Bab 25 - Gelisah

151K 15.2K 2K
                                    

"Gue bingung kenapa lo bisa buat guru sekalem itu jadi macan."

Antariksa menyilangkan kedua kakinya sambil membuka buku ekonomi milik Azka. Mereka berdua ada di rumah Azka, mengerjakan tugas ekonomi milik laki-laki di depan Antariksa. Tetapi sepertinya yang punya tugas santai saja tiduran dengan posisi telungkup di sofanya.

"Tidur itu manusiawi, siapa yang gak ngantuk coba dengerin dia ngoceh, inflasi lah, moneter lah, tarif apa tuh pajak porsioal gak ngerti gue." Ocehnya sambil menekuk lengan kirinya menjadi bantalan.

"Tarif pajak proporsional maksud lo?" tanya Antariksa, bermaksud mengorek perkataan sahabatnya itu.

"Gak tau,"

"Lo ngapa bisa tidur coba?" Ia menggelengkan kepalanya, "terus kenapa harus gue yang lo ajak untuk bersusah-susahan mengerjakan tugas presentasi lo?"

"Gue tidur karena ngantuk." Laki-laki itu mengubah posisinya menjadi duduk dan meminum sirup berwarna merah tersebut, "Dan kenapa harus elo?Ahela Ta, lo doang dah yang pinter diantara kita berempat."

"Tai," balasnya dengan lirikan tajam lalu menggarisi beberapa poin penting di buku paket milik Azka dengan menggunakan pensil.

"Tuh guru emang jahat banget, gue di suruh presentasi seorang diri tanpa ada teman satupun. S-i-a-l-a-n!"

"Eh, bab tentang pajak 'kan?" Antariksa menoleh.

"Iya." Bales Azka kalem.

"Btw Nta," Antariksa berdehem menyahut, walau tangannya masih sibuk bergerak di buku tersebut. Azka sebenarnya ragu menanyakan hal itu, mungkin terlalu pribadi namun sebagai sahabat, ia juga terkadang penasaran tetantang Antariksa. "lo sama Ratih sebenarnya pernah pacaran gak sih?"

Perlahan gerakan menggaris di atas buku menjadi lambat, wajahnya juga mulai tidak secerah tadi, namun ia sama sekali tidak berniat menatap Azka saat ini juga.

"Kita gak pernah pacaran." Antariksa berhenti sebentar, lalu melanjutkan aktivitasnya, "gue di tolak waktu nembak dia,"

"Lo nembak dia?" Laki-laki berambut ikal berwarna kehitaman itu langsung melompat dari sofa dan duduk di karpet bersama Antariksa. "Kapan anjir!"

Kekehan itu keluar dari mulut Antariksa, "Rahasia."

"Ahela Nta! Ya Allah, serius ih? Gue baru tau ini sumpah!"

"Yaudah sih, biasa aja," ujar Antariksa terkekeh. Ia mengambil dua irisan kripik pisang dan langsung menghancurkannya di dalam mulutnya, "Gue juga di tolak sih, ngapain juga gue bilang-bilang sama lo pada? Malu gila!"

Setelah membersihkan kedua telapak tangannya dari pecahan keripik pisang, Antariksa mengambil laptop di depannya dan langsung membuka microsoft point.

"Lo berdua ada masalah apa sih, kayaknya rumit banget."

"Jangan bahas ah kalau cuma mengorek luka lama," kekehnya pelan lalu mengetik sesuatu di papan keyboard tersebut.

"Kok bisa dah lo ditolak? Ternyata muka ganteng gak menjamin lo di terima ya,"

"Itu mulut apa keran air? Bocor amat."

"Gue cuma nanya, mas." dengus Azka lalu mengambil alis laptop itu, "gue aja deh yang ngerjain biar ngerti, males banget besok macan ngamuk lagi."

"Guru itu orang baik, orang yang membuat lo dari yang bego jadi pinter, pantes lo gak pinter-pinter, guru aja lo bilang macan."

Azka meliriknya, "Iya, pak Anta, udah deh lo diem dulu, gue mau ngerjain tugas gue, biar besok gue gak di semprot lagi,"

Antariksa terkekeh, lalu duduk di sofa sambil memperhatikan Azka yang mulai mengetik poin-poin penting untuk di presentasikan. Ia merogoh jaketnya lalu mengerutkan keningnya melihat ada beberapa notifikasi chat dari grup kelas dan Aurora.

ProtectWhere stories live. Discover now