LIMA

38 9 0
                                    

"Keinginan terbesar gue cuman dua. Pertama, jago main piano. Dan kedua, bisa lupain Dias!"

- Endrina Karenina

.

"Ohh.. Jadi lo yang matiin nya? Gak sopan banget sih!" ucapku kesal.

"Lagian, suaranya sumbang, gak ada harmoninya, kamu itu main keyboard atau pianika?"

What the fuck! Sumbang? Gak ada harmoninya? Disamain sama pianika? Cih.. Mentang-mentang jago. Awas aja nih orang!. Batinku merutuki si rese Adrian.

"Emang kenapa? Jangan mentang-mentang lo jago, juara 2 lomba apalah itu whatever. Jadi lo so ngajarin gue!"

Adrianpun tersentak kaget. "Lo tahu gue juara lomba itu? Tahu darimana?"

"Tahu lah!" ucapku kesal, Adrianpun mendengus kesal.

"Nih liat gue. Minggir.."


Mataku berputar malas, lalu berdiri disampingnya.

"Tangan kanan lo itu dipakenya buat melodi, sedangkan tangan kiri buat chord. Terus nih yah  kalo mau tekan tutsnya jangan pake ujung jari, tapi pake telapak jari. Jadi nadanya gak ngawur kayak lo tadi. Tekan tutsnya juga harus lembut, pake hati, pake perasaan juga. Cuman karena lo yang mainnya, jadi gak ada feelnya, gak lembut nadanya. Soalnya lo itu ya..." Ucapnya panjang lebar.

Akupun menatapnya tajam "Apa? Mau ngatain kalo gue gak punya hati? Gak punya perasaan? Gitu maksud lo?" ucapku kesal.

"Bukan gue yang bilang.." ucapnya acuh. Aku hanya bisa mengepalkan tanganku karena geram akan tingkahnya.

Akupun memukul tangannya dengan keras "Iihhh.. Gue tahu kok, gak usah dikasih tahu" ucapku tak mau kalah.

Tak ku sangka, Adrian beranjak dari kursinya. Ia mendekatkan wajahnya tepat didepan wajahku. Sehingga aroma mint napasnya dapat ku hirup dengan jelas. "Yakin?" ucapnya dengan senyuman miring dan alis kiri yang terangkat.

Akupun perlahan memundurkan wajahku. "Iya!" ucapku gelagapan

Oh my Lord! Apa-apaan ini? Dari deket, dia ganteng juga. Mata sayunya yang berwarna hitam legam itu begitu teduh, alis tebalnya bak ulat bulu, bibir tipis, lesung pipit, gue akui dia sempurna. Tapi sifatnya yang menyebalkan membuat gue naik darah seketika. Adrian, i-hate-you!. Batinku.

"Edrin!" teriak Salva dari kejauhan. Sehingga membuat aku dan Adrian terlonjak kaget, Akupun mendorong tubuh Adrian agar menjauh dariku.

"Kalian ngapain? Ini tempat umum loh. Hayo..." ucap Salva menggodaku dan Adrian.

"Lo darimana aja sih? Gue cari kemana-mana gak ada. Akhinya gue nyasar kesini, ehh.. Nemu yang ginian" ucapku kesal.

Salvapun terkekeh. "Maaf, Na. Ehh, Adrian. Ngapain kesini?"

Adrian hanya tersenyum. "Dia kesini mau gangguin gue, Va. Seperti biasa.."

You And PoetryWhere stories live. Discover now