Gate

829 55 0
                                    

Author POV

"Di sini tempatnya."

  Suyo turun ke bawah dengan kecepatan tinggi. Angin yang berhembus kencang membuat Nura menyingkirkan rambut yang menutupi wajahnya. Singa itu menutup sayap ketika telah tiba di depan pohon tua. Akito lalu melompat turun dari punggung Suyo kemudian dia mengulurkan tangan membantu partnernya turun.

"Hanya pohon cemara ini yang tertua di sini," ucap Suyo.

  Nura mendekati pohon cemara tua. Ia merabah permukaan pohon yang begitu kasar. Gadis itu mendongakkan kepala melihat tinggi pohon tersebut.

"Apa yang kau lakukan? Merabah pohon?" tanya Akito yang tetap berada di samping singanya.

"Aku sedang mencari kristal. Di kertas itu menyebutkan bahwa pohon cemara selalu bersama kristal."

"Kau benar juga."

   Akito ikut merabah pohon itu. Terkadang mereka memutari pohon itu beberapa kali untuk mencari pentunjuk.

   Sudah 3 menit mereka mencari, namun tak ada yang ditemukan. Merasa tidak mendapatkan apapun gadis berambut perak itu memukul keras batang pohon cemara.

"Tidak ada gunanya!" ucap Nura berteriak.

   Tiba-tiba batang pohon yang tadi dia pukul mundur ke belakang. Nura menarik tangannya mengamati pergerakan Batang pohon itu. Dia yang penasaran lalu mendorong Batang pohon cemara itu. Nura mendorongnya dengan sekuat tenaga, batang itu tidak bergerak juga. Akito kemudian membantu Nura mendorong batang Cemara tersebut.

"Dorong terus!" kata Nura.

  Suyo tidak mau kalah, dia membantu Nura dan Akito mendorong dengan satu kuku di kakinya. Berhasil...Batang itu mulai bergerak ke belakang. Perjuangan mereka tidak sia-sia di balik batang itu terlihat kristal yang berkilau. Sangat Indah ditambah lagi terkena oleh sinar mentari sore.

"Kita berhasil!" ucap Akito dan Nura serentak.

  Kalung dileher Nura berkerlap-kerlip mengeluarkan cahaya putih bersih. Selang 1 detik berlian di batang itu juga mengeluarkan cahaya. Kedua berlian itu seperti merespon satu sama lain.

"Ada apa ini?" tanya Nura.

   Akito terus meneliti kalung Nura dan berlian di pohon cemara. Ia menggangukkan kepala.

"Nura coba kau dekatkam kalungmu ke berlian itu," saran Akito.

"Untuk apa?"

"Kurasa kalungmu adalah kuncinya. Kunci pembuka portal."

   Nura berfikir sejenak lalu mengiyakan menuruti saran Akito. Dia melepaskan kalung dari lehernya. Kalung berlian itu ia dekatkan kepada berlian yang ada di pohon. Benar saja cahaya kedua berlian itu semakin terang dan terang tapi, tidak menghasilkan apapun.

"Ada apa ini? Kenapa tidak mengeluarkan apapun?" tanya Nura.

"Nura-sama, Akito-sama aku rasa kedua berlian itu terkunci oleh sihir. Maksudku kalian harus membaca mantranya?" ucap Suyo yang sedari tadi diam.

"Mantra apa? Ibuku bahkan tidak pernah memberi tahuku sesuatu." tanya Nura.

"Hmm... Mungkin... Apa kau pernah dibacakan cerita atau dinyanyikan lagu oleh ibumu? Jika pernah coba kau membacanya."

"Mmm... Pernah. Waktu aku masih kecil ibuku sering bernanyi untukku sebelum aku tidur. Mungkin itu mantranya?" tebak Nura.

   Nura memegang kalung berlian di depan dadanya. Walaupun kalung Akito dan kalung pemberian ibunya sudah dijadikan satu, namum kalung itu tetap indah. Dia memejamkan mata dan mulai bernyanyi.

"Evel wer jvc bon bin nam la la la la...."

  Kedua berlian saling merespon. Mengeluarkan cahaya putih indah. Nura terus bernyanyi, sehingga cahaya terus berbinar dan menghasilkan lingkaran berbentuk lonjong. Nura kemudian membuka matanya.

"Ini... Ini sebuah portal!" teriak Nura.

"Kau menemukannya Nura,"

  Mereka berdua saling bertatapan sesaat.

"Ayo kita masuk!" ajak Nura.

"Suyo kau tunggu di sini saja."

"Baik Akito-sama."

  Akito dan Nura kemudian memasuki portal itu.
-
-
-
-
-
Jangan lupa vote dan comment.....

Battle The World (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang