Dua Lima~

2K 119 1
                                    

Don't Forget to vote and comment before you reading 😌

🍁🍁🍁

Qirani kini sedang menghapus sisa air mata nya. Ia pikir ini semua salah, apa yang dia rasakan ke pada Hafidz itu tindakan yang sangat ia sesali. Karena dia sudah mendahului Allah untuk menentukan jodoh nya tanpa ia tahu seseorang itu kelak akan menjadi jodoh nya atau sebalik nya. Dia menghapus air mata yang mengalir tanpa henti dengan kasar.

Ceklekk..

Qirani membuka pintu ruangan ayah nya. Dia melihat Priti yang sedang memainkan ponsel. Kemudia ia duduk di dekat Priti.

“eum.. Prit, kamu pulang aja, ini udah mau sore. Kamu kan baru dateng, jauh-jauh mau ke sini malah ke rumah sakit dulu nemenin aku. Pasti kamu cape, cepet ayo nanti kak Arka anterin kamu.. ”. Suara parau Qirani terdengar jelas di telinga Priti. Dia menghentikan aktivitas nya ketika mendengar suara Qirani yang seperti orang yang sudah menangis.

“kamu kenapa Qirani? Kamu baik-baik aja kan?” tanya Priti khawatir sambil memegang bahu Qirani.

Qirani teringat kejadian yang dia lihat tadi. Hati nya sesak bila mengingat nya. Dia menangis di pelukan Priti.

Pritipun kaget atas perilaku yang di tunjukan Qirani. Dia langsung menenangkan Qirani dengan elusan lembut di punggung nya.

Setelah Qirani mulai meregangkan pelukan hangat nya, Priti pun dengan sigap menggapai botol mineral di atas nakas dan dia berikan kepada Qirani yang sedang menatap kosong ke arah depan.

“tenangin dulu Qirani, ini di minum.. Terus nanti kalau udah tenang kamu ceritain semua ke aku, yah?” ujar Priti dengan lembut, yang di balas anggukan kecil oleh Qirani.

Qirani menarik nafas nya dalam dan mengahapus air mata yang berserakan di wajah nya. Ia lalu mengucap basmalah dan meneguk air mineral tersebut. Setelah itu dia menghembuskan nafas nya lega, tapi masih dengan wajah yang menggambarkan kesedihan.

Priti melihat Qirani dengan tatapan sendu. “udah lebih tenang? Ayo ceritain.. ” ujar Priti lembut.

Qirani tersenyum simpul dan menghembuskan nafas nya panjang. “aku tadi keluar rumah sakit, terus aku liat perempuan di parkiran yang di paksa masuk ke mobil sama orang-orang yang pake baju item terus pake kaca mata item juga, tadi nya aku mau lapor ke satpam tapi sebelum itu aku liat Hafidz dan perempuan itu.. ” Qirani menjeda perkataan nya.

“perempuan itu?” tanya Priti bingung.

“Perempuan itu ngaku Hafidz pacar dan meluk dia..” lirih Qirani.

“apa!? Nggak mungkin, kak Hafidz itu nggak pernah pacaran Qirani.. Dia tau pacaran itu di larang sama agama kita. Percaya sama aku.. ” ucap Priti yakin.

“eum.. Nggak papalah Prit. Aku ini siapa? Apa hak aku ngelarang dia? Nggak ada hubungan nya aku sama Hafidz..” Qirani tersenyum miris.

“tapi Qirani.. Dia—”

“udahlah Prit.. Kita pulang aja yah, kamu pasti cape. Nanti kak Arka aja yang jagain ayah, semoga aja hubungan mereka bisa membaik..” ucap Qirani sambil melirik ke arah ayah nya yang sedang terlelap.

“tapi Qirani.. ”

“udah-udah ayo ah! Aku juga besok mau sekolah, enak kamu mah sekolah nya serasa punya sendiri..” ledek Qirani.

“emang punya aku, wlee..”

“iyaiya deh percaya, eh iya kak Arka kemana?” tanya Qirani sambil celingukan yang sesekali menghapus jejak air mata nya.

Qirani (sudah Di Terbitkan) Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin