almost is never enough

23 0 0
                                    


April 2017

"Lo udah ngomong sama dia , Ra?"

Tara mengedipkan sebelah matanya dan mengangkat sebelah bahunya menjawab pertanyaan sherly.

"Nggak jadi lagi? Nggak berani lagi? Ra, Lo tuh nggak salah lo. Dia juga cowo lo apa lagi yang bikin lo nggak ngomong? Lo mau sampe kapan mendem kekeselanlo sendiri? Lo mau pacaran lo kali ini sama aja kaya yang sebelom-sebelomnya?"

"Ampuuuun, Iya sherly sayang, due udah ngomong kok semalem."

"Terus jadinya gimana? Nggak ditanggepin lagi?"

"Hmmm... Dia malah marah, Sher. Ya bener. Gue cuma overthinking aja , emang dia dari sananya ya emang kaya gitu, yang harus menyesuaikan ya gue. Dia malah bilang, kalo gue gini malah artinya gue yang nggak nyaman lagi, nggak betah sama dia. Dan..."

"Dan lo merasa bersalah saat dia ngomong gitu?"

"Sher, bukannya bener ya yang dia omongin? Artinya gue itu mengada-adakan masalah yang nggak ada..."
"Ra, emang lo langsung percaya saat orang bilang 'I Love you' di pinggir jalan? Salah kalo lo sesekali mempertanyakan apa perasaan itu bener ato nggak?"

"Gue udah nggak bisa marah lagi sher.."

Sherly tau Tara masih menyimpan kekesalan dalam dirinya, Tara hanya butuh di yakinkan, di teguhkan hatinya bahwa Arra memang menyukainya, belakangan Arra sedang sibuk, ia sangat jarang bertemu dengan Tara, ntah kesibukkan seperti apa yang dihadapinya, Tara tidak menuntut banyak, namun Arra bersikap sangat dingin dan jauh baginya, di dunia maya ataupun dunia nyata, bahkan rasanya saat mereka bertemu tidak semenyenangkan itu. Arra tidak terlihat exicted lagi.


10 May 2017

Pintu lift terbuka lebar, tampak seorang perempuan duduk di meja berjarak 6 meter dari pintu tersebut. Wanita itu berseragam ala pegawai hotel tersenyum lebar menyambut Tara. Tara mendekat kemeja sambil tersenyum menghadap wanita tersebut. "Ada yang bisa saya bantu mba?" Wanita itu berbicara dengan Tara, Tara hanya menunjuk ke bagian di sebelah kirinya. Pegawai itu mengerti yang di maksudkan Tara, "Baiklah mba, boleh diisi dulu datanya saya akan mengambilkan, handuk dan kunci lockernya dulu". Tara mengangguk dan mengisi buku yang ditunjukkan. Selesai menuliskan datanya Tara sudah mendapati pegawai tersebut memegang sebuah handuk dan kunci dengan gantungan ikat rambut. Ia mengambil barang-barang tersebut lalu menuju ke arah yang tadi di tunjukknya.

Tara memasuki sebuah ruangan dengan banyak locker dan bilik-bilik, Kamar mandi. Membuka satu locker dan meletakkan semua barangnya, mengganti pakaiannya lalu keluar dari ruangan tersebut. Ia mulai mendengar suara gemercik air dari kejauhan, menghela nafasnya lalu mengarah ke sumber suara.

Kini pemandangan kolam tampak di depan Tara, ia langsung duduk dikursi santai yang tesedia di depan kolam. Menatap sekelilingnya, tidak ada orang disana, jelas saja, Tara beruntung hari ini tidak begitu terik, mengingat betapa teriknya matahari di Kota Palembang belakangan ini, membayangkannya saja sudah membuat gerah. Tara perlahan menutupkan matanya, mencoba menikmati suara-suara disekitarnya, suara air yang mengalir, suara yang sangat disukai oleh Tara. Untuk beberapa saat Tara merasa sangat tenang, "Yahh. Seenggaknya dengan sendirian gue bisa menikmati hari ini". Tara kembali memejamkan matanya, kali ini ia mencoba untuk tidur, ia mengosongkan kepalanya lalu tidur.

Sebenarnya Tara tidak benar-benar tidur, ia hanya memejamkan matanya dan mengosongkan pikirannya, setidaknya itu lebih menenangkan dari pada tidur yang dijalaninnya belakangan ini. Tara merasa belakangan ia hanya tidur secara fisik, namun mentalnya tidak tidur. Tara mengalami backpain belakangan ini, hal ini ia percayai ia alami karena adanya mental stress dalam dirinya, yang memperkuat hipotesisnya adalah ia yang tetap merasa sakit walaupun telah beristirahat cukup dan makan makanan yang bergizi.

ONE FINE DAYWhere stories live. Discover now