sepuluh~

2.6K 149 9
                                    

"terima kasih ibu, untuk setiap air susu
Yang mengalir dalam darahku, tanpa mu
Aku tak akan pernah mampu
Menghirup udara kehidupan,berteman dengan
Alam, mengarungi nafas dunia bersama mu.
Terima kasih karena selalu
Menyayangiku"
~Almahyra Qirani ~

****


Qirani sudah pulang ke rumah dengan keaadaan seperti biasa nya.

"Assalamualikum bu.. Ibu..?ibu kemana yah? Nggak biasa nya ibu keluar rumah."gerutu Qirani karena tidak mendapatkan ibu nya ada di dalam rumah, sambil mengecek ke semua penjuru yang ada di rumah bilik nya ini. Qirani merasa kesal, tetapi rasa kesal yang di rasakan Qirani tercipta akan kecemasan nya kepada ibu nya itu.

Terkadang banyak dekolektor yang masuk rumah tanpa izin sang empu nya. Dan mereka memaksa ibu Qirani agar bisa membayarkan hutang yang ayah nya pinjam kepada mereka. Sudahlah lupakan tentang hal itu.

Karena cacing-cacing di dalam perut nya sudah berdemo ria, sekarang Qirani harus memejam kan mata nya agar mereka tak mengganggu nya lagi.

Uhukk uhukk

Suara batuk menggema ke seluruh rumah bilik Qirani. Sehingga membangunkan seorang gadis kecil yang sedang tertidur pulas di atas tanah beralaskan karpet tipis.

"siapa yang batuk ya?" gumam Qirani yang bernada khas orang yang baru bangun dari tidur nya. Qirani baru saja mengumpulkan nyawa nya satu persatu.

"kaya suara ibu!"ucap Qirani sambil bergegas ke kamar ibu nya.

Di dalam kamar,seorang wanita paruh baya sedang meringkuk kedinginan padahal udara di luar sedang panas, wajah nya pucat, menandakan ia sedang menahan sakit nya.

"ibu? Ibuu kenapa bu?"tanya Qirani kepada ibu nya yang hanya di balas gelengan kepala oleh nya, di sertai dengan senyuman. Qirani tau sekarang ibu nya sedang menahan sakit nya agar tidak di lihat oleh nya. Tetapi apa daya, hubungan puteri dan seorang ibu sudah terikat kuat.

"ya Allah ibu, ibu pasti belum makan, yaudah Qirani cari makan dulu yah."tanpa di berikan persetujuan, Qirani keluar untuk mencarikan makanan untuk ibu nya.

Ibu Qirani tersenyum atas sikap puteri nya ini. Dia sangat ingin melihat anak nya bisa mendapatkan cahaya di kehidupan yang selalu ada kegelapan yang menyelimuti nya. Dia tidak mau meninggalkan anak-anak nya, dia ingin menjadi orang pertama yang akan menerima kabar akan kesuksesan mereka. Tapi, apa yang dia akan lakukan apabila yang maha kuasa memanggil nya terlebih dahulu.

****

Dia jalan, Qirani sedang memikirkan bagaimana dia bisa membeli makanan untuk ibu nya, kalau uang saja ia tak punya. 'kalau kamu ada masalah kamu bisa minta bantuan sama kakak' ucapan Hafidz terlintas begitu saja tanpa di minta untuk muncul.

"apa aku ke rumah pa haji aja yah?"pikir Qirani. Tetapi, dia tak mau merepotkan beliau, karena ia sudah bayak membantu keluarga nya. Apa sekarang dia harus merepotkan nya lagi? Pikir Qirani.

Qirani menoleh ke sebelah kanan, banyak tumbuhan di sana, dan... 'Ah! Itu ada singkong, apa aku masak itu aja yah?' ucap Qirani dalam hati. Tetapi, dia harus ijin dulu kepada si pemilik nya. 'ehh.. Tapi kok ada orang di kebun nya'ucap Qirani dalam hati. Tanpa pikir panjang Qirani menghampiri seorang yang sedang menyandarkan tubuh nya ke pohon sambil mengibas ngibaskan tangan nya ke udara.

"Assalamualikum,pak" seorang itu menoleh.

"eh, kirain siapa, ada apa neng?" tanya bapa bapa itu. "ini kebun punya bapak yah?"tanya Qirani yang dibalas senyuman dan anggukan oleh bapa itu.

Qirani (sudah Di Terbitkan) Where stories live. Discover now