"Bukain."

"Tunggu." Lea gak keluar kamarnya, tetapi dia mengintip terlebih dahulu lewat jendela kamarnya.

Ada motor Bara, tapi orangnya mana ya?

"Kamu di mana? Kok gak ada wujudnya?"

"Gue di depan pintu rumah lo. Cepet bukain."

Pun Lea mematikan sambungan telfonnya, dan berlari kecil agar bisa cepat-cepat membukakan pintu untuk Bara.

"Bara?" gumam Lea setengah berbisik setelah selesai membuka pintu rumahnya dan mendapati Bara sedang duduk di kursi terasnya.

Bara yang tengah duduk seraya memainkan hp pun menengok. "Sini duduk."

"Kamu ngapain malem-malem kesini?" Lea menutup pintu rumahnya perlahan dan langsung duduk di kursi lainnya.

"Tuh, makan."

Lea mengikuti arah pandang Bara, ada sebungkus plastik yang dia nggak tahu isinya apa. "Ini apa?"

Bara mendengus. "Makanan, udah ada sendok plastik sama minumnya di situ. Lo tinggal makan aja."

"Buat aku?" tanya Lea polos.

"Ck. Isi kepala lo itu otak manusia atau otak udang sih?"

Lea mengerucutkan bibirnya. "Jahat banget,"

"Cepet makan," Lea mengangguk dan mulai membuka isi plastik yang ternyata isinya ada styrofoam, sendok plastik dan juga aqua botol.

Mata Lea berbinar waktu tahu di dalam styrofoam itu adalah nasi goreng sosis, makanan kesukaannya. Eh tapi, ini cuma kebetulan atau Bara yang tahu ya kalau dia suka sama nasi goreng?

"Aku makan ya?" Bara menghembuskan nafasnya kasar. "'Kan daritadi udah gue suruh makan!"

"Baca do'a dulu," tegur Bara saat Lea hendak membuka mulutnya.

"Udah."

"Kapan?"

"Di dalem hati."

Bara berdecak. "Coba baca pake suara. Gue mau denger,"

"Bismillahir rahmaanir rahiim, bismika allaahumma ahyaa wabismika amuutu. Aamiin."

Mata Bara terbuka lebar, bahkan mulutnya pun menganga. Lea yang melihat itu tertawa geli. "Bercanda!"

"Yaudah nih ya aku serius. Bismillahir rahmaanir rahiim, allaahumma baarik lanaa fimaa razaqtanaa waqinaa 'adzaaban naari. Aamiin."

"Aku makan ya?" Bara mengangguk samar.

"Kamu ngapain nganterin aku ginian?" tanya Lea menengok ke arah Bara yang bersandar di kursi seraya bersedekap dan memejamkan matanya.

"Tadi lo bilang lagi diet, makanya gue anterin makanan biar lo gagal diet."

"Tapi 'kan aku udah bilang bakal makan."

"Gue gak bakal tau lo beneran makan atau enggak, makanya gue beliin makanan biar lo bisa makan di depan gue,"

Lea menyisipkan sisi rambutnya ke belakang telinga, "Ini udah jam 11 malem lewat loh, terus gerbangnya 'kan udah di gembok. Kamu masuk lewat mana?"

"Ya terus kalo udah jam 11 kenapa? Gue gak peduli. Yang penting lo bisa makan."

Deg!

Lea meremas sendok plastiknya, jantungnya meletup-letup sekarang. Malahan dia yakin saat ini pipinya sudah memerah. "Uh, kamu masuk lewat mana?"

Match Made in Heaven[SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now