Bagian Dua

855K 65K 8.5K
                                    

Bella mengerjapkan matanya berkali-kali untuk beradaptasi dengan cahaya sekitarnya. Kepalanya menoleh ke arah samping dan ia baru menyadari jika kini ia sudah berada di kamar apartemennya.

Bella memejamkan mata kembali, mengingat terakhir kali apa yang terjadi padanya. Seingatnya, Bella merasakan sakit di sekujur tubuhnya saat melakukan kontak fisik tak disengaja dengan Kevin, kekasihnya. Tak hanya dengan Kevin, Bella juga tak sengaja melakukan kontak fisik dengan beberapa mahasiswa saat ia berlari menghindari Kevin.

Hingga Bella sampai di taman, duduk di atas tanah berumput merintih kesakitan. Setelah itu Bella tidak ingat karena tiba-tiba pandangannya mengabur.

Dan sekarang Bella sudah berada di kamarnya. Berbaring ditutupi selimut tebal miliknya.
Di nakas samping ranjangnya juga sudah tersedia nampan berisi nasi lengkap dengan lauk pauk, segelas air mineral dan obat. Entah itu obat apa, Bella tidak tahu.

Aneh, sakit yang Bella rasakan sudah menghilang tak berbekas. Semua rasa sakit itu pergi secara tiba-tiba dan tentu membuat Bella semakin bingung dengan dirinya sendiri.

Selimut tebal bergambar hello Kitty ia sibakkan. Bella menurunkan kedua kakinya lantas meraih secarik kertas yang terselip di bawah nampan.
Kertas putih bertuliskan dengan tinta merah itu langsung di baca oleh Bella yang sudah penasaran.

Maaf sudah membuatmu selalu kesakitan. Jangan lupa makan, minum vitamin, lalu istirahat. Jangan khawatir tentang kelas kamu, sudah terkendali. Jangan lepas cincin pernikahan kita, atau aku akan marah.

Aku menyayangimu.
Suamimu.

Bella meremas kertas itu lalu membuang asal ke arah pintu.
Ditatapnya cincin putih berukir bulan dan bintang yang melingkar begitu pas di jari manisnya. Cincin yang selalu membuatnya resah, penasaran siapa seseorang yang menyematkan cincin itu di jari manisnya.

Cincin pernikahan?
Bella sendiri tidak tahu siapa yang menikah?
Dan tidak tahu mengapa cincin yang disebut sebagai cincin pernikahan itu bisa tersemat di jari manisnya. Siapa yang menikah? Kenapa cincin itu disematkan di jari manis Bella.

Bella ingat, ingatannya masih kuat. Ia belum pernah melakukan pernikahan dengan siapapun. Jangankan menikah, dilamar saja belum pernah. Selama menjalani hubungan dengan Kevin, mereka tidak pernah membahas hal sejauh itu. Masa pacaran masih mereka nikmati bersama, belum berpikir sejauh itu. Lagipula usia Bella masih dini, belum saatnya menikah.

Bella menatap nampan itu. Semua lauk yang tersedia adalah makanan kesukaan Bella.
Siapa yang menyiapkan semuanya? Apa Kevin? Pasalnya orang lain yang tahu tentang Bella hanya Kevin.

Melihat makanan yang merupakan makanan kesukaannya, nafsu makan Bella muncul begitu besar. Tanpa buang waktu atau berpikir yang tidak-tidak, menebak siapa dalang dibalik semua ini, Bella langsung meraih nampan dan membawa ke atas ranjang.

Layaknya tidak makan selama beberapa hari, Bella menikmati makanannya dengan lahap.
Makanan yang ia makan saat ini rasanya jauh lebih enak dari yang pernah ia makan sebelumnya. Belum pernah Bella merasakan makanan seenak ini. Restoran langganannya yang menurut Bella sangat enak, kalah dengan makanan yang tengah ia makan.

Kegiatan makan Bella sudah selesai, ditutup dengan beberapa  tegukan air mineral.

Bella memindah nampan kembali ke nalas. Vitamin yang sudah disiapkan ia abaikan, tidak ia minum karena ia terlalu malas untuk mengonsumsi obat ataupun sebangsa dengan obat.

Rasa kantuk menyelimuti Bella. Kantuk berat yang sudah tidak bisa ditahan lagi. Mulutnya terbuka lebar, menguap.

Bella memutuskan untuk berbaring kembali, ia sudah tidak tahan menahan kantuknya. Meski menurut medis tidur setelah makan tidak baik, namun apa boleh buat, rasa kantuk Bella semakin menjadi.

