Sepuluh

40.5K 2.9K 147
                                    

Bara mengusap rambut hitam legamnya dengan pelan, lantas tangannya terulur untuk memencet bel rumah milik gadisnya. Dia gugup banget pagi ini, takut-takut kalau Papanya Lea galak kayak T-Rex.

Oke, abaikan yang tadi. Bara emang calon menantu yang durhaka. Jangan di tiru.

Waktu tangannya bergerak buat memencet bel untuk yang ke dua kalinya, pintu rumahnya sudah terbuka. Bara kira itu Lea, tapi nyatanya bukan. Seorang gadis yang kira-kira masih SMP.

"Assalamualaikum." sapa Bara tersenyum.

"Wa'alaikumsalam ... Siapa ya? Ganteng banget. Eh? Duh! Anu, mau tawarin travel Haji dan Umroh ya?"

Hah?

"Kalo mau nawarin begituan siangan aja, Mas. Masih pagi soalnya," sambungnya malu-malu.

Bara melongo. "Emangnya kamu kira saya salesman ya? Coba liat seragam saya,"

Gadis itu menurunkan matanya, dan langsung terbelalak kaget saat tahu Bara adalah seorang siswa SMA.

"Eh, maaf. Aku kira Kakak salesman. Umm, mau nyari siapa ya Kak?"

"Nyari--"

"Siapa, Wa?"

Kedua orang berbeda jenis kelamin yang ada di ambang pintu menengok ke sumber suara.

"Ini, Ma. Ada cowok ganteng. Nyari siapa tadi Kak?"

Bara tersenyum hangat. "Nyari Lea, Tante."

Widya tersenyum lebar. Duh, mimpi apa ya dia bakal punya calon menantu setampan ini?

"Ada kok. Masih di kamarnya, tapi. Kamu siapa? Pacarnya bukan?"

"Iya, Tante. Saya pacarnya Le--"

"Ya ampun kamu beneran pacarnya Lea? Lea putri saya? Alea Natasha? Astaga ... Kamu punya hubungan darah sama pangeran Arab ya?" kata Widya heboh sampai Bara terbengong-bengong.

"Ma, mending pangerannya di bawa masuk dulu deh. Oh iya, Kakak ke sini naik apa? Naik kuda putih atau naik kuda poni?" tanya Nazwa berbinar-binar.

"Siapa, Ma?"

Wah hebat. Ada satu orang lagi yang bakal ngeintrogasi Bara.

"Ini, Pa. Cowok ganteng! Pacarnya Kakak!"

Ibnu-- sang kepala keluarga menatap Bara dari atas sampai bawah. "Kamu pacar putri saya?"

Bara tersenyum ramah. "Iya, Om."

"Masuk."

***

"Siapa nama kamu?"

Bara menelan roti bakarnya bulat-bulat sebelum menjawab pertanyaan calon mertuanya.

Sial, seret banget.

"Bara, Om."

Ibnu manggut-manggut. "Hm, Bara ya. Kamu orang Medan?"

Bara menggeleng. "Bukan, Om."

Widya menyenggol lengan suaminya. "Si Papa, muka kayak orang Arab gitu masak di sangka orang Sumatera!"

"Terus, kamu orang mana?" Bara terdiam sesaat, bingung harus ngejawab apa.

"Masih orang Indonesia, Om. Tapi ada keturunan Timur Tengahnya."

Match Made in Heaven[SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now