End

2.1K 101 37
                                    

Author POV

Gaun berwarna abu-abu selutut dengan bunga-bunga kecil sedikit tertiup angin. Kicuan burung sedikit menenangkan gadis ini. Dia membawa bucket mawar merah. Matahari yang tertutup awan tidak terlalu menyilaukan.

Sang putri berjongkok lalu meletakkan bucket itu disamping batu nisan. Ia merabah batu nisan itu sambil menangis.

"Jadi ini akhir cerita kita?" ucap Nura bergetar.

"Kau mengorbankan nyawamu demi aku? Itu sangat lucu. Tapi, itu juga membuatku bahagia. Karenamu, dia tetap bersamaku saat ini."

Nura menarik nafas sebentar lalu mencium batu nisan itu.

"Maafkan aku karena tidak bisa membalas cintamu."

"Nura!" panggil seseorang dari belakang.

Nura langsung mengusap air matanya dan berdiri tegak. Gadis itu tersenyum manis.

"Kau sudah menyelesaikan urusanmu?"

"Sudah. Aku sudah mengira jika kau berada di sini."

"Iya, sudah satu bulan sejak kematiannya. Tapi-"

"Sudah jangan lanjutkan." Akito merangkul Nura menenangkan kekasihnya.

"Juan. Aku sangat berhutang budi padanya."

Flasback On

"Akito bodoh! Kenapa kau lakukan itu!"

Ara, Yuki, Toshi dan lainnya melingkari Akito serta Nura. Gadis itu menangis tanpa henti. Tiba-tiba Juan datang kemudian berjongkok di depan Nura.

Nura terkejut saat mengetahui tangan kiri Juan bercucuran darah. Wajahnya juga pucat pasih. Difa langsung menghampiri Juan ingin mengobatinya, namun Juan menggelengkan kepala.

"Obati tanganmu Juan," ucap Nura.

"Tidak perlu. Kau sungguh mencintainya?"

Nura melihat jasad Akito lalu menggangukkan kepala.

"Dia memang orang yang aneh. Suka menggangu, sulit ditebak, dan terkadang cukup dingin. Tapi, saat melihatnya seperti ini aku tak pernah membayangkan akan sesakit ini," Nura meneteskan air matanya.

"Aku sangat senang bisa menjagamu Putri. Aku ingin selalu bersamamu, namun melihatmu menangis itu sangat sulit."

"Ha?"

"Aku sangat ingin melihatmu lebih lama lagi menjagamu lebih lama lagi dan mengetahuimu lebih dalam lagi."

"Apa maksudmu?"

Juan membuat segel tangan. Dia menggunakan tangan kanannya untuk membuat segel sihir.

"Hentikan Juan!" teriak Difa tak percaya.

"Jika aku hidup aku tidak akan menjadi seorang penyihir lagi. Percuma itu semua,"Juan sambil tersenyum.

"Putri, hanya ini yang bisa aku lakukan untuk kebahagiaanmu."

Cahaya biru mulai menyelimuti tubuh Juan. Nura mengernyitkan dahinya lalu membelalakkan mata.

"Jangan gunakan sihir Cerintesy, kau akan-"

"Aku tahu itu."

Juan mencondongkan tubuhnya kearah Nura. Laki-laki itu memeluk tubuh Nura. Merasakan wangi gadis itu untuk terakhir kali. Kao yang menyelimuti tubuh Juan bertambah menyilaukan.

"Aku mencintaimu Putri," Nura membulatkan matanya.

"Hatiku akan selalu ada ditubuh Akito-kun," tubuh Juan mulai samar-samar.

Nura memeluk Juan erat. Dia menangis di bahu laki-laki itu.

"Jangan...Jangan lakukan ini hiks...Hiks."

"Aku akan tetap menjagamu walau tidak terlihat. Selamat tinggal Nura-chan," Juan tersenyum bahagia.

Tubuh laki-laki itu lemas. Kao biru Juan mengarah ke jantung Akito. Nura menidurkan Juan pelan. Akito mengedipkan mata menyesuaikan sinar yang ada

Flasback Off

"Awalnya aku memang tidak suka padanya. Tapi, dia sudah menitipkan hatinya kepadaku. Aku sangat berterima kasih," kata Akito.

Nura menggangukkan kepala.

"Terima kasih Juan."

"Bisa kita pergi?" tanya Akito.

"Tentu."

Akito menggandeng tangan Nura dan berjalan meninggalkan pemakaman.

-

-

Akito dan Nura berada pada balkon istana. Mereka melihat keadaan kota yang mulai membaik. Bangunan yang hancur perlahan kembali berdiri.

"Kau sudah mencapai tujuanmu Nura. Lalu apa yang akan kau lakukan?"

"Ya kau benar. Darkmoon telah tewas dan tidak aku sangka itu adalah orang yang aku kagumi. Belum lagi para kepala sekolah memutuskan kita yang menjadi pemenang Battle The World," Nura tersneyum.

"Apa kau sudah tenang saat ini?"

"Tidak. Aku memiliki tujuan baru."

"Apa itu?"

"Aku ingin menjadi seorang pemimpin Hana City yang lebih baik lagi. Agar kejadian Rin-san tidak akan pernah terulang. Dan mungkin identitasku sebagai seorang Putri akan aku sebarkan kepada rakyat."

Akito menghela nafas lega. Dia membalikkan badan menyenderkan tubuh di pagar balkon. Kedua tangan ia lipat di depan dada.

"Lalu apa tujuanmu, Akito?"

"Tujuanku?"

"Hn."

"Menikahimu."

Wajah Nura merah padam. Dia sangat malu saat ini.

"Setelah lulus Academy, tunggulah aku. Aku akan menjadi pendampingmu untuk memimpin Hana City."

"Aku pasti akan menunggumu."

Akito memeluk Nura. Suasana setenang ini memang suasana yang pas untuk menggikat suatu janji. Setidaknya, untuk saat ini keadaan kota telah aman.

---END---

Yap author udah nyelesain cerita Battle The World.

Menurut kalian gimana cerita Battle The World ini? Berkesan, bagus,atau jelek.

Comment ya jangan lupa vote juga.

Baca juga cerita aku yang lain...

Bye...arigatou

Battle The World (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang