EMPAT

40 8 0
                                    

Dia tahu apapun tentang gue? Peramal kali yah dia. Dasar misterius!


Endrina Karenina POV

Cahaya matahari dipagi ini telah menyapaku, kicauan burung pun telah menyambutku untuk bangun. Huh.. Tuan putri kini telah terjaga dari tidur cantiknya. itu adalah kalimat yang selalu diucapkan Ninik padaku, dan rasanya aku rindu akan Ninik dan Aki yang ada di desa. Kasih sayang mereka yang selalu membuatku rindu akan senyuman yang selalu tergurat di wajah mereka yang kini sudah penuh dengan kerutan akan bertambahnya usia mereka. Namun, Aki selalu bilang 'Semakin banyaknya angka umur kita, maka semakin berkurangnya umur kita, Endrina sayang..'

Di hari minggu ini, mungkin aku bisa berkunjung kerumah Ninik dan Aki didesa. Semoga saja, Papah hari ini tidak ada kerjaan kantor. Karena biasanya, walaupun weekend, Papah tetap saja sibuk bekerja dan bergelut dengan laptop dan segudang pekerjaannya.

Aku masih bermalas-malasan diatas tempat tidurku, walaupun sudah bangun. Sesekali aku melirik keluar jendela dan berharap seorang pangeran tampan berkuda putih datang menjemputku untuk pergi ke istana. Itu adalah khayalanku sewaktu kecil, karna dulu Mama selalu membacakan dongeng tentang 'Tuan Putri dan Pangeran Tampan berkuda putih' sebelum aku tidur.

"Neng Edrin? Sudah bangun geningan (Bahasa sunda yang berarti 'Ternyata')" ucap bik Iah yang tiba-tiba datang dan membuyarkan semua lamunanku. "Kirain bibik tèh belum bangun, makanya tadi tèh gak ketuk pintu. Punten yah neng.."

"Ehh bik Iah, ia bik gak apa-apa. Edrin lagi males bangun aja, makanya mager"

"Pager? Apa èta tèh? Pager panto gitu atau kumaha ?(dalam bahasa Sunda yang berarti 'gimana/bagaimana')"

Aku hanya bisa terkekeh mendengar pernyataan bik Iah. "Udahlah bik gak penting juga. Emang ada apa bik?"

Bik iah pun menepuk jidatnya. "Tuh nya sampai lupa bibik tèh, anu neng, ini ada titipan sesuatu dari tuan ageung  sama susu jahe dari nyonya gemes" (Ageung yang berarti 'Besar').

Akupun bangun dan terduduk dengan badan yang menyender di kepala tempat tidur "Susu jahe nya simpen dimeja aja bik. Terus itu, apa?" ucapku sembari menunjuk kearah tas jinjing yang berwarna hijau tosca.

"Bik iah juga gak tahu neng ini tèh apaan. Soalnya tadi Nyonya bilangnya kasih aja ke neng Edrin dari papah, katanya"

Akupun mengangguk-angguk sembari meraih tas tersebut dari tangan bik Iah.

"Ini apa yah?" gumamku sembari membuka tas tersebut.

Aku terkejut saat mengetahui isi tas tersebut. "Handphone? Papah beliin Edrin handphone?"

"Waduh! Si neng dikasih hapè sama tuan? Perasaan ulang taun si neng teh masih lama da yah?"

"Ini bukan hadiah ulang taun bik.." ucapku sembari membuka kardus handphone tersebut.

"Terus? Kenapa neng? Hapè neng Edrin ilang?" tanya bik iah dengan polosnya.

"Iya bik ilang, dicuri sama si kancil.." ucapku menahan tawa.

"Uluh gening, si kancil teh suka nyuri hapè? Kirain teh cuman nyuri bontèng.."

Akupun mengerutkan dahi. "Banteng? Maksudnya?"

You And PoetryWhere stories live. Discover now