Baru saja Lea hendak melihat siapa orang yang berani menggendongnya dari belakang, tetapi orang tersebut lebih dahulu menurunkannya.

"Bara?!"

Bara tersenyum manis. Tangannya mengacak pelan rambut sang gadis. Satu detik kemudian, Bara mencium keningnya sekilas.

Di saksikan oleh beberapa anak cowok yang sedang menongkrong di WBJ.

"Nyari siapa?"

Menengadahkan kepalanya, Lea menatap Bara dengan sinis walaupun semburat rona merah belum sepenuhnya pudar dari pipi Lea.

"Nyari orang yang bolos sekolah!"

Bara tersenyum geli. "Di sini banyak yang bolos. Mau cari yang mana?"

"Yang mukanya kayak orang Arab! Yang badannya tinggi kayak menara sutet!"

"Wildan dong?"

Lea menatap cowok bertampang Arab versi kulit putih yang Bara maksud. Lalu, dia melengos dan menatap Bara kembali.

"Kulitnya coklat! Punya kumis tipis! Alisnya tebel! Bulu matanya lentik! Bibirnya merah! Hidungnya mancung!"

Bara tertawa pelan mendengar Lea yang mengabsen ciri-ciri fisiknya.

"Duh siapa ya?"

Lea merengut. "Ih tau ah! Kamu ngapain sih bolos-bolos segala? Aku cariin tau--"

"Lo kangen ya sama gue?"

Plak!

"Sakit, Tash." ungkap Bara mengusap pipinya pelan.

"Emangnya kamu udah pinter heh sampai bolos melulu? Nilai kayak pembalut anak cewek aja sok mau bolos!"

Bara menggaruk keningnya yang mengerut. "Kok nyambung-nyambung ke pe--"

"Merah semua!"

Bara menatap tajam teman-temannya yang terkikik menonton pentolannya yang sedang diomeli seorang gadis.

"Yaudah. Pulang sekarang?"

"Anterin ke toko buku dulu boleh?"

Bara tersenyum lebar sebagai jawabannya. "Boleh, anterin ke toilet juga ayo aja. Gue ngambil tas dulu ya?"

Lea mengangguk malas. Dasar! Niat bolos aja kok pakai bawa tas!

***

"Ih bisa nggak sih gak usah ngikutin aku mulu?!"

Bara menatap datar Lea yang berkacak pinggang di depannya.

"Ya abis gue bingung mau ke mana,"

"Ih ke mana kek gitu!"

"Ya ke mana?"

Oke, Bara menjawab dengan bodoh.

"Makanya jangan ngatain orang bego mulu jadi bego sendiri 'kan kamu!"

Bara meringis mendengar ocehan Lea. Lagian wajar 'kan dia bingung harus ngapain di toko buku? Toh, dia baru sekali ini dalam seumur hidupnya ngunjungin toko yang berisi berbagai macam jenis buku.

"Terus gue harus apa?"

Lea memijat pelipisnya. Sumpah deh, dia pengin banget ngemukul kepala Bara biar saraf di otaknya beneran dikit. Tapi dia baru inget kalau ini di toko buku.

"Cari buku trik cepat pintar sana!"

Bara mendengus geli. Badannya ia sandarkan di rak buku yang tertata di sampingnya.

"Kalo mau cepat pintar ya belajar--"

"Emang! Terus kenapa kamu bolos?! Udah gitu 'kan tadi pagi aku beliin roti sama susu tapi kamunya nggak ada!"

"Mana roti susunya?"

"Bodo! Udah ah aku mau nyari buku! Jangan ikutin aku!"

"Kenapa emang? Emangnya salah ya kalo gue ngelindungin orang yang gue cinta dari mata-mata nakal?"

***

"Onta?"

Lea menggembungkan pipinya. Bete karena Bara mencuekinya sejak pertengkaran kecil mereka tadi.

Mencolek pipi Bara, Lea tersenyum. "Serius banget mukanya. Kamu baca apa?"

Bara tetap diam. Matanya masih fokus ke majalah yang sedang di bacanya.

Lea mendengus kasar, kepalanya ia tundukkan untuk melihat majalah yang Bara baca. "Oh, kamu suka otomotif ya?"

Lagi-lagi Bara diam dan nggak merasa terganggu sedikit pun. Seakan-akan nggak ada Lea di sampingnya. Dan lantaran gemas, cewek bertubuh ramping itu pun menarik daun telinga Bara hingga cowok tersebut mengaduh.

"Kacang aja terus! Kamu marah ya?!"

Meletakkan majalahnya, Bara lantas menggenggam tangan kanan gadisnya. Erat. "Lo pikir gue cowok apa'an yang marah karena beginian?"

"Ya abis kamu diem mulu,"

"Udah nyari bukunya?" Lea mengangguk kecil.

"Tadi aku nemu buku yang dulu pernah aku baca di wattpad. Sedih banget deh masa sad ending gitu."

"Berarti buku itu belum selesai ceritanya."

"Maksud kamu?"

Bara menghembuskan nafasnya panjang, matanya membalas tatapan cewek-cewek SMP yang terus memperhatikannya. Membuat Bara sedikit risih.

"Di dunia ini tuh nggak ada yang namanya sad ending. Karena setiap manusia berhak untuk hidup bahagia."

"Tapi 'kan--"

"Gue udah bilang sebelumnya kalau buku itu belum selesai. Lagian, Tuhan nggak sejahat itu ngebiarin makhluknya terus bersedih."

"Kata siapa? Banyak juga kok orang yang terus-terusan bersedih karena--"

"Tasha, Tuhan ngasih kesedihan buat manusia itu bukan karena Tuhan jahat. Itu karena Dia pengin manusianya selalu inget dia. Biar manusia sadar juga."

Lea terkesiap. Detik selanjutnya dia menengok ke arah Bara dengan tampang menggoda.

"Ini ceritanya bad boy lagi kultum ya?"

Menoyor kepala Lea, Bara mendengus kasar.

"Oh iya. Menurut survey novel yang aku baca, biasanya bad boy kayak kamu itu bakal tobat setelah ketemu aku. Aku jamin, pasti nanti kamu bakal jadi good boy dan berhenti merokok dan bolos."

Bara mengernyit. "Sok tau. Lo pikir lo itu hidayah buat gue? Bukan! Lo itu, petaka buat gue! Ngerti?"

***

Match Made in Heaven[SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now