Chap 32 : Can't Wait to Go Home

2.1K 98 12
                                    

Author's POV

Viah menghubungi Adel via telpon. Viah merasa sangat merindukan Adelia, mereka bahkan tidak pernah bertemu sama sekali semenjak Viah pergi ke Australia dan Adel melanjutkan studinya di London. Selama ini mereka hanya berhubungan lewat social media, sekedar curhat-curhatan tentang kekasih mereka yang jauh ataupun bercerita karena kesepian.

Selain merindukan sahabatnya itu dia juga ingin menanyakan kabar Ansel. Entah mengapa akhir-akhir ini hubungannya dengan Ansel menjadi canggung. Viah hanya takut jika saja ia langsung menghubungi Ansel, di saat pria itu sedang sibuk malah akan mengganggu.

Padahal siapa saja tahu bahwa hal itu tidak mungkin karena Ansel akan sangat senang dihubungi Viah. Viah sangat menyesal, saat sepulang dari rumah sakit dia melihat puluhan panggilan dari Ansel yang tidak dia jawab. Ansel pasti akan sangat khawatir.

***Phone On***

"Halo Adel" Sapa Viah.

Viah menelpon Adelia ketika di London menunjukkan pukul 12 malam. Tapi Viah tahu betul Adel pasti belum tidur, karena mereka memang selalu Chatting di jam-jam seperti ini sebelum Viah sibuk dengan ujian akhirnya.

Adel memang suka begadang karena kata gadis itu dia sering mendapat piket jaga malam di rumah sakit. Ini adalah salah satu tahap dalam perkuliahannya sebelum wisuda dan sah menjadi dokter.

"Viah...? Ya ampun kamu kemana aja nggak pernah nelpon. Mentang-mentang udah sukses sahabat dilupain!" Viah pun terkekeh mendengar kata-kata Adel

"Sembarangan banget sih. Sukses gimana, ini aja belum wisuda"

"Tapi kan bentar lagi. Aku mah masih lama"

"Hmm... calon dokter mulai ngeluh nih. Kan kamu sendiri yang ngebet banget mau jadi dokter"

"Hahaha, iya sih"

"Kamu sendiri kabarnya gimana?" Tanya Adel

"Aku baik-baik aja. Kamu baikan Viah, kak Ansel bilang, kemarin dia telpon-telpon kamu tapi kamu nggak angkat. Kamu baik-baik ajakan?"

"Kemarin aku di rumah sakit, soalnya-" Adel memotong kata-kata Viah

"viah kamu sakit apa?! Dan kenapa nggak bilang-bilang?! Duh kak Ansel pasti kaget nih"

"Ihh dengar dulu. Aku itu di rumah sakit karena teman aku kecelakaan. Kamu mungkin tahu Valen, tahu kan? Dia yang kecelakaan"

"Ohh Valen yang itu, yang bikin kak Ansel uring-uringan ke Australi"

"Iya. Dia itu kecelakaan gara-gara nyelamatin aku yang mau ketabrak. Jadinya dia yang ketabrak. Mana keluarganya semua di Italy, nggak mungkin kan aku biarin dia sendirian di rumah sakit"

"Ya ampun. Dia ternyata baik yah, dia tolongin kamu sampai segitunya. Padahal nyawa dia sendiri hamper melayang. Duhh terus kondisinya gimana"

"Valen udah pulih. Dia udah bisa pulang tadi, setelah di rawat 2 minggu. Makanya aku jadi nggak sempat angkat telpon Ansel karena aku jagain dia di rumah sakit. Bagaimanapun aku harus bertanggung jawab" Viah kembali mendesah.

"Iya aku ngerti kok. Kalau kamu udah nggak sibuk hubungin kak Ansel yahh soalnya dia khawatir banget. Jangan sampai dia nyusul lagi ke Australi yah"

"Ihh jangan sampai deh, cukup sekali aja dia bikin aku kaget dan nggak enak sama keluarga kamu yah" Adelia pun tertawa dengan pernyataan Viah

"Santai aja. Kita sekeluarga juga tahu kok dia orangnya gimana"

Viah sebegitu khawatirnya tentang tanggapan keluarga Ansel. Padahal Ayah Ansel hanya tertawa mendengar kelakuan putranya itu. Terlebih Ibu Ansel, dia yang menyemangati Ansel untuk menyusul Viah ke Australi dengan sedikit memanas-manasi anaknya itu kalau Viah akan beralih pada Valen.

Tanda Tangan Kakak OSIS [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang