PART 22

385 53 48
                                    

Hari Rabu, saatnya bola oranye dimainkan untuk latihan ekskul basket.

"Oke, semuanya. Buat anak-anak kelas sepuluh selamat bergabung di ekskul basket ini." Ruby menghentikan bicaranya sebentar.

Dia mengambil bola basket di bawah ring dan kembali ke hadapan dua puluh lima anak kelas sepuluh.

"Kalian harusnya bersyukur karena bisa lolos seleksi masuk tim basket SMA Budi Bhakti ini. Dari lima puluh pendaftar di semester satu, awal semester dua ini kalian resmi jadi tim inti untuk lomba. Perjuangan kalian tidak sia-sia dengan enam bulan latihan basket di parkiran bukan di lapangan basket."

Ruby menghela napas singkat dan melempar bola oranye ke arah Aska yang ada di bagian belakang anak kelas sepuluh yang berbaris.

"Segitu aja pembukaannya, gue disini sebagai ketua tim basket resmi tahun ini dikasih mandat sama ketua basket sebelumnya, Kak Arthur. Oh iya, btw kelas dua belas tim basket juga masih bisa ikutan latihan fisik setiap hari Rabu ini jika mereka ada waktu. Jadi, kalian harus jaga sikap dan sopan santun."

Lapangan basket itu lengang tak ada yang menjawab. Ruby melirik jam di tangannya. "Kayaknya gue kebanyakan bacot, jadi sekarang langsung aja pemanasan ya. Riki, pimpin pemanasan."

Riki adalah teman satu angkatan Ruby yang juga ikut ekskul basket. Sekarang Riki sudah ke depan anak kelas sepuluh dan memulai mengintruksikan gerakan peregangan sederhana.

"Hitung dari yang kanan," suara Riki terdengar.

Ruby mundur ke belakang anak kelas sepuluh bersama dengan Daniel, Aska, dan teman satu angkatan lainnya. Kelas dua belas mulai disibukkan dengan ujian, jadi hari ini mereka memutuskan untuk bolos ekskul berjamaah.

"Satu dua tiga empat lima enam...."

Ruby melamun sambil menekuk pergelangan tangannya sesuai intruksi Riki. Cowok itu sudah bertanya pada seluruh anak pemenang lomba cerpen dan puisi di angkatannya tapi bahkan tidak ada yang tahu Red Mask itu siapa di sekolahnya.

Bahkan ada yang baru pertama kali mendengar nama Red Mask dari telinga Ruby. Huuuh.

"Satu dua tiga empat lima...."

Ruby sudah lima kali ke sekolah di malam hari dan menunggu Red Mask namun hasilnya tetap nol.

Tiap hari melirik mading namun puisinya masih puisi terakhir yang bertemakan Aku Danau.

Mission clear? Dua kali Ruby tidak mengikuti perkumpulan dengan alasan ingin mendalami kasus Red Mask.

Padahal ya, tiga usaha sudah dilakukan dan semuanya tak berbuah hasil.

"Satu dua tiga empat...."

Sejak curhat dengan Daniel pun cowok kosan itu belum mendapat info apapun. Huh seperinya Ruby harus banyak mandi air dingin di malam hari untuk menjernihkan otaknya.

"Satu dua tiga empat lima enam tujuh delapan." Riki mengakhirinya dengan peregangan kaki diikuti oleh dua angkatan.

Termasuk Ruby yang masih terus melamun.

"Itu udah selesai si Riki."
Ruby tersentak saat Aska berkata itu sambil menepuk bahu Ruby menyuruh cowok itu fokus.

Ruby kembali ke depan dan menyuruh semuanya untuk membentuk lingkaran.

"Ya, sekarang kita chest pass ya." Ruby yang memulai duluan dan melemparnya ke Daniel.

Ruby menghela napas pendek dan keluar lingkaran. Cowok itu memerintahkan Kiko, teman seangkatannya juga untuk mengambil alih intruksi selanjutnya.

Shoelaces [Completed]Where stories live. Discover now