Final Attack 1

846 57 0
                                    

Author POV

"Apa kau terluka?" tanya Yuki yang sedang melompat-lompat sambil menggendong seorang anak laki-laki.

Anak kecil itu mengganguk takut. Dia menangis di bahu Yuki. Setelah merasa jauh, Yuki melihat Difa yang sedang berbicara denga penyihir medis. Yuki lalu turun dari atap.

"Difa-sama!"

"Kau Yuki, siapa ini?"

"Aku temukan dia saat atap ingin menimpannya."

"Ya baiklah. Sekarang lebih baik persiapkan senjatamu karena kita akan menghadapi perang besar."

"Iya!"

Yuki melirik anak kecil itu dan mengacak-acak rambutnya.

"Kau akan baik-baik saja."

Yuki kemudian berlari menyiapkan peralatan tempur.

-

-

Kame terus membuat sihir angin pedangnya. Bahkan goresan-goresan angin itu terbentuk di tembok. Tidak terhitung beberapa luka yang didapatkan Darkmoon sedari tadi. Jika saja Darkmoon tidak memiliki sihir penyembuh secepat itu mungkin dia telah mati.

Nura menyerang dari jarak dekat. Lengan bajunya sobek akibat sihir Darkmoon. Kekuatan Kiki juga belum terkumpul, sehingga dia harus menggunakan kaonya saat ini.

Darkmoon memutar telapak tanggannya membuat segel sihir. Dari tanah keluar aura sihir kegelapan yang sangat kuat. Aura itu terkumpul dan membentuk wujud manusia. Tidak lebih tepatnya setenagh manusia.

Berbadan tegak, bertubuh besar. Di kepalannya terdapat tanding banteng berwarna cokelat. Wajahnya laki-laki berkulit sawo matang. Rambut hitamnya panjang sepunggung. Dia tidak memakai baju hanya mengenakan celana panjang. Di tangan kanan ia menggengam sebuah sabit.

"Kuriki, dia adalah sihir andalanku," ujara Darkmoon.

"Apa kau pikir kami takut!!" Katsu berteriak.

"Cih jangan harap begitu!" kesal Kame.

"Dasar bau tanah!" ejek Akito.

Nura melihat teman-temannya secara bergantian. Dia bingung dari mana keberanian mereka dapatkan. Padahal di depannya Darkmoon. Manusia kegelapan terkuat. Nura menundukkan kepala merasa tidak berguna.

Dia masih takut jika melihat Darkmoon. Kenangan yang ada seperti terputar kembali. Ibu yang dia sayang mati di depannya. Melindunginya.

Sabit Kuriki dia tebaskan sehingga membentuk huruf 'U' dari tanah. Nura yang tidak menyadari tetap diam menatap lantai beton itu. Akito sudah berusaha memanggil namanya agar menghindar, tapi tidak berhasil.

SRETTT

Serangan Kuriki terbelah menjadi dua. Di depan Nura berdiri Sang Raja yang menatap Darkmoon benci.

"Ayah."

"Jika kau mengambil untuk kedua kalinya, aku benar-benar akan membunuhmu!" ujar Ara penuh penekanan.

Nura menatap punggung ayahnya. Dia bingung apa yang akan ia lakukan. Takut. Hanya itu kata di dalma hatinya.

"Kenapa kau diam saja? Bukannya kau ingin sekali balas dendam atas kematian ibumu?" suara Kiki terdmegar di otaknya.

"Kau bisa merasakan ketakutanku?"

"Kita ini satu Nura. Hadapi dia aku ada bersamaku."

"Tapi.."

"Kau tidak sendiri."

Nura tercekat. Dia langsung melihat seluruh teman-temannya yang mengambil posisi bertarung. Akito dan Nura slaing bertatapan. Mulut Akito bergerak, Nura tidak dapat mendengar suara apa yang dikatakan Akito, karena suaranya snagat kecil dan jarak mereka cukup jauh.

Namun, ia dapat mengerti apa yang dikatakan Akito. Nura tersenyum dan maju sejajar dengan ayahnya. Nura memposisikan pedangnya Vertikal.

"Kita sudah lama tidak bertarung bersama," ucap Nura.

"Mundurlah, kau tidak akan menang melawannya."

"Hahaha jangan bercanda ayah. Aku bukan seperti pada umunya. Aku anak dari seorang Raja yang hebat dan seorang penyihir Siren," Nura diselimuti kao Kitsune. Penampilannya berubah.

Ara tersenyum melihat putrinya itu.

"Baiklah. Semua ayo kita lakukan!"

-

-

-

Vote dan comment ya....

Battle The World (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang