fifth

2.4K 86 1
                                    


" Kamu gila ya? Kenapa senyum senyum sendiri?" tanya nya menghilangkan senyum ku " Apaan sih! Kenapa berhenti bermain gitar nya " tanya ku " Habis aku takut liat kamu senyum senyum sendiri" jelas nya " Parah ya kamu!!" aku memutuskan untuk pergi ke kelas namun tertahan karena tangan ku di tarik oleh Kevin, dia menarik ku dan membuat aku berada di pelukkan nya dan berkata "Bukankah enak kalau kau bisa berbaur dengan yang lain dan tidak terus merasa sendiri? " katanya " Siapa sebenarnya kamu?" tanya ku heran " Bisakan?" katanya lagi " Kumohon jawab saja pertanyaan ku, siapa kamu?" tanya ku ulang. Kevin memutarkan badan ku sehingga kami berhadapan. " Kevin, aku tidak pernah sedekat ini dengan orang lain, tapi kamu... Siapa kamu, kumohon jawab lah..." " aku adalah..."
Seseorang mengetuk pintu aula dan memotong pembicaraan kami berdua, saat di buka ternyata petugas aula yang ingin membersihkan aula. " Adek, sedang apa berduaan di aula?" tanya nya " Eh tidak ada apa apa kok pak, kami hanya bermain" balas ku. Lantas kami pergi meninggalkan ruangan aula. Aku pergi menuju kelas ku dan Kevin menuju kelas nya, entah dimana kelas Kevin aku tidak perduli.

Ada niatan untuk melupakan semua yang terjadi di ruang aula barusan, tapi yang ada malah timbul banyak pertanyaan, pelajaran terakhir adalah pelajaran bu Retno, namun karena beliau ada acara mendadak jadi beliau tidak dapat hadir untuk mengajar, tugas? Sudah pasti ada. Aku pasti langsung mengerjakannya sendirian lagi, namun saat di tengah tengah aku mengerjakan tugas dari guru, Henry memalikkan tubuh nya ke arah ku dan bertanya " Sovia, kamu bisa membantu ku mengerjakan soal soal ini? Sedari tadi aku berkutat dengan angka tapi tidak dapat menemukan hasilnya." ujar nya " Kenapa tidak kamu tanya sama yang lain saja?" balas ku ketus " Yang lain yang mana maksudmu? Tidak kah kamu lihat mereka malah asyik bercanda?" jelas nya, terdengar suara suara dari ujung kelas " Heh anak baru, berani juga kamu mendekati makhluk ganas itu? Menanyakan tugas dari bu Retno? Rajin ya kamu, kalau berhasil menanyakan pada nya kasih lihat aku ya!" seru nya, sakit sekali hati ku, aku di permalukan seperti itu bukannya baru baru ini saja aku di permalukan di kelas, tapi... Makhluk ganas? Apa apaan itu? Rasa nya tak kuat aku menahan air mata ku, langsung ku lari menuju toilet untuk melampiaskan semua rasa sakit ku dengan menangis, ku tinggalkan tugas yang telah kuselesaikan di kelas.

Tak perduli akan jadi apa pekerjaan ku nanti nya, yang aku tau sekarang hanya sakit hati di permalukan di depan anak baru. Aku langsung memasuki salah satu bilik yang berada di toilet, aku menangis sekuat tenaga melampiaskan seluruh kekesalan ku terhadap orang yang mengejekku tadi, tak perduli siapa nama nya yang pasti itu sangat sakit.

Sambil terisak menghentikan tangis ku, aku dengar ada dua orang perempuan memasuki toilet lantas mereka bercakap cakap.

