Chap 27 : Unlucky [🍀]

2.7K 104 3
                                    

Author's POV

Valen tersenyum melihat kopernya. Ia mengingat gadis itu lagi. Gadis itu tipe yang sangat manja dan hobi ngambek. Dia bisa tahu segala sesuatu yang berkaitan dengan Viah.

Sambil merebahkan diri di kasur Valen menatap langit-langit kamaranya.

Tidak sia-sia ia kuliah di jurusan Psikologi. Wajah gadis itu sangat lucu jika diingat kembali saat ia sedang marah. Hal ini membuat Valen sangat semangat sekali memancing emosi 'Jessie-nya' itu.

Buku-bukunya kini telah kembali, ia ingin memeriksanya. Bukan untuk mengetahui Viah mencuri atau tidak. Ia hanya ingin belajar.

Semenjak keluarganya yang berantakan, dia menjalani hidup menjadi lebih tertutup. Yang dia lakukan hanya belajar dan berusaha menyelesaikan kuliahnya. Sudah bertahun-tahun, bahkan hanya untuk bersenang-senang pun tidak.

Kedua orang tuanya bercerai dan diiringi pertengkaran hebat membuatnya tidak menyia-nyiakan kesempatan kuliah di Australia. Hingga saat ini ia bersikap tak acuh pada orangtuanya. Yang dia tahu hanya uang ayahnya terus mengalir ke rekeningnya dan ibunya baik-baik saja.

Dia tidak peduli pada ayahnya. Pria kasar yang sialnya kaya, namun sesuka hati memukul ibunya. Ibunya pun telah menikah lagi dan dia tidak peduli, yang penting ibunya tidak teraniaya seperti dulu. Entah apa yang salah, tapi hubungannya dengan ayah tirinya kurang baik.

Baru-baru ini ia pulang ke Italia karena ingin melihat kondisi adiknya. Adiknya memang ikut dengan ibunya. Namun, Valen belum bisa menerima ayah tirinya. Ini terlalu berat. Hanya adiknya yang menjadi tumpuan hidupnya kini.

Valen mengernyit melihat sesuatu yang asing dalam kopernya. Valen pun mengangkat benda pipih itu. Sebuah iPod.

'Pasti milik Jessie' batinnya

Dengan segera dia mendial nomor Jessie-nya itu. 'Jessie tampaknya kita akan bertemu lagi' batinnya sambil tersenyum menunggu panggilan tersebut di angkat

***Phone On***

"Halo!" Ucap Viah datar dengan nada membentak.

"Ughhh... jangan galak-galak Jessie"

"Cepat katakan apa maumu!" Sentak Viah dengan nada galaknya.

"Kenapa begitu terburu-buru?" Ucap Valen dengan sedikit nada menggoda.

"Kalau kau tidak mau bilang akan ku tutu-"

"Baiklah, baiklah sebenarnya jika kau tutup juga kau yang akan rugi" ucap Valen terdengar seperti sebuah ejekan.

Berbicara dengan Valen memang menguras tenaga bagi Viah. Valen selalu memancing emosinya hingga ke ubun-ubun. Membuat moodnya rusak dan harinya menjadi suram. Katakan Viah lebay namun baginya pria seperti Valen adalah lambang kesialan abadi.

"Ohh ayolah Valen, untuk tukang fitnah sepertimu memang aku akan sangat rugi jika berlama-lama bicara denganmu"

"Tukang fitnah?"

"Yahh kau pasti ingin memfitnahku mencuri bukumu" tebak Viah

"Tentu tidak sayang. Aku malah menyelamatkan barang-barangmu" ucapnya sambil terkekeh pelan.

"Maksudmu?"

"iPod mu tertinggal di koperku" kata Valen santai.

Sejenak hening di sebelah sana. Kemudian terdengar bunyi grasak grusuk. Sepertinya ia sedang mencari tahu kebenaran tentang iPodnya.

"Ohh baiklah mungkin tidak sengaja masuk" ucap Viah putus asa.

Ucap Viah pada akhirnya karena tidak menemukan benda yang dia cari. Dia memang mendengarkan musik semalam dan meletakannya di sembarang tempat. Sungguh dia menyesali kecerobohannya yang berujung berurusan dengan makhluk menyebalkan ini.

Tanda Tangan Kakak OSIS [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang