PART 30

350 41 19
                                    

Ruby : Buku diary lo buat gue aja.

Kevias : Balikin gak! Itu punya gue,

Ruby : Ck, minta balikan mulu lo, sabar dong. Butuh waktu nih gue.

Kevias : BALIKIN RUBY!  BUKAN BALIKAN...

TOK TOK TOK

Kevias menatap pintu kamarnya sejenak. Lalu kembali fokus ke hape karena Ruby sedang mengetik. Kevias menghela napas pelan.

"Masuk aja Bel."

Abel masuk dengan kepang dua andalannya. Menaruh tas sembarang di sofa panjang pojok ruangan, Abel ikut duduk bersila di karpet bersama Kevias.

Ruby : Hahaha

Ruby : Gini aja, gue balikin buku lo pas pengumuman kelulusan atau H-1 kelulusan. Gimana?

Kevias melotot mendapat pesan balasan itu. Nih anak penginnya apa sih?! Batinnya berteriak.

Kevias : Lama bener!!!

Ruby : Nona kan rajin belajar dan menabung. Gak kerasa kok nanti tiba-tiba bukunya udah ada di elo. Waktu berjalan cepat.

Kevias memutar bola mata dan hanya membaca pesan itu. Berhubung Abel sedang berkunjung dan cewek itu sekarang sedang sibuk melihat-lihat majalah fashion yang memang teronggok di karpet sedari kemarin.

"Bel,"

Kevias mendekat ke arah Abel dan ikut melihat ke arah majalahnya.

Abel menutup majalah itu dan memfokuskan pandangannya ke arah Kevias.

"Aku masih bingung, tumben-tumbenan kamu nyuruh aku ke sini pas jam belajar gini." Abel menunjuk jam tangan silvernya.

Jam menunjukkan pukul 19.30 WIB. Ya, itu yang membuat Abel bingung. Jam segini harusnya Kevias sedang belajar karena itu kebiasaannya. Makanya Abel kaget saat melihat notif di hapenya. Kevias jarang mengirim pesan pada Abel di jam-jam seperti ini.

"Hah," Kevias menghela napas dan menyelipkan rambut panjangnya ke belakang telinga.

Kevias menarik napas dalam dan mengeluarkannya. Seluruh kegiatan Kevias tak luput dari pandangan Abel yang penasaran.

Kevias menghadapkan tubuh sahabatnya pada dirinya. Dia memegang kedua bahu Abel dan mencoba mencari kepercayaan dan ketulusan di mata cewek berkepang itu.

Sulit. Walaupun sulit, Kevias sudah menetapkan hatinya. Dia akan menceritakan semua kisahnya pada Abel. Sama seperti dia yang menceritakannya pada Ruby satu tahun lalu.

Kevias percaya pada Abel dan dia tidak pernah lupa bila temannya ini pernah berkata bila ada masalah, Kevias tidak perlu sungkan untuk berbagi pada Abel.

Walaupun baru bisa mengungkapkannya sekarang, setidaknya dia bisa mengungkapkan semua pada sahabatnya ini. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali bukan?

"Bel, lo pernah bilang kan kalo gue ada masalah, gue bisa cerita sama lo."

Abel berkedip dua kali, "Kalo kamu nggak mau cerita, gak usah dipaksa. Sebagai sahabat kamu satu tahun ini, aku belajar banyak bahwa sebuah hubungan pertemanan harus saling mengerti."

Kevias membasahi bibirnya singkat, "Tapi gue tau, dari hati lo yang paling dalem, pasti pengin gue curhat sama lo kan?"

Kevias meremas pundak Abel.  Melanjutkan kata-katanya. "Pertama, gue minta maaf kalo gue baru bisa cerita sama lo sekarang. Kedua, gue mau bilang makasih lo mau dateng kesini dan mau jadi sahabat gue selama ini."

Shoelaces [Completed]Where stories live. Discover now