BDP-21

6.6K 616 54
                                    

Ali terus menatap wajah Prilly dari samping, bahkan danau di hadapannya terlihat tak menarik sehingga ia tak sedikitpun mengalihkan pandangan dari gadis cantik di sampingnya ini.

Berulang kali Ali menyisihkan rambut Prilly ke belakang telinganya tanpa mengucapkan apapun. Jika gadis itu menoleh, ia hanya tersenyum manis. Prilly pun seperti enggan mengucapkan apapun, ia masih menunggu sampai Ali bersuara. Pandangannya lurus ke depan, memandangi danau yang terlihat tenang. Sebenarnya risih di tatap terus seperti itu, tapi mau bagaimana lagi?

"Mau ngomong ngga?" Prilly mulai membuka suara karena merasa jengah melihat Ali terus diam menatapnya.

"Mauuu..."

"Yaudah cepat, nanti Papa sama Mama nyariin!"

"Ngga akan, aku udah izin. Lagipula mereka ngga akan khawatir, orang anaknya di bawa calon suaminya sendiri." Ali menggigit bibir bawahnya saat Prilly menoleh dan mencebikkan bibir.

"Cepat deh mantan, lo mau ngomong apa?"

Ali membulatkan mata mendengar Prilly menyebutnya 'mantan'.

"Apa sih mantan mantan, kita belum putus!" Ali memprotes tak terima sambil mendelik sebal.

"Dih lupa? Amnesia?"

"Ngga deh, ngga ada tuh mantan-mantan!"

"Ngga ada mantan-mantan tapi masih suka jalan sama mantan!" Prilly memejamkan mata, menahan emosi yang seketika mencuat saat mengingat Ali dan mantannya.

"Bukan jalan, tapi ngga sengaja ketemu!" Ali membela diri, karena kenyataannya memang bukan seperti yang ada di fikiran Prilly.

"Ya terserah, kita udah ngga ada hubungan, terserah lo mau ngapain!"

"Sayang..."

"Prilly, nama gue Prilly, bukan sayang!" Prilly menyela cepat setelah membuka matanya.

"Gue-gue, apa sih!" Ali menggenggam tangan Prilly, kemudian di letakkan di atas pahanya.

"Kan lo duluan yang mulai!" Prilly berusaha menarik tangannya tapi Ali semakin menggenggamnya erat.

"Udah dong, iya aku salah bohongin kamu, tapi aku bukan sengaja jalan sama dia..."

"Aku ngga jujur karena takut kamu malah mikirnya kemana-mana. Aku ngga ada perasaan apa-apa sama dia, sumpah!" Lanjut Ali.

"Ngga ada perasaan tapi masih saling perhatian!" Ketus Prilly lalu melipat kedua tangannya di depan dada setelah berhasil terlepas dari genggaman Ali.

"Aku ngga perhatian, kamu baca sendiri kan siapa yang chat duluan, aku cuma balas seadanya." Ali kembali meraih tangan Prilly untuk di genggamnya.

"Coba kamu jadi aku..."

"Udah. Liat kamu perhatian sama cowok lain, mesra-mesraan sama cowok lain, aku juga sakit Prilly." Ali menyahut membuat Prilly menoleh.

"Tapi aku ngga bohong kayak kamu!"

"Iya itu letak kesalahan aku. Aku minta maaf, ya?" Ali mengusap pipi Prilly membuat gadis itu memejamkan mata.

"Apa dia juga pernah di usap kayak gini?" Prilly membuka mata, memegang tangan Ali yang masih berada di pipinya.

"Engga, kamu tau? Aku sama dia berhubungan cuma sebulan, itupun dia duluan yang ngungkapin perasaannya."

Prilly membulatkan mata mendengar ucapan Ali. Sebulan? Itupun ceweknya duluan yang mengungkapkan. Bagaimana bisa sekarang Kiara masih menaruh hati pada Ali? Berhubunganya sudah lama itupun hanya sebulan, apa masih ada cinta sampai sekarang?

Bangkit Dan Percaya (END)Where stories live. Discover now