#7 Nightmare

21 5 2
                                    

Aktivitas pantai dari mulai berenang, berjemur hingga berselancar dilakukan mereka bersama. Sementara Chanyeol, Suho dan Kyungso berselancar para yeoja berjemur di pantai. Sehun dan saudaranya yang lain bermain volly pantai.

Xiumin menghampiri Hae Joo, sebuah kotak minuman terletak di dekatnya. Dia mengambil sekaleng minuman bersoda. Tapi tidak lekas kembali bergabung dengan saudaranya yang lain yang tengah bermain volly.

"Kulihat kau terus membawa buku itu," Xiumin menunjuk buku sketsa Hae Joo dengan sebuah lirikan singkat. Hae Joo cukup terkejut dengan topik pembicaraan Xiumin. Sejak awal namja itu bertemu dengannya dia tidak pernah mengobrol dengan Hae Joo, yang dilakukannya hanya menatap Hae Joo dengan tajam. "Boleh aku melihatnya?"

"Keinginan menggambarku datang secara tiba-tiba, jadi aku terus membawanya."

Hae Joo menyerahkan buku bersampul cokelat itu ke tangan Xiumin. Bibir Xiumin tersenyum namun mata namja itu menatap tajam gambar-gambar Hae Joo. Terutama gambar-gambar namja yang tidak dikenalnya.

"Siapa namja ini?"

"Oh itu, hanya tokoh komikku." Ujar Hae Joo santai. Dia tidak mungkin mengatakan dengan gamblang bahwa namja itu adalah namja yang ada dalam setiap mimpinya. Dia bisa disebut gila. Sudah cukup hanya Gayeon yang menganggapnya begitu, Hae Joo tidak membutuhkan tambahan anggota.

"Kau menggambar komik rupanya," tiba-tiba Xiumin menjadi tertarik dengan bahasan gambar Hae Joo.

"Sekedar hobby menggambar."

Xiumin tersenyum, dia tidak dapat mengobrol lebih lama lagi. Sehun sudah menariknya kembali dalam permainan volly. Diam-diam Hae Joo merasa lega, dia berterima kasih karena Sehun telah melakukannya. Namja itu berbalik kemudian sedikit membungkuk, "Selesaikan gambarku!" tuntut Sehun dalam sebuah bisikan.

Hae Joo tersenyum kecil. Tingkah namja itu seperti anak-anak. Dia kembali pada permainan volly dengan saudara-saudaranya dan Gayeon yang menjadi wasitnya. Hae Joo membuka halaman terakhir buku sketsanya, dia mulai menyelesaikan janjinya pada Sehun.

Angin malam Hae Joo biarkan memasuki kamarnya. Dia membuka jendela kamar itu seraya menatap pantai dari kejauhan. Meski tidak begitu jelas pemandangan malam disana yang hanya dihiasi sedikit penerangan namun Hae Joo masih dapat mendengar deburan ombak menghantam karang. Hal itu seolah alunan musik yang menemani malamnya.

Hae Joo bersiap ke tempat tidurnya. Disampingnya Gayeon telah terlelap lebih dulu. Hari ini hari yang panjang. Mereka bermain seharian bersama Sehun dan saudara-saudaranya. Hae Joo merasa tubuhnya mulai menuntut untuk beristirahat.

Dilain tempat Sehun dan saudara-saudaranya masih terjaga. Chanyeol mengatur perapian untuk tetap menyala. Baekhyun menyender pada salah satu jendela yang dibiarkannya terbuka. Tangannya dia lipat di depan dada memperhatikan kakak tertuanya berbicara.

"Sepertinya dia memang tidak mengingatnya," Xiumin duduk di depan perapian bersama Suho dan Kyungso. Sementara Chen dan Sehun duduk dibawah seraya bermain catur. "Seperti kata Sehun."

"Dia hanya muncul dalam mimpi Hae Joo tapi Hae Joo sama sekali tidak mengenalnya," Sehun memainkan biduk caturnya memakan salah satu biduk Chen.

Baekhyun menatap pantai yang gelap, "Kita hanya perlu memancing mereka untuk keluar."

"Mereka sudah menunjukan dirinya beberapa kali." Sehun dengan santai menanggapi Baekhyun. "Mereka menjaga Hae Joo dari kegelapan. Karena itu aku tidak bisa masuk ke universitas Hae Joo. Mereka ada disekitar Hae Joo, menjijikan."

"Kau belum mengetahui siapa yang menyimpan Grandia?" Suho angkat bicara.

"Tidak, mereka yang menjaga Hae Joo tidak ada yang membawa Grandia."

[Book 2] ALIVEWhere stories live. Discover now