Fourty (LAST)

3.1K 35 9
                                    

         Saat ini aku duduk di teras cafe, untuk bertemu seorang klien. Katanya dia ingin menginvestasikan sahamnya pada perusahaanku, dan ingin menemuiku secara langsung.

Harusnya dia tepat waktu kan kalau membutuhkan sesuatu?

Tapi, di cafe ini juga, aku melewati hari terakhir bersama Kevin.. sudah enam tahun tapi masih saja teringat.

Oh! Sepertinya itu dia..

"Maaf saya terlambat.."
"Ah saya juga baru datang.." kataku sambil berdiri dan menjabat tangannya.

"Jadi, saya punya pertanyaan, kenapa harus saya yang datang, bukannya anda?" Kataku memulai percakapan

"Ahh.. saya sedang ingin keluar suasana kantor, tapi kalau itu jadi masalah buat inventasi ini saya minta maaf.."

"Saya ga bilang itu jadi masalahkan, tapi tolong buka penutup wajah anda..." tatapan itu.. nada suaranya seperti aku kenal? Tapi masa orang Aussie?

"Oh ya! Maaf saya lupa, perkenalkan saya Henri."

Mataku terbelalak, rasanya sudah lama sejak SMA aku tidak melihatnya, dan sekarang dia di hadapanku dan menjadi partner kerjaku.

"Oh! Hai! Kamu lupa?"

"Mana bisa, cinta pertamaku, mana aku bisa melupakannya?"

Dan akupun terdiam, kenapa dia harus sejujur itu mengutarakannya?

"Haha, kenapa diem? Gimana kabarmu? Tujuh tahun ya aku tidak melihatmu.."

"Gak seharusnya kan kamu sejujur itu, itu membuatku gak enak."

"Gak apa apa, aku sudah punya istri kok, jadi aku ga bisa menggodamu lagi, aku akan habis di rumah saat istriku tahu aku menggoda cinta pertamaku."

Mataku hampir keluar sekarang. Bagaimana mungkin? Dan siapakah istrinya? Apa mungkin Lenia? Seperti di film film kan??

"Kok heran gitu? Makannya jangan kelamaan belajar, cari jodoh sana! Dan kapan kapan aku kenalkan cinta pertamaku dengan istri pertamaku"

"Berhenti memanggilku cinta pertamamu, dan lagi emangnya kamu berniat menambah istri?"

"Kalau kamu bersedia, boleh juga"

"Hei!"

"Oh ya, bagaimana hubungan mu dengan Kevin?"

...

"Bisa kita lanjutkan urusan kita?"

Lagian kenapa harus bahas Kevin sih! Reunian ini kan jadi terasa menusuk.

Setelah selesai..

"Hei, sudah berakhir ya?"

"Terimakasih sudah mau berinvestasi, selamat siang"

"Hei! Sekarang aku sebagai temanmu"

"Ya, sudah berakhir enam tahun yang lalu. Aku pergi dulu ya"

Aku buru buru pergi karena : pertama, aku tidak suka orang lain tahu masalahku, kedua, sepertinya aku melihat Kevin.

Dan benar, Kevin sedang berjalan bersama anak kecil dan seorang wanita.

Apa Kevin benar benar melupakan ku sejak enam tahun yang lalu? Sejak ciuman itu?

Tapi dia kelihata bahagia, bersama perempuan itu, maka aku juga harus bahagia..

Kita harus sadar, sampai kapanpun tidak ada yang bisa menemani mu selamanya, entah pergi karena ajal, ataupun karena keperluan lain, kamu harus terbiasa sendiri, jangan pernah terlalu bergantung, karena akan sangat menyakitkan bila dilepas.

Aku harus pergi, jangan sampai Kevin melihatku lagi

***

"Keviiinnn!"

Ahh semenjak dia ada di rumah ini semua berisik, aku selalu bangun pagi. Padahal hari ini kan hari libur!

"Apa?! Aku masih ngantuk!"

"Ayo ajak si kecil jalan jalan, jangan molor terus!"

"Ajak aja sama kamu kenapa sih emangnya ribet amat!"

"Dia maunya kamu juga ikut, nurut aja kenapa sih?"

"Yaudah tunggu aku mandi dulu"

Padahal hari ini masih pagi sekali, jam sepuluh. Masih bisa berbagi rindu dengan kasur, bantal, guling kan. Menyebalkan.

Dan kenapa juga anak itu bernama Sovie! Gak kreatif sama sekali.

"Ayo"

"Omm piiin!! Main?"

Masih saja tidak bisa mengeja namaku dengan benar

"KE.VI.N nama bagus bagus dipanggil pin"

"Berantem aja terus, ayo jalan kakak bosen"

"Om pin galak ya ma?"

"Sovie, nama om itu Kevin.. coba ulangi?"

Sovie = Sovia

Arrghh! Kenapa masih ingat! Ciuman itu, hari terakhir dia menjadi milikku.

"Ke.. pin? Benar?"

"Salah!! Ah tau lah"

"Dia masih ber umur dua tahun apa yang kamu harapkan? Hahaha"

Akhirnya kami tertawa saat perjalanan menuju taman kota. Tapi saat ingin menyebrang sepertinya aku melihat Sovia.

Apakah dia sudah kembali dari Australi? Kenapa ga menghubuhiku sama sekali? Tapi sama siapa dia di cafe? Sepertinya asik sekali.

Ahh benar, ini sudah enam tahun berlalu, Sovia yang seperti anak kecil, manja dan lugu, akan lupa hari terakhir kita bersama. Bersama siapa tapi dia sekarang? Apa selama ini dia baik baik saja tanpaku? Aku selalu kesepian tanpa dia.

"Om piinnn! Buruaann! Kenapa diam?"

"Om dataang!!!!"

Sepertinya memang sudah usai, tidak ada lagi kata "kita" diantara aku dan Sovia.

***

Padahal aku baru saja ingin mengubungi Kevin..

***

Apa sebaiknya aku basa basi dan tanya tadi siapa? Tapi apa itu akan baik baik saja?

Apa sebaiknya aku basa basi dan tanya tadi siapa? Tapi apa itu akan baik baik saja?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.







Thankyou for read 😀
Thankyou for vote 😄
Thanks for everything 😁

BROKEN (COMPLITED)Where stories live. Discover now