Empat Puluh

29.3K 2.6K 160
                                    

Bara nungguin udah dari jam delapan malem. Udah di suruh masuk tapi malah nolak.

Lea memijat keningnya yang terasa pening. Ucapan Widya saat sarapan tadi masih terngiang-ngiang di benaknya. Kalau Bara menunggunya sejak jam delapan malam, berarti Bara berdiri di depan rumahnya selama lima jam. Karena Lea baru pulang ke rumah tepat jam dua belas malam tadi.

Dan pagi tadi, Bara nggak menjemputnya seperti biasa tanpa alasan yang jelas.

"Lea, ikut gabung dong sini! Jangan galau mulu! Bara nggak bakal ke mana-mana kok!"

Lea mendesis, melirik Nura dan teman-temannya yang lain malah cekikikan melihatnya.

"Toilet yuk?" Lea bangkit dari posisinya.

"Yuk. Gue mau ngebenerin rambut gue juga,"

Pun empat orang cewek itu serempak pergi ke toilet. Untuk sekedar buang air, dandan, merapihkan rambut ataupun bergosip.

"Kak Lea,"

Lea tersenyum ramah waktu beberapa orang menyapanya di koridor. Perlakuan seperti ini memang sering Lea hadapi ketika berjalan di koridor, kantin, toilet maupun parkiran. Lagipula, selain cantik, Lea itu ramah. Siapa coba yang nggak menyukainya?

Oh, Sonya dan Sisi!

Sesampainya di toilet wanita, beberapa temannya mulai melepaskan jedai mereka, ada juga yang langsung memasuki bilik toilet untuk buang air. Namun Lea, dia lebih memilih merapihkan rambutnya dan memakai bedak bayi saja.

"Sisi sama Ciko itu ... Udah putus ya?"

Lea menatap Shila dari pantulan cermin, lantas menghedikkan bahunya acuh.

"Bukan urusan aku."

"Wah, pesona Bara kuat banget ya? Ciko si cassanova Bintang Harapan aja lewat di mata lo!"

Lea menyengir, merapihkan anak rambutnya.

"Ya mau gimana lagi? Aku sukanya yang manis-manis sih sekarang."

Nura yang baru keluar dari bilik toilet, menyahut. "Alah kemarin aja mikir enggak-enggak ke Bara. Tapi sekarang jatuh juga akhirnya."

"Emang iya sih gue akuin Bara itu manis banget. Kumis tipisnya gak nahan!" ungkap Sekar.

Nura melirik Lea yang terbengong, pengin sih dia ikut muji Bara, tapi maaf-- Abriel udah mengisi hatinya yang kosong.

Shila mengangguk mantap. "Kulitnya juga eksotis! Biar cokelat tapi bersih! Ya Allah, Arab punya!"

"Ih iya dia kalo punya Instagram pasti udah jadi selebgram tuh! Terus nanti kalian bisa ngeendorse bareng!"

Lea memutar bola matanya, lalu mengusap bedak yang ada di telapak tangannya ke wajah.

"Lo 'kan putih, Le, terus Bara cokelat ... Pasti nanti anak kalian kulitnya bagus deh! Kuning langsat gitu! Ya 'kan guys?"

Lea mendengus mendengar ucapan Nura yang sudah terlalu jauh. Hell, hubungannya dengan Bara saja sekarang sedang kacau, masa sudah memikirkan anak?

"Ih iya pasti anaknya bakal lucu juga deh." timpal Nura terkikik.

"Banget! Udah gitu ya, Bara itu keren. Masa masih SMA udah bawa pajero yang limited edition?"

Kini giliran Sekar yang mengangguk antusias. "Cowok Bintang Harapan mentok-mentok cuma bawa jazz loh ke sekolah."

"Mungkin mobil rental." jawab Lea berbohong. Jelas-jelas, tempo lalu, Lea melihat dengan mata kepalanya sendiri banyak deretan mobil mewah termasuk mobil Bara yang terparkir di garasi rumah besar itu. Jadi, nggak mungkin 'kan Bara ngerental mobil?

Match Made in Heaven[SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now