Chapter 1

40.8K 2K 34
                                    

Arum Sekarsari, gadis yang berperawakan mungil,dengan tinggi 156cm,kulit putih bak porselen,rambut hitam legam,dan pipi berlesung pipit yg dalam. Dia mempunyai kepribadian pemalu,agak pendiam,pintar,dan juga ia mempunyai kebiasaan yg unik. Arum tidak pernah mengeluarkan air matanya,ia gadis yg tegar dan kuat. Jika ia sedang sedih, ia akan bernyanyi hingga suaranya habis atau ia akan menari hingga energinya terkuras habis. Ia akan mengeluarkan air mata jika masalah yg ia hadapi sangat membuatnya terpuruk.

Hari ini Arum baru memasuki Sekolah Menengah Atas atau SMA. Arum sekarang sudah siap untuk berangkat ke sekolah dengan segala atribut MOS yang ia kenakan. Arum segera turun ke bawah untuk sarapan. Di meja makan sudah ada orang tuanya dan juga kakak laki-lakinya yg sangat dingin.

"Selamat pagi, Pa,Ma,Kak Dylan" sapa Arum ceria.

"Pagi,Sayangnya Mama."sapa balik Mamanya dengan suara lembut. Nilam-Mama Arum-walaupun usianya menginjak 48tahun tetapi wajahnya masih terlihat ayu.

"Pagi juga,Arum."ucap Papa Arum dengan suaranya yg berat dan tegas. Prawiryo-Papa Arum-usianya sekarang 53tahun tetapi masih tetap gagah.

"Hm."gumam suara yg terkesan dingin. Ini suara milik Dylan. Dylan berperawakan tinggi,tegap,mata yg sangat tajam,suara yg sangat tajam seperti gagak,hidung mancung,bibir yg mempesona,dan juga garis rahang yg tegas.

Arum duduk disebelah mamahnya, dan segera memulai sarapan.

"Hari ini Arum berangkat dengan kamu,Dylan. Papa akan berangkat sekarang ada meeting pagi-pagi sekali." Ucap Prawiryo tegas.

"Baik,Pa." Dyaln menuruti perinta Papanya itu.

"Kalo gitu Papa berangkat sekarang." Prawiryo lalu segera berdiri, tak lupa ia mencium kedua anaknya itu.

"Hati-hati,Pa" ucap Arum disertai dengan senyum manisnya. Membuat lesung pipitnya terlihat.

Setelah sarapan selesai, Arum dan Dylan pamit kepada Mamahnya dengan mencium pipinya. Arum mengikuti Dylan dari belakang. Arum dan Dylan memang bersekolah disekolah yg sama. Dylan memberikan helm kepada Arum. Setelah memakai helm,Arum segera menaiki motor Dylan.

"Pegangan." Perintah Dylan kepada Arum. Arum memegang tas Dylan dengan kuat.

"Kalo lo pegangannya gitu,gue gak jamin lo selamat." Ucap Dylan dingin. Arum lalu memegang ujung seragam di sekitar pinggang Dylan.

"Itu daerah sensitif gue." Dylan kembali berucap dingin. Arum bingung harus pegangan dimana. "Ck.." Dylan berdecak melihat Arum yg kebingungan. Segera saja Dylan meraih kedua tangan Arum lalu melingkarkan tangan Arum ke pinggangnya. Tubuh Arum langsung bersandar di punggung Dylan. Kepala Arum berada di bahu sebelah kiri Dylan. Wajahnya berdempetan dengan pipi Dylan. Arum lantas membulatkan kedua matanya karena kaget. Dylan segera menjalankan motornya membelah jalanan Jakarta yg ramai dengan kecepatan yg lumayan tinggi.

Kenapa jantungku berdebar kencang sekali? Padahal Kak Dylan kan kakak kandungku sendiri? Batin Arum bingung.

****
'
'
'
Maaf kalau typo bertebaran, Author masih amatiran hihi.

3 Boys and My BrotherWhere stories live. Discover now