Chapter 13

19.7K 1.1K 25
                                    

Author POV

   Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 5 menit lalu, namun Arum masih saja tetap di posisi yang sama seperti tadi. Gadis itu masih tertidur, sepertinya ia kelelahan karena memikirkan sesuatu. Itulah yang membuat Nathan enggan membangunkan gadis itu. Untung saja tadi pelajaran terakhir, guru yang mengajar tidak masuk dan juga tak ada tugas. Jadi, tak masalah jika ia tetap membiarkan gadis itu untuk tertidur.

  Namun, sekarang bel pulang telah berbunyi, sehingga Nathan harus membangunkan gadis itu. Lantas, Nathan meraih kepala Arum dan membawanya untuk diletakkan dibahunya. Tangan kiri Nathan merangkul gadis itu, sedangkan tangannya yang lain menepuk-nepuk pipi Arum pelan, agar gadis itu bangun.

"Bangun."katanya singkat untuk membangunkan Arum, tak lupa juga tangan kanannya terus menepuk-nepuk pipi Arum.

"Arum, bangun."ia berusaha membangunkan Arum dengan nada suara dinginnya itu. Merasa tidurnya terganggu, Arum berusaha untuk membuka matanya dan mulai menyesuaikan dengan cahaya yang masuk ke retina matanya. Setelah matanya bisa menyesuaikan, gadis itu lalu melihat wajah datar Nathan yang sangat dekat dengannya. Hal itu membuat Arum berusaha menjauhkan badannya dari Nathan.

"Kenapa kelas kosong?"pertanyaan bodoh itu keluar dari mulut mungil Arum, setelah melihat keadaan kelasnya yang kosong.

"Sudah pulang."jawab Nathan singkat.

"Kenapa kamu ngga bangunin aku, Nathan? Aku bisa-bisa dimarahi oleh Bu Kristin karena tidur di jam pelajarannya."sesal Arum, karena ia tadi tidur di jam pelajaran Bu Kristin, guru Kimianya.

"Guru itu tidak masuk."lagi-lagi jawaban Nathan singkat.

"Tapi setidaknya ada tugas 'kan?" Bisa mati Arum kalau tidak mengumpulkan tugas Kimia.

"Ngga ada tugas."singkat, khas jawaban Nathan. Arum menghembuskan napasnya lega. Setidaknya ia tidak perlu repot-repot untuk meminta maaf kepada Bu Kristin, karena tidur di jam pelajarannya.

"Yasudah, aku mau ekskul dan latihan dance. Kamu ngga pulang,Nathan?"

"Gue ada ekskul."

"Ekskul? Ekskul apa?"

"Musik."jawab Nathan singkat. Ya, memang Nathan mengikuti ekskul musik, karena ia sangat ahli memainkan alat musik, especially gitar. Arum hanya menganggukan kepalanya singkat, tanda mengerti. Lalu gadis itu beranjak dari tempat duduknya, dan akan segera menuju tempat ekskul vokal.

   Nathan berada di belakang Arum. Ia memandangi gadis itu dari belakang. Lalu tiba-tiba alisnya mengernyit bingung.

"Arum."panggil Nathan kepada Arum, membuat gadis itu menolehkan kepalanya ke belakang. Memandang Nathan dengan bingung.

"Ada apa?"tanya Arum.

"Rok bagian belakangmu berwarna merah." Arum tidak mengerti perkataan Nathan. Lalu gadis itu berusaha untuk melihat rok bagian bawah belakang.

"Mana? Tidak merah kok."jawab Arum.

"Bagian belakang dekat pantatmu."kata Nathan cuek dengan nada suaranya yang dingin.

Blush..

   Mendengar perkataan Nathan membuat Arum malu. Ia segera melihat belakang roknya. Benar, disana berwarna merah cukup banyak.

Bodoh! Kenapa aku tidak ingat jadwal menstruasiku?

   Arum merutuki kebodohannya, ia merasa sangat malu sekarang. Bagaimana caranya ia pulang? Kalau roknya ada noda darah.

"Eumm... Na-Nathan, boleh aku pinjam jaketmu?"pinta Arum gugup. Sungguh ia sangat malu sekali! Tanpa banyak kata, Nathan menyerahkan jaketnya kepada Arum. Gadis itu menerima jaket Nathan, lalu memakaikan jaket itu di pinggangnya. Untuk menutupi noda darah itu.

3 Boys and My BrotherWhere stories live. Discover now