Chapter 24

9.9K 607 57
                                    

Author POV

      Pagi ini terasa begitu cerah, cahaya matahari menyinari lembut ke bumi. Burung-burung mulai berkicauan, polusi belum sebanyak siang hari, sehingga udara pun masih sejuk.

      Hari Minggu. Bagi anak sekolah, hari Minggu itu merupakan hari yang ditunggu-tunggu. Kenapa? Karena sebagian pelajar bisa bangun siang hari, tanpa diganggu untuk berqngjat sekolah, upacara, dan segala macamnya.

    Seperti yang dilakukan Dylan pagi ini. Lelaki itu masih tidur walaupun jam sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi. Kamar Dylan tergolong rapi untuk seukuran lelaki itu.

  "Dylannnnn!! Bangun, nak! Ayo sarapan, sudah jam 8 ini."ucap Mama Dylan sambil mengetuk pintu kamar anaknya itu.

   "Udah bangun." kata Dylan membalas ucapan mamanya, sambil menggeliat di atas tempat tidur.

     Cklek..

     "Katanya udah bangun, kok masih di tempat tidur?" tanya mamanya, sambil melongokkan kepalanya.

     "Baru mau bangun." ujar Dylan datar. Ia mengucek matanya sebentar, kemudian terduduk di tempat tidurnya.

     "Kamu ini. Tumben nggak olahraga?"

    Dylan melihat jam dinding di kamarnya. Sudah jam 8, tapi sepertinya kalau untuk olahraga masih keburu.

     "Ini mau." ujar Dylan kemudian beranjak bangun untuk mencuci muka dan gosok gigi.

    "Lho, kan udah jam 8?" tanya mamanya sebelum Dylan membuka pintu kamar mandi.

      "Masih keburu."

   "Yaudah, ajak adikmu sekalian. Dia belum bangun tuh, sekalian bangunin ya. Mama mau nyiram tanaman dulu."

      "Iya." Mamanya sudah menutup pintu dan meninggalkan kamar Dylan. "Mama cerewet....." Dylan teringat seseorang,  "....kayak Arum." Ada senyum di akhir kalimat Dylan.

*****

      Cklek..

     Dylan memasuki kamar dengan nuansa serba biru. Kamar yang sangat rapih, dan dipenuhi sticker di setiap dindingnya. Ia mengamati kamar yang terasa nyaman itu.

    Dan dilihatnya Arum yang masih tidur bergelung dalam selimut. Gadis itu tampaknya sangat nyenyak dalam tidurnya, membuat Dylan berjalan mendekat ke arah ranjang. Mengamati wajah Arum dari dekat.

      Adiknya itu kini sudah beranjak remaja. Padahal rasanya baru kemarin adiknya itu suka mengganggu dia bermain. Membuntutinya kemana - kemana. Entah kenapa Dylan rindu kebersamaan mereka saat masih kanak-kanak dulu.

     "Bangun." ujar Dylan untuk membangunkan Arum. Laki-laki itu menepuk-nepuk pipi Arum pelan.

    "Eunghhh. "

      Perlahan mata Arum terbuka, kemudian menyipit untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya.

     "Kak Dylan?" tanya Arum dengan suara serak khas bangun tidurnya.

    "Hm. Bangun. Olahraga."

     Arum melihat jam dinding yang terpasang di kamarnya.

   08:30

    "Kan udah jam setengah 9,kak. Udah siang untuk olahraga. Arum masih ngantuk." ujar Arum dengan suara memelasnya. Itulah perempuan dengan segala permasalahannya, yaitu malas berolahraga.

     "Masih keburu. Ayo bangun." Arum terduduk di kasurnya. Mata Dylan tetap mengawasi adiknya itu. Tampaknya adiknya itu masih mengantuk. "Cuci muka sama gosok gigi dulu sana." ujar Dylan sambil mengelus kepala Arum, kemudian mencium dahi Arum.

3 Boys and My BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang