SILENT MOMENT

25 0 0
                                    



10 may 2017

Pikiran Tara kembali melayang entah kemana, ada 3 orang yang selalu berputar di kepalanya, Rangga, Arra dan Riza. Bagi Tara, mereka adalah karakter-karakter penting dalam hidupnya. Walaupun pengalaman Tara dalam berpacaran sudah mencapai 2 digit hanya 3 orang inilah yang berkesan banyak dalam hidup Tara, Yang lain? Bagi Tara mereka adalah orang baik yang dapat bertahan dengan Tara, tapi tiga orang ini adalah karakter-karakter yang membuatnya memaknai hidup, tipikal orang-orang yang mungkin tidak akan keluar dari kehidupannya.

Rangga, cinta pertamanya yang sering ia sebut seperti boomerang, di lempar sejauh apapun dia akan kembali lagi. Mungkin sebutan itu sudah tidak cocok lagi, mungkin karena boomerangnya sekarang sudah tersangkut di lumpur hisap, jadi ia sudah tidak kembali ke pemiliknya. Namun bukan hanya kembali dan kembali yang membuat Tara menyukai Rangga. Entah bagaimana, hanya dengan Rangga Tara dapat bersikap leluasa, menjadi dirinya sendiri, merasa sangat nyaman dan di cintai. Bahkan Tara tidak mengerti apa yang bisa membuatnya merasa begitu. Tidak ada orang lain yang lebih membuat Tara nyaman senyaman saat ia bersama dengan Rangga.

Riza, character yang menjadi tokoh utama di cerita Tara. Riza dibesarkan di keluarga yang penuh kasih sayang. Mengajarkannya dan membangunnya hingga menjadi seseorang dengan karakter serupa. Riza dapat membaca Tara, melihat Tara dengan sifat-sifatnya. "Kamu tu manja banget loh Ra. Nggak bisa di diemin 5 menit aja" Sekarang Tara benar-benar mengerti kalimat yang sering dikatakan oleh Riza itu, mengingat Arra yang benar-benar tidak memanjakannya, sangat berprinsip 'kita kan udah besar'. Tara mengatur nafsanya sambil tersenyum. Seandainya saja Riza tidak sekeras itu ia pasti menjadi orang yang paling dicintai Tara.

Arra... Kini pikiran Tara kembali benar-benar tidak karuan, hanya satu yang ia pikirkan tentang Arra, yaitu dirinya sendiri. Tara benar-benar merasa ia dan Arra memiliki karakter yang sama, mereka adalah orang yang supel dan humble, lincah, berisik dan sangat aktif, tapi itu hanya terjadi di kalangan teman-teman. Saat bertemu dengan pasangan, mereka adalah orang yang pasif, cenderung terus mengalah dan merasa kalah dan yang menjadi musuh utama dari karakter mereka sifat mereka yang juga menjadi penyebab hancurnya hubungan mereka adalah overthink. Saat mereka menyayangi seseorang, mereka akan menyayangi orang tersebut sepenuhnya, namun mereka juga akan merasa rendah diri dan merasa tidak pantas untuk orang yang mereka sayangi.

"I'm so sick of love." Tara berbisik dengan dirinya sendiri. Tara mulai mengalihkan pikirannya, ia melihat kesekitarnya, Café itu sepi, hanya ada satu meja yang terisi di dekat Tara, disana ada empat orang dengan Seragam SMA, masing-masing memegang gadget mereka, namun sesekali menunjukkannya kepada teman-temannya lalu mendiskusikannya.

Tara terbayang dengan masa-masa seragam sekolahnya, ia teringat orang-orang yang sering mengatakan bahwa masa SMA adalah masa-masa terindah, Namun mengapa Tara tidak merindukannya? Apa karena ia telah melaluinya tanpa masalah yang berarti? Tidak. Tara pernah mengalami masa sulit yang sama halnya seperti sekarang, Tara pernah kehilangan arah hingga berusaha mengakhiri hidupnya. Lalu bagaimana Tara melalui masa sulit tersebut? Tara mencoba mengingatnya namun ia tidak menemukan jawaban apapun.

