Dia bukanlah gadis berambut merah yang selalu datang dalam setiap mimpiku. Yang aku lihat di hadapanku ini adalah sosok wanita dewasa. Bermata abu-abu, rambut pirang sebahu, dan wajah Eropa.

Dia mengenakan kaus putih berlapis sweater biru muda dengan rok panjang putih berbordir bunga tulip.

Aku bertanya-tanya siapakah dia?

Dia tersenyum padaku tapi tampak sedih.

"Nak, aku ibumu ...," ucapnya lirih.

Aku terheran-heran.

Siapa dia sebenarnya?

Kenapa dia mengaku bahwa dia adalah ibuku?

Aku perhatikan baik-baik wajah wanita itu. Setelah cukup lama aku menatapnya, aku menyadari sesuatu. Wajahnya mirip denganku! Atau, bisa jadi aku sendiri yang mirip dengannya!

Mungkinkah dia?

Pemikiran itu langsung muncul di kepalaku. Mungkin kecurigaanku selama ini benar.

"Ibu ... apa benar kau adalah ibu kandungku?" tanyaku memastikan.

"Iya, Nak. Aku adalah ibumu. Ibu yang melahirkanmu," katanya.

Dia memeluk erat tubuhku. Aku tak peduli jika ini mimpi atau sekadar imajinasi. Tapi hatiku meyakini bahwa semua ini benar adanya.

Dia adalah ibu kandungku.

Aku balas memeluknya erat.

"Kenapa Ibu pergi? Kenapa Ibu meninggalkanku?"

Air mataku membasahi bahunya.

"Maafkan Ibu, Nak. Ibu ... terpaksa."

"Kenapa, Bu?"

Dia tidak menjawab.

Isakan tangis yang tadi terdengar kini sunyi.

Aku melepaskan pelukanku dan kulihat baik-baik wajahnya. Perlahan wajahnya mulai memudar. Tubuhnya mulai samar sampai pada akhirnya sosok itu menghilang seperti abu yang tertiup angin.

Latar hutan hitam dalam mimpi ini berubah semakin pekat.

Sebuah lampu pijar tergantung menyala di atas kepalaku.

Menyinari tubuhku.

Semakin lama sinarnya terasa semakin membakar kepalaku.

Mendidihkan otak dalam kepalaku.

Sengatan listrik itu datang kembali.

Menjalar dari otakku.

Menuju ujung rambut.

Jari tangan.

Jari kaki.

Dan berakhir di kedua bola mataku.

Dengan sekejap ruangan menjadi putih, silau, dan muncullah layar lebar di hadapanku seperti saluran televisi yang terkena gangguan.

Gambar video di layar itu samar. Tampak dua pasang kaki berjalan mendaki gunung. Yang satu kaki wanita dan seorang lagi adalah pria.

Video itu bergerak memperlihatkan bagian belakang mereka. Ransel besar tergantung di punggung si pria. Sementara yang wanita menggendong seorang bayi. Bayi dengan mata abu-abu.

Kamera itu bergerak mengitari tubuh mereka. Merekam setiap langkah mereka yang berjalan menyusuri sungai. Lalu mengekspos wajah mereka berdua.

Wanita itu adalah orang yang mengaku sebagai ibuku dan aku tak mengenali wajah si pria. Pria itu seperti orang Jepang, mata sipit cokelat terang. Sama dengan warna rambutnya.

Kie Light #1: Sandekala (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang