thirty six

857 19 0
                                    

"Ngapain?"
"Butuh udara segar aja"
"Terus? "
"Aku butuh teman"
"Gila!"
"Memang, aku sampai gila kalau kamu terus bersikap seperti ini"
"Tanpa aku bersikap seperti apapun, kamu memang sudah gila!"
"Udahlah, kamu Gaboleh jauh jauh dari aku"

Siapa kamu! Batin ku

Tanpa peduli aku langsung pergi meninggalkan Kevin.

"Ayo kita ke ibumu"
Aku menghentikan langkahku, dan dia menarik tanganku untuk mengikutinya. Lagi. Dan itu susah

"Kalau mau ngajak orang, liat orangnya, aku ga bisa ngikutin langkah kamu yang jauh banget kayak gitu!"
"Sorry aku lupa kalau kamu pendek."
"Terserah"
"Tapi aku tetep sayang kok!"

Setelah selesai ziarah dari makam ibu. "Vin, kamu pulang aja, aku masih mau sendiri, tapi makasih udah nganterin aku ke makam ibu." 

"Ngapain sendiri terus sih? kan ada aku"
"Kamu? kenapa emang kalau ada kamu?"
"Ingatkan, kalau kamu ga boleh jauh jauh dari aku!" kata Kevin, sambil menarik tubuhku mendekatinya.  sekarang aku harus gimana? batin ku.

"Kamu orangnya pendendam ya?" katanya, sekarang wajahnya dengan wajah ku saling bersebrangan. "Ekhm.." aku berdeham, dan Kevin mengangkat lagi badannya.

"Kenapa sih emangnya kalau cara aku dapetin kamu itu dari rasa penasaran aku doang? kan itu awalnya aja, sekarang aku emang udah suka banget sama kamu"

gila ni orang, tapi alasannya apaya sampai aku diemin dia? aduh jadi aku harus jawab apaan? tapi masa gak marah. 
" Hey! ngelamun terus, ngelamunin akunya ga usah kelamaan kali"

"Apasih kamu Vin! udah ah pulang aja sana aku mau sendiri" ketusku kesal, aku langsung pergi menjauhi Kevin

"Kalau ayah kamu sendiri yang minta buat aku jagain kamu gimana?" langkahku terhenti, tapi tanpa memutar balikan badan. 
"Kenapa dia harus menyuruhmu? dia bisa melakukannya sendiri kalau dia mau." terdengar dia mengambil langkah mendekatiku, aku langsung melangkahkan kaki ku lagi, satu langkah, hanya untuk membuat dia terdiam lagi ditempatnya. 

"Gini deh, aku emang bego dulu cuman jadiin kamu pemuas hati" hatiku mulai teringat rasa dendam tadi siang, "Aku juga bodoh dalam hal cinta, sampai sampai aku tidak mementingkan perasaan kamu" "Cukup! intinya kamu mau ngomong apa! aku mau pulang" kataku sambil menahan napas, "Tapi besok aku bakal jadi orang ter bodoh, terbego kalau sampai hari ini aku bakal kehilangan kamu Via."

Aku menghembuskan napas ku keras keras, aku masih tidak mengerti apa maksud dari setiap kalimat yang Kevin ucapkan, tapi itu berhasil membuat hati ini luluh kembali. Segampang itukah aku? Ayah, kenapa ayah menyuruh Kevin melindungi aku? 


                                                                                        ***


Hari demi hari kami lewati layaknya pasangan kekasih, tapi ini positif kok, kita ga pernah mojok mojok berdua gelap gelapan hihihi... 

Kita sering menghabiskan waktu bersama sampai akhirnya waktu Ujian Nasional tiba. Jadi tahu dong kita berdua ngapain aja selama ini, anak rajin gitu loh.

"Vin, hari ini aku pulang sendiri gapapa kan?" pintaku
"Mau kemana dulu emang? Aku anter aja gapapa kok"
"Eh, gapapa aku sendiri aja, aku udah telepon supir kok."
"Kamu cuman boleh di anter jemput sama aku ngerti!" katanya sambil meraih wajahku, 
dan kita berdua menjadi pusat perhatian seluruh orang di parkiran motor.
"Masa kamu cemburu sama supir sih, udah ah malu banyak orang"

"Kenapa emangnya? Biarin aja semua tau jadi kamu gaboleh diambil laki laki lain!"

