PART 21

402 58 81
                                    

"Bangsat," ringkih pelan Daniel karena dirinya terkatuh dari kasurnya.

Daniel duduk mengelus-elus pantatnya yang dijadikan tumpuan jatuh tadi.

"Nona...." erang Ruby.
Daniel langsung berdiri dan baru tersadar kemungkinan dia jatuh karena Ruby menendangnya. Oh ya, Nih bocah kan nginep di kosan gue.

"Nona...." Ruby sudah dua kali berkata itu tapi keduanya dilakukan dengan mata tertutup. Kali ini guling kesayangan Daniel yang jadi tendangan selanjutnya.

"Eh buset dah, mimpi apaan lo?!" Daniel duduk di atas kasurnya. "Ck, ck, ck." Dia merasa bodoh karena berbicara dengan orang yang sedang tertidur.

Srak...

Suara benda terjatuh. Oh god nih anak ngimpi lagi ngapain sama Kevias sih, sampe nendang-nendang segala.

Daniel mengambil jaket milik Ruby yang terjatuh di lantai tapi cowok itu menyadari adanya secarik kertas putih di lantainya yang berarti itu milik Ruby.

Kertas apa ini?

Dengan penasaran dan was-was sambil melihat ke arah Ruby, Daniel membuka kertas tersebut.

Tulisan tangannya sangat rapi tapi coretan silang dua kali yang menghiasi kertas itu meruak keindahan aksara yang dibuatnya.

Walaupun begitu, setiap bait masih bisa dibaca oleh Daniel.

Mulanya datar
Bak penunjuk kesombongan
Namun mengapa berubah?
Akhirnya melengkung ke atas
Ya, bibir ini
Itu semua karenany--

Ini puisi siapa? Pertama, semenjak Daniel mengetahui gerak-gerik yang mencurigakkan sejak pertama Ruby menanyakan tentang Red Mask pada dirinya dan Aska di kantin waktu itu, Daniel diam-diam membaca puisi-puisi Red Mask. Dan cowok itu sama sekali tidak mengingat pernah melihat puisi ini di mading.

Kedua, bila ini puisi yang dibuat Ruby, Daniel bertaruh akan menjilat seluruh lantai kasar lapangan basket. Pertemuan tiga minggu lalu saja, Ruby mempresentasikan puisi tentang pemandangan alam di depan kelas. Seperti daun, pohon, tumbuhan. Dan tidak ada perumpamaan sama sekali.

Ketiga, Ruby jarang dekat dengan anak-anak sekolah. Bila tidak dengan anak-anak ekskul atau kumpulan gengnya paling ya, dengan pacar--

Pacar? Kenapa tidak?! Apa Ruby sekalipun tidak pernah mencari kemungkinan itu?

Kemungkinan bahwa pacarnya sendiri adalah Red Mask.

Dilihat dari puisi-puisinya selama ini. Tapi gue nggak boleh asal tuduh.

"Huh." Daniel menghela napas singkat dan mengamati lamat-lamat kertas tersebut.

Ya, memang tidak terlalu kucel kertasnya. Mungkin setelah pemilik aslinya membuang kertas itu. Ruby memasukan ke saku dengan asal tanpa membacanya sampai sekarang.

Mulanya datar
Bak penunjuk kesombongan
Namun mengapa berubah?
Akhirnya melengkung ke atas
Ya, bibir ini
Itu semua karenany--

Daniel memiringkan kepalanya saat kembali membaca puisi tersebut. Apa ini puisi Red Mask?

Jelas sekali, karena biasanya Red Mask tidak menggunakan aturan baku dalam puisi seperti sajak yang harus kembar, silang dan lain sebagainya.

Menghela napas panjang, cowok itu mengantongi kertas kecil itu. Dan muncul kemungkinan di kepalanya.

Apa Red Mask itu... Kevias?

*  *  *

Hari berganti minggu. Huh, gadis itu menghela napas pendek. Mungkin memang benar, Ruby ingin menjauhinya. Entah kenapa saat kehilangan sakitnya lebih terasa daripada saat bersama.

Shoelaces [Completed]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن