai akhirnya membentuk sebuah alunan melodi yang indah.Gio ternyata mahir bermain piano.Seingatku dia tidak menulis tentang keahliannya ini. Kupandangi Gio,matanya kosong.Dia seperti mengingat suatu hal yang sedih.

            Aku memegang bahunya. "Ganti lagu,Gi" Eh aku keceplosan memanggilnya 'Gi'.Dia kan marah banget kalau dipanggil seperti itu,Stephie aja pernah dimarahi ketika memanggilnya seperti itu.

            Gio membalas pandanganku. "Gue gak jago,cuma bisa lagu ini-ini aja."

            Aku mangut-mangut.Pasti tadi Gio lagi konsentreasi banget sampai gak sadar kalau dipanggil 'Gi'. Bagus deh,aku paling malas kalau mulai mendengar dia membentak-bentakku hanya karna masalah sepele. Aku menekan tuts piano di depanku mengimbangi permainan Gio,jelek-jelek begini aku les piano dari kecil. Jadi aku bisalah sedikit bermain lagu klasik,kalau kata Gio,gak jago,cuma bisa lagu ini-ini aja.Hehehe.

            Gio tidak menghentikan permainannya tapi dia sempat terlihat takjub begitu karna aku ikut memainkannya.  "Gak nyangka,ternyata lo punya keahlian juga"

            Aku menghentikan permainanku lalu memukul lengannya. "Sialan!Gini-gini gue les piano kali waktu masih kecil."

            Gio menghentikan permainannya. Kupikir dia akan marah karna aku memukul lengannya. Tetapi tidak,dia hanya tersenyum meremehkan lalu berkata, "Masa sih?Coba gue mau lihat"

            Aku memasang wajah angkuh lalu mulai memainkan beberapa lagu yang cukup aku kuasai. Memang sih aku gak memainkannya dengan sempurna,bahkan tiap aku salah Gio langsung mentertawakanku. Namun di akhir lagu,dia akan mengoreksi tiap kesalahanku. Aku jadi seperti les lagi,tapi gurunya lebih baik. Ya,cara menyampaikan Gio entah kenapa halus,tidak ketus seperti biasanya. Dia lebih baik dari guru lesku dulu yang membuatku selalu berdebar-debar selama les dengannya.

            "Lo tuh cuma kurang percaya diri aja,jangan ragu. Gak ada yang bakal ngomelin elo kali kalo salah" kata Gio.

            Aku menggaruk-garuk kepala sambil cengengesan. "Kebawa,Yo. Dulu guru les gue galak banget,bawaannya tuh jadi takut salah terus. Soalnya dulu kalo gue salah,gue bakal dibentak-bentak sama dikasih PR nulis not balok yang banyaaaak banget"

            Gio mulai memainkan piano. "Ayo duel sama gue,gue beliin es krim yang kecil kalo lo menang. Kalo gue yang menang lo beliin gue pizza"

            "IH!Kenapa imbalannya gak seimbang?" seruku. Kemudian kami memainkan beberapa lagu bersamaan juga banyak-banyakkan memainkan lagu yang dikuasai. Katanya dia gak jago,tapi kok mainnya lancar seperti air sih?Aku ingat dulu pernah melihat dia bermain gitar dengan Agi. Sepertinya dia memang bisa memainkan banyak alat musik. Dia cowok sih,biasanya kan cowok bisa menguasai beberapa alat musik sekaligus.

            "Udah kali mainnya,kering nih kita"

            Itu suara Gibang!Ternyata Dimas dan Gibang sudah datang sejak sepuluh menit yang lalu. Tapi Gibang bilang dia tidak mau menyela aku dan Gio yang sedang asyik bermain. Namun karna sudah terlalu lama akhirnya dia baru menegur kami.Aku tidak enak sendiri melihat Dimas,tadi aku benar-benar menikmati bermain piano dengan Gio. Aku bisa melihat mata Dimas yang kelihatan tidak suka.

Pacar Lima Belas Juta (END)Where stories live. Discover now