SATU

107 18 0
                                    

'Ini hidup gue, seneng susah gue jalanin. Kalo lo gak suka, mending jauh-jauh dari gue!'

- Adrian Wira Mananta

"Kalo kamu capek, udahin aja daripada sakit, Na” ujar Salva padaku, matanya tetap fokus menatap jalan yang kami lalui. Akupun memalingkan wajahku keluar jendela.

“Mungkin karena gue yang terlalu tolol, bisa kuat disakitin sama Dias, sampai sejauh ini” ucapku lirih, lalu menitikan air mata.

“Aduh Endrinaku sayang, gue itu rajin banget ngasih tahu lo kalo Dias itu kurang baik buat lo” tegasnya, lalu Salva meraih ponselnya yang berada di jok belakang mobil.

“Nih lo liat sendiri, apa ini yang namanya setia? Apa ini yang namanya cinta? Apa ini yang namanya sayang sama lo? Pusing tahu gue sama jalan pikiran lo selama ini” Salvapun menunjukkan beberapa photo Dias saat sedang bersama Mytha pagi itu. Akupun menghela nafas kasar sembari memejamkan mata meresapi semua perkataan Salva sahabatku yang kini ku ‘iya’ kan kebenarannya.

“Va, abis ini anter gue ke perpustakaan yah” ucapku dengan suara parau. Salva pun mengangguk diiringi senyuman tulusnya, lalu melajukan mobil dengan cepat.

👟👟👟

Koridor demi koridor sekolah kami lalui menuju perpustakaan. Salva masih sibuk dengan gadgetnya sedari turun dari mobil. Mungkin ia sedang mengabari Chandra, kekasihnya.

“Na, lo gak apa-apa kan gue tinggal jalan sendirian ke perpusnya? Soalnya gue ada janji sama Chandra di ruang IT” ucap Salva. Akupun mengangguk dengan senyuman tipiaku.

Salvapun menghela napas kasar. “Yaelah, jangan di tekuk gitu dong, Na” ucap Salva sembari mencolek daguku.

“Udah ahh sana, lo suka buat gue envy tahu gak! dasar, SALVA VITA ANINDITA!” ucapku sembari mendorong tubuh Salva agar segera pergi. Dia tersenyum menampilkan jejeran gigi putihnya lalu pergi.

Salva dan hanya Salva yang paling juara membuat moodku yang tadinya down jadi naik lagi. Salva adalah sahabatku sewaktu SMP. Dia adalah sahabatku yang pengertian, dia selalu ada untuk membantu menyelesaikan semua masalahku, dia yang selalu rajin mengingatkanku disaat aku salah, dia yang selalu ada disaat aku rapuh. Salva, You’re my bestfriend!

Lamunanku terbuyar ketika ku lihat Dias berjalan mendekat ke arahku. Segera ku mempercepat langkahku dan menjauh darinya. Namun, Dias berhasil menarik tanganku.

“Na, dengerin dulu, aku mau jelasin semuanya ke kamu” ucap Dias sembari menarik tanganku, namun aku meronta dan menepis tangannya.

“Cukup! Gue gak mau denger apa-apa lagi dari lo, DIAS SATRIA WIGUNA!” ucapku penuh emosi, berusaha pergi dan menjauh darinya.

Lagi-lagi Dias berhasil menahanku. “Na, please dengerin aku dulu, kamu itu salah paham sayang”

Aku menggeleng, tak habis pikir setelah apa yang telah dia lakukan padaku. Dengan mudahnya dia memanggilku dengan sebutan itu.

“Basi lo, Yas. Ini bukan kali pertama lo bikin kesalahan sama gue!" ucapku penuh emosi. "Mulai sekarang, JANGAN-GANGGU-GUE! Paham?” akupun pergi meninggalkannya dan berlari menuju kelas, tak ku gubris apa-apa yang Dias katakan, walaupun ia terus memanggil-manggil namaku.

Tepat diambang pintu, aku menangis sesegukan, semua teman di kelas menghampiriku dan bertanya apa sebab aku menangis, hingga akhirnya seseorang berkata.

You And PoetryWhere stories live. Discover now