Tak butuh waktu lama, deru napas Bella sudah teratur pertanda Bella sudah berada dalam alam mimpi.

Laki-laki berperawakan besar dan tinggi muncul tiba-tiba saja di samping ranjang Bella. Laki-laki itu menurunkan Hoodie yang menutupi kepalanya.

Perlahan, ia mengayunkan kaki mendekat dan duduk di tepi ranjang. Tangan kanannya terulur untuk membelai wajah Bella yang nampak begitu tenang. Tak hanya itu, tangan laki-laki itu juga menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah Bella. Menyelipkan helaian rambut ke belakang telinga.

Kecupan singkat ia daratkan di kening Bella. Kecupan yang penuh kasih sayang.
"Jangan pernah bersentuhan dengan laki-laki manapun selain aku, atau kamu akan merasakan sakit di tubuhmu," gumam laki-laki itu lantas mengecup punggung tangan Bella, mata elangnya yang tajam menatap ke arah wajah Bella.

Laki-laki misterius itu menoleh menatap nampan yang tadi ia siapkan untuk Bella, memastikan apa yang ia tulis di laksanakan oleh Bella.

Tangannya mengepalkan kuat saat vitamin yang sudah ia siapkan masih utuh. Rupanya Bella tidak menuruti segala titahnya.

Tubuh laki-laki itu membungkuk, mengendus leher dan telinga Bella. Sementara tangan kanannya membelai rambut Bella penuh kelembutan.
"Dasar istri pembangkang, aku menyuruhmu untuk minum vitaminnya, kenapa tidak diminum?" bisik laki-laki itu lirih terdengar begitu serak.

Laki-laki itu menggigit pelan kuping Bella sampai jejak giginya begitu jelas di sana.

Masih dengan hidungnya yang mengendus menyusuri lekuk wajah Bella, tangan kanan laki-laki itu meraba ke arah nakas untuk mencari bungkus vitamin yang belum diminum oleh Bella.

"Apa kamu sengaja tidak meminumnya supaya aku bisa memanjakanmu? Membantumu meminum vitamin?" bisik laki-laki itu sembari mengusap pipi Bella.

Laki-laki itu membuka bungkus vitamin, memasukan vitamin yang ada di tangannya ke dalam mulut.
Secepat kilat ia meminum air, menahan air dan vitamin di mulutnya sendiri. Ia mendekatkan bibirnya ke bibir Bella. Tangannya membantu, membingkai wajah tenang Bella.  Ibu jari dan telunjuknya menekan pipi Bella, memaksa bibir Bella untuk terbuka.

Begitu ada celah, bibir laki-laki itu menyatu dengan bibir Bella. Ia memaksakan air dan vitamin masuk ke dalam mulut Bella.

Bella yang masih terpejam memberontak, saat kedua bola mata Bella hendak membuka, laki-laki itu langsung menutup kepalanya dengan hoodie hingga tubuhnya menghilang secepat kilat.

"Uhuk uhuk."
Bella terbatuk saat air mineral dan vitamin ia teguk secara paksa masuk ke dalam perutnya melewati tenggorokan.
Bella segera meraih gelas yang isinya tinggal setengah.

Kini isi gelasnya benar-benar habis dalam beberapa kali tegukan yang membantu Bella mendorong butir vitamin dan menghilangkan batuk akibat tersedak.

"Siapa tadi?" tanya Bella pada dirinya sendiri.
Telapak tangan Bella terasa dingin. Samar-samar tadi Bella melihat sosok mengenakan pakaian serba hitam. Bella sendiri belum melihat ke arah wajah orang itu, karena sosok itu sudah terlebih dahulu menghilang.

Bella yakin tadi itu adalah seorang laki-laki. Terlihat dari postur tubuhnya yang besar dengan dada yang rata.
Sayang sekali Bella belum melihat wajahnya.

"Siapa tadi? Kenapa bisa  menghilang secepat itu kalau memang manusia?" tanya Bella penasaran.

Bella menjambak rambutnya, ia mulai merasakan pusing di kepalanya saat memikirkan sosok tadi.
Ia tak yakin jika itu adalah manusia. Mana ada manusia yang bisa menghilang dalam sekejap mata.

Dan bagaimana bisa sosok itu masuk ke dalam apartemennya?

"Arghh," pekik Bella kesal. Ia tidak mau lagi memikirkan hal itu, yang ada kepalanya bisa pecah. Semua yang terjadi padanya seakan hal yang mustahil, di luar pemikiran manusia.

Tbc

POSSESSIVE DEVILWo Geschichten leben. Entdecke jetzt