" Eh lo tau gak, tadi gue liat cewek jutek itu keluar bareng Kevin dari aula!" kata salah satu cewek " Emang nya ada apa kalau mereka keluar dari aula?" sahut cewek yang lain nya
Kevin? Apa yang di maksud itu aku? Dari mana mereka tahu? Apakah ada rumor yang aneh lagi setelah ini? Batin ku.
" Yaa tidak apa apa sih, cuman kan aneh saja cewek se sangar dia bisa di gandeng dengan cowok se tampan Kevin??" timbal nya " Sudahlah, emang penting buat kita ngurursin dia hah? Dia aja gak pernah mau perduli terhadap orang di sekitarnya, dia hanya mengurusi dunia nya sendiri layaknya di dunia ini hanya ada dia seorang." balas yang lain.

Ya ampun.. Apa lagi ini, aku semakin tidak kuat. Bukannya menghentikan, tangis ku malah menjadi jadi apakah segitu nya mereka membenci ku? Apa artinya aku selama ini? aku mendengar mereka keluar dari toilet. Lantas aku keluar dari bilik dan berkaca, mata ku merah seperti orang kurang tidur. Aku membuka kran air dan membasuhkan air nya ke muka ku, agar sedikit berkurang efek tangisan nya. Setelah aku merasa mendingan, aku keluar dari toilet dan mendapatkan Henry sedang berada di depan pintu dengan tas ku.

Semua orang yang berjalan pulang langsung memperhatikan kami berdua, entah apa yang mereka pikirkan namun tatapan mereka sangat tidak mengenakan hati ku. Lantas aku bergegas pergi mengambil tas ku dan meninggal kan Henry.

Menuju mobil, aku tertahan oleh Henry. Aku menatap nya tajam, wajah nya semakin lama semakin dekat dengan wajah ku, lalu ia berbisik " Jangan perdulikan orang yang membenci mu, mereka hanya iri kepada mu" lalu melepaskan ku dan membiarkan ku pergi.

Perjalanan pulang

Kevin... Sebenarnya siapa dia?? kenapa aku sampai jadi perbincangan jika bersanding dengan nya?? " Aarrghh kenapa aku jadi memikirkan omongan orang lain? Sejak kapan aku peduli dengan ocehan orang lain??" gerutu ku. " Pak kita mampir ke toko buku dulu ya.." ujar ku " Baik non..."

Sampai di toko buku

Sebenarnya, aku tidak berniat membeli buku. Hanya saja aku bosan seharian berada di rumah, jadi aku memutuskan untuk jalan jalan ke toko buku. Ku lihat lagi rak inspirasi, tidak terdapat buku yang aku ingin kan, sampai saat ini aku belum menemukan buku yang menarik perhatian ku. Saat ku lihat jam tangan digital ku, ternyata waktu menunjukkan puku 17.00

Aku sudah terlalu lama mondar mandir di toko buku ini tanpa membeli apapun. Lagi lagi aku harus pulang dengan tangan kosong, aku melangkahkan kaki ku menuju mobil orang tua ku dan pulang ke rumah.

Sampai di rumah

" Assalamualaikum" salam ku, tidak ada yang menjawab? sudah biasa saja, namun ku dengar ada suara kecil dari belakang yang menjawab salam ku
" Waalaikumsalam non Sovia" sahut bibi, melihat nya hati ini seakan ingin menanyakan sesuatu namu entah apa itu aku mendadak lupa. Aku hanya membalas bibi dengan senyuman tipis dan langsung ke kamar ku.

Aku menghempaskan badan ku ke kasur hingga membuat benda terjatuh, saat itu aku tidak mempedulikan apa yang jatuh barusan tapi saat ku pejamkan mata ku sejenak sambil mengingat ingat pertanyaan apa yang ingin aku tanya kan pada bibi. Aku langsung bangkit dari posisi tidur ku karena merasa sudah teringat akan pertanyaan ku kepada bibi, aku langsung meloncat dari kasur sambil masih mengenakan seragam.

Namun saat ku hendak berdiri, kaki ku menginjak sesuatu yang akhirnya membuat ku teringat saat malam. Aku meraih nya dan mendapati bahwa itu adalah surat, saat ku buka dan ku baca hingga selesai itu membuat air mata ku jatuh untuk kedua kali nya di hari ini.

BROKEN (COMPLITED)Where stories live. Discover now