Tara mencoba membuka blognya, memeriksa adakah posting miliknya dulu. Percuma saja, Tara pernah merestart blognya, menghapus semua postingan yang pernah ia tulis, hal ini ia lakukan dengan sadarnya sendiri, entahlah, sekarang Tara menyesali perbuatannya, ia merindukan tulisannya dulu. Tara mengeluarkan harddisk dari tasnya, mencolokkannya pada laptopnya dan memeriksa isinya. Ada beberapa folder di sana diantaranya Locked Away, IT dan Foto. Di bukanya folder Foto dan muncul beberapa folder lagi, 'HighSchool'. Tara membuka folder tersebut, mulai beberapa memori masa sekolahnya muncul di kepala Tara.

Tara mengingat mereka semua, Teman-temannya di SMA, sekarang semuanya sudah jauh dari Tara, tapi Tara ingat betapa mereka mendukung Tara dulu. Tara masuk di SMA yang asing baginya, dari SMP-nya hanya ada 2 orang yang masuk ke SMA tersebut, dan satu orang lainnya tidak dikenalnya dengan baik, namanya Bryan, Tara hanya tau ia mantan Hanna, tidak pernah bertegur sapa atau apapun. Awal tahun pertama terasa berat bagi Tara, ia tidak memiliki teman dan tanpa alasan yang jelas ada beberapa murid di kelasnya yang membencinya, walaupun pada akhirnya mereka semua menjadi teman dekat Tara. Michelle, teman pertama Tara di SMA yang sering di sebut SMA Bangau Tersebut, selalu menemani Tara dan mendukung Tara, bisa dikatakan, Michelle adalah salah satu kekuatannya bertahan di Sekolah tersebut.

Masa terburuk Tara muncul pada tahun kedua di SMAnya, ia kehilangan arah, ia mendadak menjadi murid yang murung dan sering melamun di kelas, Michelle sampai menjulukinya Seonggok daging , perubahan secara drastis ini hanya disebabkan oleh satu hal, laki-laki. Saat itu Tara berpacaran dengan Deas, dan entah bagimana Tara merasa Deas berubah, dan itu membuatnya kacau dan ketakutan. Teman-teman Tara berpendapat hal ini di karenakan Tara hanya tidak terbiasa, dan mereka sangat mewajari sifat Tara. "Tara itu terbiasa hidup perfect. When somethings goes wrong she don't know how to handle it." Kurang lebih itu kalimat yang mereka gunakan untuk menggambarkan kondisi tara saat itu. Mereka menganggap Tara selama ini mendapatkan apa yang ia inginkan dan butuhkan, Teman-teman yang baik, Kekasih yang menyayanginya, keluarga yang berkecukupan. Mereka tanpa henti memberi Tara semangat, Hingga akhirnya Tara sadar, selama ini ia menutup mata, teman-temannya jauh lebih mengerti dirinya dan itulah alasan Tara kembali ke kepribadiannya yang ceria, karena ia tidak mau melihat teman-temannya sedih melihatnya murung.

"Terus yang kali ini bakal jadi alasan gue buat semangat lagi siapa?" Tara bergumam kepada dirinya sendiri. Ia menyadari betul apa yang ia miliki sekarang, teman-teman yang sangat peduli dan keluarganya. Namun entah mengapa Tara merasa belum tenang, ditambah lagi dengan keresahannya di kampusnya sekarang, Tara benar-benar merasa dokter bukan cita-citanya. Ia sudah benar-benar lelah, membutuhkan sebuah alasan untuk kembali memiliki semangat menjalani hari-harinya.

"Huh. Kemaren-kemaren yang buat gue bertahan itu Lo Ra. Ntah kenapa gue bisa bertahan walau nggak ada lo, tapi tetep aja rasanya gue masih butuh sama Lo." Tara kembali berbisik dengan dirinya sendiri. Ia melihat jam tangannya waktu sudah menunjukan pukul 3 sore, ia membereskan barang-barangnya yang berserakkan di meja, memasukkannya kedalam Tas lalu beranjak meninggalkan mejanya.


ONE FINE DAYWhere stories live. Discover now