#2 Loving You Keeps Me Alive

27 6 4
                                    

Aroma pinus dan tanah yang lembab mengisi udara di ruangan itu. Jendela-jendela kaca menapilkan pemandangan hutan yang buram. Kabut tebal menyelimuti hutan pinus di luar sana. Hembusan angin yang datang melewati celah jendela menggerakan tirai-tirai putih.

Tubuh pucat seorang namja terbaring kaku diatas sebuah tempat tidur. Satu-satunya barang yang ada di ruangan tersebut. Seorang yeoja memasuki ruangan dingin itu mendekati sosok namja pucat itu. Tangannya mengelus dada namja tersebut.

"Sampai kapan kau akan terbaring? Bahkan kemampuanku tidak dapat membangunkanmu."

"Hwayeon, disini kau rupanya." Namja bersuara berat memasuki ruangan itu. "Kita perlu berburu. Zelo dan Himchan akan menjaga Daehyun."

"Aku tahu." Ujarnya namun tidak beranjak dari tempatnya. Namja itu mendekat dan mengelus pundaknya dengan lembut. "Apakah dia akan benar-benar tidur lebih dari seratus tahun?"

"Dia akan baik-baik saja."

"Tapi bahkan jantungnya tidak berdetak," Elak Hwayeon.

"Apakah salah satu jantung kita berdetak?" canda namja itu.

"Yongguk!" protes Hwayeon dengan keras. Tidak menyukai candaan yang dilontarkan Yongguk. "Dia pureblood."

"Tidak ada satupun dari kita yang tidak mengetahuinya. Yunho juga pureblood dan dia baik-baik saja," Hwayeon masih sulit menerima keputusan saudaranya itu untuk menyerahkan jiwanya pada manusia. "Kita sudah membicarakan ini berulang kali. Apapun keputusan Daehyun kita tetap akan mendukungnya. Kau ingat?"

Hwayeon mengangguk pasrah. Cinta bahkan membuat seorang pureblood rela menyerahkan jiwanya. Hwayeon mengagumi keberanian adik angkatnya itu. Namun demikian Hwayeon masih meragukan apakah keputusan itu tepat.

"Kita harus pergi. Minggu depan anak-anak sudah harus masuk kuliah, kita tidak dapat pergi nanti."

"Baiklah." Hwayeon berdiri dan mengikuti Yongguk menuju lantai satu berkumpul bersama anggota BAP lainnya.

Hanya ada Zelo, Himchan dan Rin Na setelah semua anggota BAP pergi untuk berburu. Himchan dan Rin Na menghabiskan waktu di hutan belakang. Sementara Zelo mengunjungi kamar Daehyun.

Zelo menutup jendela kamar yang terbuka. Dia berjalan mengitari tempat tidur Daehyun yang ada ditengah ruangan. Pandangannya jauh ke dalam hutan pinus yang berkabut itu. Musim semi akan kembali datang dan ini musim ke empatnya Daehyun di tempat tidur.

"Sudah tiga tahun berlalu, apa kau tidak bosan terus berada di tempat tidur seperti orang sakit saja," Zelo memulai monolognya. Pada setiap kunjungannya ke ruangan Daehyun, Zelo selalu bermonolog. Hal ini karena Zelo tidak mendapatkan jawaban atas apa yang dikatakannya. "Kau bilang kau akan baik-baik saja. Apakah maksudmu dengan tidur kaku seperti itu? Kurasa kau akan menderita pegal otot setelahnya." Zelo terus bercerita meski dia tahu tidak akan mendapatkan respon.

Hae Joo menghampiri sebuah pohon kecil di atas bukit hijau itu. Dia meletakkan karangan bunga yang dibawanya di samping pohon tersebut. Pohon itu memiliki sebuah papan nama yang bertuliskan 'Orang tua yang dicintai'.

"Appa, omma annyeong. Aku baik-baik saja, bagaimana dengan appa dan omma disana?" Setiap tahun dirinya datang dan bermonolog bersama pohon tersebut. "Apa kau tahu omma? Rasanya masih ada sesuatu yang hilang dariku meski aku sudah melepas kepergian kalian. Maafkan aku karena aku tidak mengingat hari kecelakaan itu. Maafkan aku karena hanya aku yang selamat."

Hae Joo kembali ke Seoul dengan bus. Dia pergi dengan bus terakhir. Pemakaman itu terletak cukup jauh dari jantung kota Seoul. Hari ini adalah hari peringatan kematian orang tuanya yang ketiga. Sudah tiga tahun sejak dirinya dan kedua orang tuanya mengalami kecelakaan maut itu. Setiap dirinya memikirkan masalah itu dirinya selalu merasa bersalah pada mereka. Namun anehnya ada hal lain yang mengganjal dirinya. Hal lain yang membuatnya lebih sedih tapi Hae Joo tidak tahu apa itu dan menganggapnya hanya sebuah kerinduan pada orang tuanya.

[Book 2] ALIVEWhere stories live. Discover now