Continue On

813 80 3
                                    

"PERMISI..."

Ice membuka matanya. Di sebelahnya, Lionel juga mulai terbangun, tetapi kembali tidur.

Ice menyikut pemuda di sebelahnya itu. Lionel mengerang kesakitan, membuatnya terkekeh dan akhirnya terbangun. Delaide yang berdiri di ambang pintu juga ikut tertawa kecil.

Makan malamnya cukup normal, mengecualikan fakta bahwa Delaide dan saudara-saudaranya makan daging setengah matang, yang masih berdarah. Reaksi Lionel saat menemukan apa itu tuan rumah mereka kurang lebih sama dengan Ice. Ya, dia merasa ngeri, tapi mereka tidak punya pilihan lain.

Untung saja, mereka tetap memberikan daging matang padanya dan Lionel.

Tidak perlu dikatakan bahwa Ice jarang sekali makan daging seumur hidupnya, sehingga kenyataan bahwa mereka disuguhkan daging membuatnya sedikit senang. Lain halnya dengan Lionel yang langsung bertanya, "Uh... Ini daging apa?"

Oh ya. Tidak terlintas di otaknya bahwa ini bisa jadi daging manusia.

Dale, si saudara tertua, tertawa atas pertanyaan itu. "Tenang saja, itu daging kambing gunung."

Lionel masih terlihat skeptis, tapi perut Ice tidak bisa diajak kompromi lagi. Gadis itu langsung melahap makanan yang ada di depannya.

Lionel menghela napas, mengikuti jejak Ice dan mengigit makanan yang disediakan untuknya.

Seusai makan malam, Lon pamit permisi dari hadapan mereka. Ice mengamati anak laki-laki itu lekat-lekat. Semua orang yang ada di sana, termasuk kakak-kakaknya, tidak ada yang tampak percaya, tapi mereka membiarkan Lon pergi.

Ice menyipitkan mata. Aneh. Akan konyol jika dia tidak curiga.

"Tenang saja, kami tidak akan memangsa manusia," ucap Delaide santai. "Lagi pula, tidak ada manusia lain di tempat ini selain kalian."

"Tidak ada?" tanya Ice, mengerutkan keningnya. "Lalu apa yang ada di sini?"

"Makhluk seperti kami... Setengah iblis." Delaide terdiam sejenak. "Kami tidak seburuk kedengarannya, kok. Masih ada darah manusia dalam tubuhku."

"Bagaimana dunia ini bisa ada? Dari mana asal iblis?" Lionel bertanya. "Kenapa ada portal yang menghubungkannya?"

"Kau banyak bertanya," sahut Dale. "Kelihatannya dunia kalian sudah mengubur kisah perang dulu, ya."

"Perang?" tanya Ice dan Lionel bersamaan.

"Terlalu berat, topik yang terlalu berat untuk malam ini," Lavki menepis segala obrolan mereka. Kakak laki-laki kedua Delaide itu berdiri dari tempatnya. "Sebaiknya kalian segera beristirahat, besok kalian akan berangkat pagi-pagi benar."

Anehnya, kata-kata itu diucapkan dengan sopan, seolah-olah Lavki yang sebelumnya tidak terlalu ramah sudah lenyap.

"Ah, ya." Ice ikut berdiri, menarik Lionel ke sebelahnya. "Terima kasih atas makan malamnya."

Mereka tidur malam itu. Tidak nyenyak, tapi Ice bisa tidur. Hanya saja terdengar bunyi keras dari luar ruangan yang menyentakkan keduanya hingga terbangun.

Lionel dengan cepat segera bangkit dan menyibakkan tirai ruang itu. "Tunggu di sini," gumamnya perlahan sebelum keluar dari ruangan.

Ice menautkan alisnya. Pemuda itu pikir Ice akan menurutinya? Gadis itu mendengus, menopang dirinya sendiri untuk bangkit. Langkahnya memang tertatih, tapi masih tergolong cepat.

Ice berhasil menyusul Lionel dalam waktu dekat. Rekan seperjalanannya itu sedang menengok ke luar gua, dan terkejut mendapati Ice. "Apa yang kau lakukan? Aku bilang tunggu saja!"

Forewood Kingdom: Ice's Blood [5]Where stories live. Discover now