1

31.8K 2.1K 46
                                    


Braaakkk

Suara pintu dibuka dengan kasar.

Bughh

Suara tas dicampakkan sembarang ke sofa.

"Huaaaaa....mamaaaa..........abaaaangg......"

Mama Tiara yang sedang mengatur meja makan untuk makan siang, dengan segera keluar menuju ruang tamu. Dilihatnya anak gadisnya tengah menangis duduk dilantai sambil menyepak-nyepakkan kakinya persis anak berumur lima tahun. Anak gadisnya ini memang luar biasa manja dan kolokan, karena memang semua orang di rumah memanjakannya, bahkan tetangga diseberang rumah merekapun memanjakannya. Walhasil anak gadisnya jadi tukang ambekan kalau ada yang tidak berkenan dihatinya.

"Eehhh...anak mama udah pulang kuliah toh. Pulang-pulang kok nangis? Kenapa sayang?"

"Tuh.....!" Tunjuk Hani ke arah seorang pemuda tampan yang sedang berdiri bersandar di depan pintu dengan melipat kedua tangan didadanya sambil menatap Hani dengan ekspresi datar. "Sekali lagi Mas Bian merusak acara kencan Hani...huaaa....otoke..." Rengek Hani persis seperti anak yang mainannya diambil orang.

Bian yang melihat tingkah Hani mendengus dan berjalan masuk ke dalam rumah kemudian duduk di sofa tidak jauh dari Hani yang sedang menangis di lantai. Tanpa rasa bersalah Bian memainkan ponselnya tanpa memperdulikan Hani sama sekali.

Mama Tiara menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah laku anak gadisnya.
"Hani, udah ya nangisnya. Ayo bangun nak. Gak malu nangis kayak anak kecil gitu padahal kamu tuh udah gede tahu. Udah jadi anak kuliahan. Usia kamu juga hampir 21 tahun sayang. Malah bentar lagi mau selesai kan kuliahnya." Bujuk Mama Tiara.

"Biarin! Hani benci Mas Bian. Selalu aja mengganggu hubungan Hani dengan cowok. Liat Ma, Mas Bian gak mau minta maaf sama Hani, udah tau salah. Dasar nyebelin."

Sambil mengucapkan kata terakhirnya, Hani berdiri dan mengambil bantal kursi kemudian mendekati Bian dan memukul-mukul Bian dengan bantal kursi itu.

"Dasar nyebelin.....nyebelin...."

Bian yang gak menyangka bakal dipukul pakai bantal oleh Hani jadi terkejut dan mengakibatkan ponselnya jatuh.

Praangg

Hani terpaku dengan tangan di atas masih memegang bantal kursi. Matanya membelalak lebar melihat ponsel Bian yang bertaburan, batre dan kesingnya terpencar.

"Lihat perbuatanmu!" Bentak Bian kepada Hani. "Dasar kekanak-kanakan!"

Hani yang tadinya ketakutan jadi marah lagi karena dibentak Bian.

"Ya! Gue emang kekanak-kanakkan. Tapi lebih baik daripada jadi penguntit kayak Mas Bian!" Teriak Hani.

Bian langsung berdiri menatap lekat mata Hani dengan tatapan tajam. Sedangkan Hani tidak mau kalah, balas menatap Bian tidak kalah sangarnya.

"Eehh.......udah............udah....kalian kok kayak tom dan jerry sih. Beranteeemmm melulu. Sekarang lebih baik kita makan siang dulu. Ayo Mas Bian, sekalian."

"Gak usah Ma. Bian pulang aja." Ucap Bian dengan nada lembut.

Hani mencebikkan bibirnya mendengar suara lembut Bian untuk mamanya. Bisanya Mas Bian berkata lembut sama mamanya tapi kepadanya gak pernah lembut sama sekali, cihh.

Bian memang memanggil mama kepada mama Hani entah sejak kapan. Ayah Bian dan ayah Hani sudah berteman sejak jaman mereka SMP, jadi orangtua mereka sudah seperti saudara kandung.

"Bagus deh. Senang gue gak liat muka Mas Bian yang nyebelin!" Ujar Hani sambil berdecih.

"Hani, gak boleh gitu sama Mas mu." Tegur mamanya.

Mr. POSESIFHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin