PROLOG

212 22 6
                                    

Happy reading!!


Endrina Karenina POV

"Endrina Karenina!" teriak abangku dari bawah, lebih tepatnya dari ruang makan. Aku mendengus kesal pada bang Lintang yang selalu begitu. Gak ada baik-baiknya sama adik. Seharusnya, kalau manggil adik untuk sarapan itu yang lembut. 'Adeku sayang kita sarapan yuk?' atau 'Dek, sarapan dulu yuk biar gak lemes ntar belajarnya', 'Dek, kita sarapan yuk, biar gak sakit nanti disekolahnya' dan blablabla. Tidak seperti saat ini.

"Kamu lagi apa sih?! Berak yah?" tambahnya lagi, masih dengan teriakan.

"Iya! Lagi berak depan cermin! Puas?" ucapku tak kalah tinggi dari teriakan bang Lintang.

Segera ku raih tas dan almamater biru dongker milikku. Yups, almamater kebanggaanku, almamater sebagai tanda jabatanku di OSIS, Ketua.

Tidak lupa, aku merapikan rambut, balut parfum, dan memasang senyuman manis setiap saat. Walaupun hati pedih, tapi senyumanku tak boleh pudar.

Akupun menyusuri tangga dengan tergesa-gesa. Takutnya, bang Lintang tambah ngamuk kalo aku terlambat sekolah dan gak sarapan. Bisa diceramahi 7hari 7malam aku kalo sakit karena gak sarapan. Karena mau bagaimana pun, bang Lintang adalah kakakku yang sangat memprioritaskan kesehatanku.

"Cihh, dandan aja satu abad. Cepet sarapan! Kalo kamu sakit, ntar repotin orang" ucapnya nyinyir.

"Namanya juga cewek kali bang, ya wajar dong kalo lama. Tapi kalo abang dandan lama, tanda tanya tuh.."

"Sudahlah, pamali loh debat di depan makanan" ucap Mama meleraiku dan bang Lintang.

"Ma, papah mana?" tanyaku keheranan karena tak melihat papah bersama kami.

"Bwabwaah bwan bwi wehdan! Ntang hiang bwau wulang.." ucap abangku dengan makanan yang memenuhi seluruh mulutnya.

"Telen dulu makanannya, pamali. Lagian aku gak nanya abang, aku nanya mama. Wle.." ledekku pada bang Lintang. Bang Lintang menelan makannya. "Ngomong apa tadi bang? Ulang dong"

"Cih.. Papah kan di Medan! Ntar siang baru pulang. Gitu!" ucapnya.

Tawaku meledak. Mamahpun hanya bisa terkekeh dan menggelengkan kepala.

☀☀☀

"Bentar, kamu abis mewek yah?" tanya bang Lintang saat aku hendak beranjak dari kursiku.

"Mewek apa? Gak ada ah. Mah, Edrin berangkat yah. Assalamualaikum..." Akupun meraih tangan Mama dan mencium punggung tangannya. Tak lupa aku menghampiri bang Lintang dan mencium pipi kirinya.

"Jangan pacaran terus yah bang di kampus nya. Byee.." ucapku sembari berlari.

"Yang ada kamu yang jangan pacaran mulu bocah!" teriaknya.

◾◾◾

Gadis itu menemui Salva-Sahabatnya, yang sudah menunggu nya di teras. Sebelum ia keluar dari pintu rumahnya, ia menarik napas dalam lalu menghembuskannya perlahan, ia berusaha untuk tidak terlihat lemah di hadapan sahabatnya itu. Setelah ia rasa membaik, ia pun melangkah pasti keluar pintu.

"Yuk!" ucap gadis itu semangat.

Salva yang sedari tadi asik dengan gadgetnya menoleh Endrina sesaat setelah menyadari gadis itu datang menemuinya.

"Hmm, baru jam setengah 7 kurang nih, mau jalan sekarang aja?"

"Iya, sekarang aja.."

Mereka hendak berjalan menuju mobil, Salva menghentikan langkah Endrina.

"Wait! Lo gak abis nangis kan, Na?"

Seketika Endrina menatap Salva, ia berusaha terlihat baik-baik saja.

"Don't worry, i'm okey.. Lo gak usah berlebihan deh"

Salva mendengus kesal akan jawaban Endrina.

"I feel you not fine, Na! Jangan lo tangisin Dias"

"Enggak, gue gak nangisin Dias. I'm fine, really.."

"What ever.."

Tak ingin berdebat lebih lama, Salva akhirnya menarik Endrina untuk segera masuk dalam mobil, Endrina hanya membalasnya dengan senyuman tipis.

I'm not okay, i'm so sick!. Batin Endrina.



___________________________________

Next Capter 1...

Vote dan Comment kalian sangat berarti for me...


Gomawo.. ❤❤❤

You And PoetryWhere stories live. Discover now