"Genit dasar! Udah ya aku pulang duluan, biar supir aku kerja, nanti keenakan di gaji tapi ga pernah kerja" kataku sambil melepaskan tangan Kevin dari pipiku.

"Dahh!!"
"Em.. dah!" kataku sambil mengangguk dan melambaikan tangan.

"Pak antar saya ke lokasi ini ya, ini alamatnya" kataku sambil menyodorkan secarik kertas.

"Siap neng.. tapi neng, kenapa ga sama pacar neng yang cowok itu?"
"Pacar saya cowok lah pak, masa cewek"

"Eh iya ya"
"Gak kenapa kenapa, tapi bapak jangan ceritain apapun sama pacar saya tentang ini ya pak."

"Iya neng"

sampai ditujuan

"Dimana? aku udah di tempat, aku ga lihat kamu"
                    "Turun dari mobil! anak manja!"
"Bapak, bapak pulang aja, nanti saya diantar teman habis dari sini selesai."
"Ini tempat apaan neng? Bapak ga bisa ninggalin neng di sini sendirian pula"
"Udah bapak pulang aja ya, nanti teman aku datang kok" aku membujuk pak supir ini untuk pulang.

"Yasudah, bapak pulang, kalau ada apa apa, hubungi bapak ya neng, nanti saya di omeli bapaknya eneng"
"Iya pak, tenang aja..."

          Diapun pulang, dan aku menunggu seseorang yang baru saja memanggilku "anak manja".

"Dimana! Aku tidak punya banyak waktu!" kataku pada telepon
                  "Aku yakin, kamu punya banyak waktu" balasnya dari sebrang mana, aku yakin dia ada di sini, tapi di sebelah mana? lagian ini tempat seperti apa? gurun? bukit? taman?
"Aku sudah bilang, aku tidak ada waktu banyak!"
                    "Aku tidak yakin kamu siap"
"Banyak ngomong ya kamu!"
                     "Kamu memang serakah! mengambil semua yang harusnya jadi punyaku!"

Tunggu, apa mungkin? mataku makin terbelalak membanyangkan siapa sebenarnya orang ini

"Lenia."
                     "Cepat sekali kamu mengenal aku, pantas ranking mu bagus"

"Sebenarnya apa yang ku ambil dari mu?" tanyaku
                      "Ahh.. bodoh! apa orang tua mu tidak memberitahu mu?"
"Bilang saja! jangan ber tele-tele!"
                       "Pertama, kamu mengambil Kevin dari ku."
Suaranya bukan berasal dari handphone, tapi dari sebelah mana?
                       "Kedua,..."
"Aku tidak merebut Kevin dari kamu!"
                        "Lalu? Kevin jatuh cinta langsung pada mu? cewek cupu, galak, sok pintar."

"Kenapa bersembunyi! Keluar saja! Pengecut!" kataku berteriak
                        "Belum waktunya.."
"Lalu, kedua apa?"
"Lenia! kedua apa?"

"Gak ada Lenia, kamu ngapain di sini!" Kevin? dia mengikutiku?
"Sovia! liat aku!" Aku terpaksa membalikkan badan, Lenia pasti tahu Kevin ada di sini, makannya di diam.

" Lenia ngerjain kamu lagi?"
"Kayaknya iya, katanya dia mau belajar bareng, terus janjian di sini.." bodoh! alasan macam apa itu? semoga Kevin percaya.. 
"Kamu itu bodoh atau menganggap aku bodoh?! belajar apa di sini? Belajar biologi juga ga harus di sini!" 
uh.. untung percaya, tapi aku bosan di panggil bodoh terus!

"Yaudahlah, gapapa kok, mau anter aku pulang?" kataku sambil memasang wajah memohon

"Aku harusnya marah!"

"Ohh ya sudah, aku pulang ya dah.." sambil menundukkan kepala
"Marahnya jangan lama lama ya.."


Kevin langsung menarik tanganku menuju motornya, dan mengantar ku pulang..

"Katanya marah.." kataku sambil sedikit cekikikan
"Diam! harusnya aku marah karena kamu bohong ga langsung pulang!"

"Bagus deh kalau kamu marah, lucu!"

"Diam ga!"

"Iya Iya galak ya..." sambil mengangguk-angguk meledek

Yang kedua... apa yang kedua aku rebut dari Lenia? sepanjang perjalanan aku hanya melamunkan kalimat itu, entah Kevin menyadarinya atau tidak.


BROKEN (COMPLITED)Where stories live. Discover now