Chapter 18

15.9K 1K 33
                                    

*Mulmed : Dylan dengan tatapan tajamnya*

Author POV

Cewek penggoda..

Gadis jalang..

Jalang..

Jalang..

Jalang..

Kata-kata yang diucapkan Bara seminggu yang lalu itu masih berseliweran di benak Arum. Benarkah sikap dirinya selama ini seperti cewek penggoda? Gadis jalang? Tapi ia tak merasa seperti itu. Ia tak pernah sekalipun menggoda laki-laki. Jangankan menggoda laki-laki, kadang dekat dengan laki-laki saja sudah membuat Arum gugup. Tapi mengapa Bara mengatakan bahwa dirinya cewek penggoda atau gadis jalang? Apa alasannya?

"Arum! Mengapa kamu melamun saja? Kamu tidak mendengarkan penjelasan saya tentang Teks Anekdot?"teguran yang bernada tegas itu berasal dari Bu Zia, guru Bahasa Indonesia yang sedang mengajar di kelas X-6.

"Ma-maafkan s-saya, Bu."sesal Arum sambil menunduk.

"Lebih fokus lagi,Arum. Kalau kamu tidak fokus dan terus melamun,kamu akan saya beri hukuman. Mengerti,Arum?"

"I-iya,Bu."ucap Arum sambil menunduk. Lalu pelajaranpun dimulai kembali. Arum kini berusaha fokus pada materi yang diterangkan Bu Zia.

"Istirahat cerita sama gue."bisik teman sebangku Arum-Nathan-dengan nada suara datar dan dingin. Arum terkejut mendapati suara bisikan itu. Ia segera menoleh ke arah Nathan, laki-laki itu telah kembali ke posisi semula. Menghadap papan tulis dan memperhatikan materi yang sedang dijelaskan oleh Bu Zia dengan wajah yang datar. Dahi Arum mengernyit bingung dengan apa yang diucapkan Nathan.

"Fokus. Arum."ucap Nathan memperingati Arum. Segera saja Arum langsung menghadap papan tulis dan mulai menyimak materi yang dijelaskan Bu Zia.

*****

Kriingg...kriinngg...kriingggg...

Bel tanda istirahatpun telah berbunyi. Mereka yang sedari tadi perutnya telah 'berkonser ria', segera berhamburan ke kantin untuk mengisi perut 'konser' mereka itu. Begitupun dengan Arum, ia berniat ke kantin bersama Tere dan Raya. Namun saat ia hendak bangkit berdiri, ada yang memegang tangannya.

"Ada apa,Nathan?"tanya Arum heran.

"Duduk."ucapan bernada perintah dan dingin itu membuat Arum menurutinya.

"Ada apa?"sekali lagi Arum bertanya pada Nathan.

"Tunggu disini." Meskipun heran, Arumpun menganggukan kepalanya tanda mengerti. Nathan segera beranjak keluar kelas, entah mau kemana. Arum masih heran, sebenarnya ada apa Nathan memintanya menunggu disini?

    Tak lama, Nathan telah kembali memasuki kelasnya dengan membawa kantong plastik. Laki-laki itu segera duduk di sebelah Arum dan meletakkan kantong plastik itu di hadapan Arum.

"Buat lu."ucap Nathan singkat.

"Buat aku? Makanan? Kan aku bisa makan ke kantin bareng Tere sama Raya, Nathan."

"Gue mau elu istirahat sama gue."ucap Nathan datar. "Sekarang cerita."  Ia kini menatap Arum lekat, tangannya berada dimeja,dan tangan yang satunya berada di sandaran kursi Arum, laki-laki itu menghadap Arum. Posisi Nathan yang seperti ini membuat Arum gugup.

"Ce-cerita apa?"tanya Arum heran.

"Kenapa lu sedih?"

"Ak-aku g-gak apa-apa,Nathan."

"Lu ngelamun..."jeda Nathan sambil menatap Arum lekat, "...keliatan sedih."ucap Nathan datar.

'Aku gak mungkin cerita ke Nathan.' Batin Arum.

3 Boys and My BrotherDonde viven las historias. Descúbrelo ahora