BDP-6

6.8K 633 3
                                    

Prilly memandangi langit yang menggelap pertanda hujan akan turun. Menopang dagu dengan tangan mengepal dan siku tersangga di atas paha. Baru saja ia dan Ali bertamu ke rumah Bu Rahma, mama nya Genta. Dan bu Rahma terlihat tak menyukai Ali.

"Jadi sudah bisa move on ya dari Ricko?"

"Move on kan bukan berarti melupakan bu."

"Apa dia lebih baik dari Ricko?"

"Setiap orang punya kebaikan yang berbeda bu. Dua-dua nya sama baik nya."

"Jadi menurut kamu, mana yang lebih baik?"

"Ma...! Prilly kan udah bilang ke dua nya sama-sama baik, berarti ngga ada yang lebih baik atau ngga baik."

"Berarti Prilly ngga benar-benar cinta sama Ricko!"

"Prilly berhak bahagia ma. Ngga mungkin dia selalu berharap sama Ricko yang udah ngga ada."

Ucapan Bu Rahma yang berujung perdebatan dengan Genta tadi itu membuat Prilly merasa tak enak dengan Ali. Apalagi cara bu Rahma melihat Ali yang begitu sinis dan terkesan meneliti penampilan pria itu dari atas sampai bawah. Niat nya ingin menjaga silaturahmi, namun ternyata kedatangan nya bersama Ali malah memicu perdebatan anak dan ibu itu. Di kira Prilly sudah move on dan melupakan anak nya begitu saja. Kalau begini, niat baik nya malah berujung kesalah fahaman.

Ting!!!

Suara notif di ponsel nya membuat Prilly tersentak dari lamunan yang mengingat kejadian saat ia berkunjung ke rumah bu Rahma bersama Ali.

Maafin mama ya Prill, dia cuma ngga rela liat lo sama cowok lain dan menyangka posisi Ricko udah terganti sama Ali...

Ngga papa Gen, gue ngerti kok.

Prilly meletakkan kembali ponsel nya saat tak mendapat balasan dari Genta. Ia memejamkan mata, memikirkan ucapan bu Rahma tadi. Benarkah ia terlalu cepat move on? Terlalu mudah menggantikan seperti yang bu Rahma bilang? Padahal niat nya bukan menggantikan atau pun melupakan, tapi hanya ingin membuka hati dan tak menyangka Ali lah yang kini membuat hati nya bercabang tak lagi terfokus pada Ricko saja.

Cukup lama melamun memikirkan hal yang cukup membuat nya bimbang, akhirnya Prilly lelah dan terlelap.

***

"Gimana sama Ali?" Genta bertanya sambil menyambut pelukan Prilly yang baru saja bangun tidur dan langsung turun menemui nya saat dia menelfon mengatakan bahwa dia ada di rumah nya.

"Ngga gimana-gimana," Prilly semakin menenggelamkan wajah nya di dada Genta. Sesekali menguap karena memang rasa kantuk masih menyerang. Kebiasaan jika weekend selalu bangun siang jadi kalau bangun pagi serasa mata ada lem nya.

"Tumben pagi banget lo ke sini?" Prilly menutup mulut nya karena sehabis bertanya ia kembali menguap. Kini mereka sudah duduk di taman belakang rumah Prilly.

"Iya habis ini mau balik ke bogor lagi,"

"Hah? Ini weekend dan lo masih tetap kerja?" Prilly melebarkan mata nya. Mengerucutkan bibir nya kesal karena akhir-akhir ini sahabat nya itu selalu sibuk. Bahkan Prilly sampai lupa kapan terakhir mereka hangout.

"Kalau bukan karena mama dan almarhum Ricko gue ngga akan mau ngembangin bisnis ini Prill." Genta berucap lirih, seperti ada tekanan di dalam nya.

"Maksud nya?"

"Ngga, bukan apa-apa. Pipi nya udah chubby lagi, di kasih makan apa sama Ali?" Genta mencubit gemas pipi Prilly mencoba mengalihkan pembicaraan membuat gadis itu meringis dan melepas paksa tangan Genta yang masih mencubit pipi nya.

Bangkit Dan Percaya (END)Where stories live. Discover now