The day

273 4 0
                                    



10 may 2017

Tara terbangun karena ketukan pintu kamarnya. "Ra... Bangun... Udah jam stengah 6...", biasanya mendengar kalimat tersebun sontak Tara bangun dan membuka pintu, namun tidak untuk pagi ini. Tara teringat tentang niatnya sebelum tidur semalam, Tara tidak mau menemui siapapun hari ini. "Tara kuliah jam 10 mam" Tara menjeritkan ke mamanya. Lalu Tara kembali memejamkan matanya, kembali ke mimpi indah yang barusaja Tara tinggalkan.

Entah bagaimana seolah mimpi tersebut tersambung kembali Tara kembali ke karakter dirinya di dalam mimpi, yang ntah bagaimana ceritanya sedang bersama dirinya. Bahkan Tara melupakan cerita dari mimpi tersebut, Tara tiba-tiba kembali terbangun di tempat tidurnya, jam menunjukan pukul 7 lewat. Tara memutuskan untuk duduk dan menyusun harinya hari ini. Tiba-tiba sosok orang lain kembali terngiang di kepalanya. Arra, orang yang menyebabkan keadaannya seperti ini. Tara masih menginginkannya, Tara ingin kembali bersamanya, namun itu bukan hal yang mudah. Pikirannya kembali ke kalimat yang ia baca semalam . kalimatnya membuat Tara merasa sangat merasa marah dan bersalah hingga Tara merasa perasaannya campur aduk seperti sekarang ini. "ahh sudahlah". Tara kembali fokus ke menyusun harinya hari ini.

Hari ini Tara ingin menghabiskan waktu dengan dirinya sendiri, seperti pagi ini, seharusnya Tara berada di kampus, mendengarkan dosen namun Tara memutuskan untuk tidak melakukan itu, Tara memutuskan untuk bangun lebih siang dari hari biasanya, tidak makan sarapan yang disiapkan mamanya. Jika ancamannya bukan mengulang di tahun depan Tara rasa ia juga akan meninggalkan kelas tutorialnya hari ini. Kelas tutorial di mulai pukul sepuluh, masih sekitar 3 jam dari sekarang, Tara memikirkan untuk mampir ke McD sebelum ke kampus. "Makan apa ya di McD?". Tara memikirkan kegiatan lainnya sambil bermalas-malasan di kasur, Tara mencoba mencari di google "Place to being alone Palembang" tentunya nggak ada hal yang keluar dengan sesuai kemauannya. Lalu mulai bermunculan beberapa ide-ide aneh dari otaknya, yang pertama Tara ingin berenang, lalu Tara ingin bertemu dengan psikiater karena beberapa masalah internal yang sedang Tara alami, ketiga Tara ingin membaca buku di Gramedia world.

Tanpa disadari Tara menghabiskan waktu sekitar satu jam untuk berfikir dan melupakan kebiasaan siap-siap yang memakan waktu lama, jelas saja, bukan hanya mandi yang harus dilakukan, masih banyak ritual-ritual diantara pekerjaan pekerjaan pokok tersebut, Tara belum mencatok rambutnya dan memilih baju, di tambah lagi Tara belum mengeprint tugas wajib untuk di bawa ke tutorial hari ini. Benar saja, Tara selesai bersiap-siap saat jam sudah menunjukan pukul 9.20, Tara sudah kehabisan waktu, sudah tidak sempat untuk mampir ke McD lagi, jadi Tara memutuskan untuk membeli jajanan di kampusnya untuk sarapan.

"And here we go, today is gotta be my day." Tara menghela nafas dan mulai berjalan ke luar rumah, masuk ke mobil dari taksi online yang sudah Tara pesan dari tadi.

"Selamat pagi, mbak Austin ya? Tujuannya ke madang ya mbak?"

"Iya mas, FK unsri di belakang RSMH."

"iya, masih kuliah mbak? Semester berapa?"

"Semester 6"

"Di FK sulit nggak mbak belajarnya?"

"Hm. Sulit mas." Tara tersenyum simpul, mengingat betapa beratnya hari-harinya belakangan ini. Belakangan Tara kehilangan semangat berada di fakultas kedokteran ini, Tara sudah kehilangan semangat.

"Ya mau di bilang sulit tapi tetep harus di jalanin kan mbak, walaupun berat harus tetep di bawa fun ya."

Tara hanya mengangguk dan kembali ke pikirannya, Tara teringat saat Tara duduk di semester 3, Tara sama kehilangan arahnya seperti Tara saat ini, tidak ingin bertahan, ingin sekali rasanya pindah jurusan, dan meninggalkan semua ini, lalu Tara mulai berfikir kenapa Tara memulainya, ingin menjadi dokter, dan mencari apa yang dapat membuat Tara bertahan, mencari suatu target dalam hidup, setidaknya target itulah yang membuat Tara bertahan beberapa semester ini. Tara ingin menjadi specialis penyakit jiwa, itu yang tertanam di dalam benaknya beberapa semester lalu sampai saat akhirnya semua orang merendahkan keinginannya, seolah-olah cita-cita tersebut tidak seharusnya keluar dari mulutnya. "Jangan lah Ra, itu ilmu subjektif banget." Bahkan Sarah pemegang nilai tertinggi di kelasnya, orang yang sama sekali tidak akrab dengan dirinya berani melontarkan kalimat tersebut kepada Tara. Tara kehilangan cita-cita, kehilangan semangat dan kehilangan orang yang dapat membuatnya kembali bersemangat.

"Sampe ni mbak, mau masuk atau nggak?"

"Eh, apa? Nggak mas di depan aja nggak papa." Tanpa sadar Tara telah melamun di separoh perjalanan, kini Tara sampai di kampusnya, Tara bersiap-siap turun dari mobil dan memasuki kampus. "Met pagi kakk." Tara menyapa satpam-satpam yang memang sudah menjadi kenalannya di kampus. "Ahh, cerah banget kayanya hari ini mentang-mentang nggak masuk pagi." Tara hanya membalas godaan mereka dengan senyum dan langsung masuk menuju ke ruangan tutorial.

Tara membuka pintu dengan tulisan "TUTORIAL 3" di depannya, saat membuka pintu tersebut muncul wajah Adam di depannya. "Eh, sorry." Tara langsung mundur dan kembali menutup pintu tersebut, mengabaikan suara Tawa alberth yang mendadak meledak melihat ekspresi Tara dan Adam yang salah tingkah. Tara menyadari ia telah salah masuk ruangan, Tara menuju ke pintu selanjutnya "TUTORIAL 2" kembali dengan penuh percaya diri Tara membuka pintu tersebut dan langsung hendak masuk ke ruangan. Namun lagi lagi, ada beberapa sosok orang disana, Tara kembali mundur dan menutup pintu. Masih berdiri di depan pintu Tara berfikir, "Gue nggak salah ruangan kok." Sampai saat Tara menyadari orang-orang didalam ruangan sedang tertawa dan berteriak "Lo emang di sinii kokkk". Tara kembali membuka pintu dan masuk ke ruangan "Kalian emang disini? Nggak kan ?" Tara bertanya pada mereka sambil memandangi mereka satu persatu secara bergantian. "Emang nggak beb, gue sama temen-temen cuma numpang duduk doang tadi." Thalia, teman dekatnya saat SMA akhirnya menjawab kebingungannya. "Okey, okey silahkah go away." Tara mengusik mereka dan membiarkan mereka meninggalkan ruangan. 

ONE FINE DAYWhere stories live. Discover now